webnovel

BAB 26

Vero tampak cerah hari ini. Akhirnya dia tidak jomblo lagi. Dia keluar kamar dengan jas dan harumnya sampai kemana-mana.

"Anak mama kok ceria sekali ya..." goda mamanya.

"Doain ya ma, semoga nggak lama lagi mama dapat menantu." kata Vero.

"Ceilehhh... yang baru jadian seneng amat." kata Robby sambil menghabiskan sarapannya.

"iyalah, biar ngga lu langkahin."

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu dari SMA kecantol juga."

"Oya? Selamat ya sayang... semoga kamu lancar hubungannya, bawa kesini dong pacarnya." Kata mama Vero.

"Nanti ma, kalau udah ngga sibuk ya." kata Vero.

Hari ini hari pertama Vero mengantarkan Rayna kerja sebagai pacar. Dia ingin sekali melihat muka Andromeda. Kali ini dia bisa memberi peringatan ke Andro kalau dia mau menggoda Rayna.

"Ngga ada kabar ngga ada apa tau-tau udah sampai sini." kata Rayna.

"Ya ngga papa dong. Kan mau nganterin pacar. Boleh kan om?" Tanya Vero. Untuk pertama kalinya dia duduk di meja makan keluarga Rayna bersama orang tua Rayna.

"Boleh dong. Atau mau papa kasih libur Rayn?" Goda papanya.

"Ngga usah lah pa. Hari ini kan pemotretan. Papa nanti lihat kan?"

"Papa lihat hasilnya aja. Papa selalu percaya sama Vero."

"Ya udah yuk berangkat! Pa, Rayna langsung ke tempat pemotretan ya." Pamitnya pada mama dan papanya.

"Oh ya Rayn, bilang sama teman kamu Anin, besok senin suruh dia ke kantor! Dia harus mulai belajar jadi sekretaris kamu!"

"Beres bos!" Kata Rayna.

"Vero berangkat ya om, tante." Pamit Vero pada mama papa Rayna.

"Panggil mama papa saja Ver." kata Mama Rayna.

"Siap tante! Eh... ma." Jawab Vero canggung.

Rayna dan Vero langsung ke studio foto milik Dimas. Rayna masih di rias oleh make up artis di sebuah ruangan dalam studio itu. Vero hanya memaki jas ditambah sedikit rias untuk pria.

"Udah siap aja ke penghulu." Kata Dimas.

"Kalau Rayna mau hari ini juga gue bawa ke penghulu." kata Vero.

"Ver!" Panggil Rayna ketika keluar dari ruang make up. Vero melihat Rayna, dua kali ini dia melihat Rayna dirias.

"Cantik sekali." Kata Vero.

"Gombal amat lu!" kata Dimas membuyarkan lamunan Vero.

"Merusak moment romantis lu!" kata Vero lalu menghampiri Rayna. Rayna agak kesulitan berjalan.

"Lagian ngga ada ya gaun yang agak besaran dikit?!" protes Rayna.

"Dito! Kamu nyari gaun dimana sih! Bikin susah calon istri saya jalan aja!" kata Vero pada karyawannya.

"Ya maap pak saya kira itu pas buat ibu Rayna. Kalau ngga bisa jalan ya digendong aja lah pak." kata Dito sambil memamerkan giginya. Dimas tertawa mendengar ucapan Dito.

"Boleh juga daripada lama." Kata Vero lalu menggendong Rayna.

"Aww!!" Rayna kaget dengan tindakan Vero yang tiba-tiba. Tangannya langsung mengalungkan di pundak Vero.

"Si Vero bisa aja nyari kesempatan." kata Dimas membuat Rayna malu.

Sesi pemotretan pun dimulai, Rayna membawa produk dalam pouch sedangkan Vero membawa sebotol facial wash.

"Agak mepet mbak Rayna! Mas Vero tangannya yang satu melingkar ke punggung mbak Rayna. Jangan grogi ya. Senyumnya yang natural aja. saling tatap tatapan ya matanya." Kata fotografer mengarahkan pose Rayna dan Vero. Vero mengeratkan pelukannya di pinggang Rayna sampai tubuh Rayna menempel di badan Vero.

"Jangan nyari kesempatan ya." Kata Rayna berbisik. Masih dengan tersenyum.

"Gini lebih aman biar kamu ngga digodain cowok-cowok." kata Vero membuat pipi Rayna merona.

