webnovel

BAB 9

Vero duduk di sofa dengan santai. Setelah OB meletakan kopi untuk Vero di meja nya, Sabda ikut duduk di sofa juga.

"Nyokap lu bilang lu mau pulang seminggu lagi?" Tanya Sabda

"So, Gue ngga boleh balik nih ceritanya? Apa gue harus balik ke luar kota lagi?"

Sabda tertawa "Jangan lah... Gue kangen masa kecil kita bro, Dimana kita belum mengenal kesibukan, belum mengenal bisnis, belum mengenal jatuh cinta sama cewek. Enak banget ya jadi anak kecil! Gue boleh peluk lo?" Tanya Sabda lalu Vero mengangguk. Mereka berpelukan layaknya teman. Sejujurnya Vero juga rindu masa-masa kecil. Dimana mereka belum mengenal apa itu cinta.

"Ya, masa kecil memang indah ya, bro!" Kata Vero. Terdengar suara pintu ruangn Sabda di buka.

"Weh, apa apaan nih!" Anton tiba - tiba muncul dan kaget melihat kedua pria cool, tampan, berkarisma, tegak langkahnya, berkumis tipis dan manis seperti Vero dan Sabda berpelukan. Mereka segera melepas pelukan mereka. Takut dipikir macam - macam sama Anton.

"No! Jangan salah paham!" Vero dengan bingungnya mencoba menjelaskan kepada Anton.

"Gue.... gue ngga belok! Sumpah! Kita cuma rindu karena udah lama ngga ketemu berdua begini!" Kata Vero ikut menjelaskan.

"Hei mas, Gue ngelirik cewe lain selain Rayna aja ogah apalagi ngelirik Vero jadi saingan Rayna. Ngga lah! Jijai!" Kata Sabda. Anton terdiam sejenak lalu tertawa.

"Lah, walaupun gue belum punya pacar juga gue suka nya sama cewek bukan sama cowok! mata gue masih normal Mas! sumpah deh!" Kata Vero dengan sungguh - sungguh

"Santai, santai, Gue cuma bawain kalian ini nih, gue lupa tadi bini gue bikin donat kentang sumpah enak, lembut, garing diluar lembut di dalam." Anton meletakan Kardus berisi donat yang masih anget anget di atas meja sambil tertawa melihat kedua pemuda di hadapannya berusaha menjelaskan apa yang terjadi.

"Thanks." Kata Sabda dengan wajah sinisnya.

"Yaelah, aneh-aneh aja kalian, inget lu punya calon bini!" Kata Anton dengan masih diselingi tawa, lalu buru-buru keluar ketika melihat Sabda melepas sepatunya hendak dijadikan sepatu terbang ke arahnya.

"Ajaib banget kakak lu. Andai gue punya kakak, setidaknya ada orang yang akan jaga gue, ngelindungi gue, nyokap, adik gue juga. Tapi kenyataannya sekarang gue yang jadi pengganti bokap gue. Gue yang harus melindungi nyokap ma adik gue dan nggak ada yang ngelindungi gue." Kata Vero sambil tersenyum getir. Dia ikhlas Papa nya sudah berpulang, tapi tak disangka ternyata segini beratnya menjadi kepala keluarga, bukan karena lelah mencari uang saja, tapi juga menjaga ibu dan seorang adiknya yang juga laki-laki. Walaupun adik nya laki - laki tapi tetap saja dia harus menjaga nya agar adiknya tidak salah langkah karena cuma merea berdua yang dia punya saat ini.

"Ver, Lu bisa kok anggap gue sebagai kakak juga. Gue ngga keberatan. Kalian berdua lupa? Siapa yang ada di belakang kalian tiap berangkat sekolah dulu?" Tiba-tiba Anton muncul lagi, kali ini hanya keliatan kepala nya menyembul dari pintu.

"Astaga mas! Lu nguping?! Masuk aja napa sih kalau mau masuk! ngga malu lu ama sekretaris gue?"

"Dia lagi ke toilet." Jawab Anton lalu menjulurkan lidahnya lalu tertawa. Vero hanya tertawa melihat tingkah dua bersaudara ini. Jujur dia ingin sekali seperti itu. Tapi apalah daya, karakternya bukan karakter yang seperti itu. Beginilah dia apa adanya.

"Ya udah gue mau kerja!" pamit Anton.

"Mas!" Panggil Vero ketika Anton akan berlalu. Akhirnya kepala Anton muncul lagi di pintu.

"Ya?" Tanyanya.

"Thanks ya, udah mau jadi kakak gue. Sumpah lu ajaib banget!" Kata Vero sambil tersenyum, Anton juga ikut tersenyum lalu mengarahkan jempolnya. Sejujurnya Anton ingin tau, adiknya ngapain sama Vero. Dia masih terbayang pelukan mereka tadi. Tapi setelah diingat² mereka tadi pelukan emang lebih pantes dibilang temen sih. Ngga nempel - nempel kayak sama pacar. Dan justru Anton mendengar Vero yang ingin punya kakak. Anton tau tidak mudah menjadi Vero. Dia merasa aman sekarang. Ternyata adiknya dan Vero masih normal. Hehe..

"Astaghfirullah. Lu nuduh adik lu belok ton!" rutuknya pada dirinya sendiri ketika dia berjalan menuju ruangannya.

Kembali ke Sabda dan Vero di ruangan Sabda.

"Gimana bisnis baru lu?" Tanya Sabda sambil menyeruput kopi.

"Sejauh ini bagus. Makanya gue bisa balik cepat akhirnya." Jawab Vero. Tentu saja alasan sebenarnya bukan itu.

"Baguslah, Ver, gue mau nanya, please jawab jujur! lu punya masalah apa? Gue nggak yakin lu baik-baik aja kayak yang lu omongin waktu di telpon. Gue sahabat lu dari kecil Ver."

"I'm okay bro! Lu ngga liat gue sekarang disini bisa tersenyum? apalagi lihat kelakuan lu ma kakak lu tadi." Jawab Vero sambil tertawa tipis.

"Jujur Ver!" Tegas Sabda.

Vero diam. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenernya. Toh dia juga udah bertekad melepas perasaanya pada Rayna. Rasa yang Rayna sendiri tidak pernah tau jika Vero menyimpan untuknya. Perlahan mengikis rasanya membuat beban vero lebih ringan. Tapi untuk membuka hati untuk yang lain, Vero belum bisa. Dia tidak mau menyakiti wanita lain jika tau pasangannya masih menyimpan rasa untuk orang lain walau sedikit.

Vero menghembuskan nafasnya kasar.

"Bro, gue butuh waktu untuk bisa lebih kuat menghadapi kenyataan hidup, kerasnya hidup. Lu ngga bakal tau gimana rasanya jadi gue, dan gue ngga mau lu jadi gue. Cukup gue aja yang merasakan. Tapi semua udah baik-baik aja kok. Sumpah! But, thanks lu udah merhatiin gue." Jawab Vero sambil menepuk pundak bahu temannya itu. Sabda sendiri menyimpulkan apa yang dikatakan Vero adalah tentang kehidupan Vero setelah Papanya meninggal. Tapi di sisi lain hati Sabda masih ada sebuah ketidakpuasan atas jawaban Vero. Tapi ia segera menepisnya.

"Sorry bro kalau gue seperti mengejar lu atas pertanyaan gue ini." Kata Sabda. Dia tidak ingin Vero merasa tidak nyaman dengan banyak bertanya.

"Bro, gue justru makasih ma lu, lu udah memperhatikan gue ternyata."

"Boleh gue peluk lu lagi?" Tanya Sabda. Dia hanya bercanda untuk mencairkan suasana.

"Cukup Bro! Gue ngga mau kakak lu nongol lagi! Atau parahnya orang lain yang nongol!" Tolak Vero. Sabda tertawa terbahak-bahak.

"Gue bercanda kok. Oiya, mau nge gym nggak? Kalau mau kita kabarin anak-anak biar nanti gabung." Kata Sabda.

"Boleh." Jawab Vero.

Akhirnya mereka ngobrol lagi berdua. Tentang bisnis mereka masing-masing sampai kejadian malam minggu waktu me - video call Lucky tapi Lucky lagi On fire ma ceweknya. Mereka tertawa bersama. Vero sangat bersyukur dengan keadaan hatinya sekarang.

+++

BESTIEKU..... jangan lupa ya love cerita ini. Mohon supportnya ^_^