"ciye Pipi nya merona..." Goda Vero pelan. Rayna dan Vero saling pandang dan tersenyum. Beberapa pose mereka peragakan. Selesai mereka berfoto, giliran produknya yang difoto. Rayna kembali ke ruang make up untuk ganti baju dan membersihkan make up.

"Gerah banget ya di make up gini." Kata Vero sambil membersihkan make up dengan tisu basah.

"Ver, lu masih lu gue aja ya ngomong ma Rayna. Ngga ada panggilan sayang gitu?" Tanya Dimas.

"Biarlah, Dim. Rayna dengan Sabda mungkin dulu romantis-romantisan. Biarlah sekarang Rayna sama gue, kita membuat cerita kita sendiri. Yang penting anak gue nanti manggil Rayna dengan sebutan Mama." Kata Vero.

"Jangan tabur benih dulu lu! Kayal Lucky ntar jadinya." kata Dimas.

"Nggak lah!" Dimas tertawa melihat Vero yang sudah melotot.

Sepanjang perjalanan Vero dan Rayna membicarakan sesi pemotretan tadi.

"Nanti bayaran lu jadi model gue tagihin ke papa." Kata Rayna.

"Apa?!? Bayaran??" Tanya Vero.

"Iyalah. Kenapa?"

"Bayaran gue mahal." kata Vero.

"Berapa??"

"Lu disamping gue selamanya sampai maut yang memisahkan kita." Kata Vero. Mendengar itu Rayna tersenyum lalu mengamini. Vero balas tersenyum.

"Kan lumayam Ver kalau ntar lu dapat transferan papa bisa dipake kita jajan." Kata Rayna.

"Jajan lu apa sih? gue sanggup kali bayarin." Kata Vero sambil menahan tawanya.

"Sombong amat sih!" kata Rayna lalu mereka tertawa.

"Ingat kita lagi meminimalisir budget. Jangan buang-buang duit perusahaan cuma buat bayarin model kayak gue." Kata Vero. Rayna mengangguk.

Sepulang kerja ini Rayna mengajak Vero ke rumah Sabda. Vero dengan senang hati menerima ajakan Rayna. Mama Sabda dan Papa Sabda bahagia melihat Vero dan Rayna akhirnya bersama.

"Mama seneng, Rayna, kalau kamu dapat Vero, kamu bisa kesini kapanpun. Tapi kalau kamu dapat orang lain belum tentu orang itu mau diajak main kesini. Mama nggak mau kehilangan anak mama yang cantik ini." kata Mama Sabda. Ya, Rayna sudah sangat dekat dengan mama Sabda.

"Vero, jangan pernah sakitin Rayna ya! Papa titip Rayna!" kata Papa Sabda pada Vero.

"Siap pa!" kata Vero.

Sebelum pulang ke rumah Vero juga menyempatkan mampir ke rumah untuk mengenalkan Rayna pada mamanya.

"Ver, Gue belum siap bener deh. Besok aja ya? mana gue bau asem gini seharian belum mandi."

"Bagi gue lu tetep wangi. Sebentar aja kok, ya?"

Akhirnya Rayna bertemu dengan Mama Vero. Mama Vero terlihat bahagia sekali bisa bertemu Rayna.

"Jangan panggil tante dong, panggil mama." kata Mama Vero.

"Iya ma." Jawab Rayna tersipu malu. Vero menahan tawanya melihat wajah Rayna yang memerah.

"Ya udah yuk pulang!" Ajak Vero.

"Baru sebentar kok pulang." kata Mama Vero.

"Besok minggu deh Vero ajak kesini lagi Rayna nya." Kata Vero.

Di sepanjang perjalanan pulang Rayna tampak bahagia. Dia bersyukur dikelilingi orang baik. Tiba-tiba Vero menggenggam tangannya lalu mencium punggung tangannya.

"Thanks ya Rayn." kata Vero. Rayna tersenyum. Ternyata tidak buruk juga jadi pacar Vero yang dulu dia sebut manusia irit bicara.

"Thanks juga, lu udah selalu ada buat gue." Kata Rayna.

"Love you." kata Vero. Rayna diam. Vero sedikit kecewa tapi dia tahan karena dia harus bersabar. Rayna mau menerimanya saja sudah cukup untuknya.

"Love you too." kata Rayna. Vero menatapnya lalu tersenyum. Berkali-kali dia menciumi tangan Rayna yang ia genggam.