webnovel

BAB 24

Anin dan Lita datang ke rumah Rayna. Lita membawa sebuah undangan karena dia akan menikah dengan Satria. Lita sendiri sekarang sudah kerja bareng Satria. Satria juga membuka bisnis baru untuk dijalankan Lita. Sedangkan Anin sedang menganggur karena belum dapat kerja.

"Dimas kan punya banyak usaha, lu masuk aja sekalian lu awasin Dimas."

"Mending gue kerja ama Rayna aja deh, udah pasti gajinya gede. Ya Rayn??"

"Lah gue aja masih jadi karyawan biasa, tuh bilang ma juragan!' Kata Rayna pada Papanya yang sedang membaca koran di teras.

"Kenapa Rayn?" Tanya papanya.

"Nih, si Anin pa, pengen kerja di perusahaan papa. Boleh?" Tanya Rayna. Papanya berfikir bagian apa yang sedang kosong.

"Kamu masukin dulu aja lamaran kerja kamu ya? Nanti ada pelatihan untuk sekretaris, bulan pertama kamu langsung pelatihan, untuk jadi sekretaris Rayna kalau Rayna sudah jadi manager umum. Tapi serius ya bekerjanya?"Kata Papa Rayna.

"Siap om! Makasih ya om." Kata Anin, wajahnya berbunga-bunga. Mereka lalu ke kamar Rayna.

Sedangkan di tempat lain para cowok-cowok sedang berkumpul di caffe milik Lucky. Lucky akhirny punya caffe sendiri. Tapi resto yang bekerja sama dengan Sabda juga masih jalan. Lumayan untuk tambah-tambah.

"Gue mau jual apartment gue. Tolong ya kalau mau ada yang beli. Mau gue beliin rumah di sekitar sini." Kata Lucky.

"Iya ntar gue promosiin." Kata Vero.

"Gimana lu sama Rayna?" Tanya Lucky.

"Gue sih masih deketin dia terus. Tapi ya dia masih gitu-gitu aja. Dan sekarang ada cowok yang deketin Rayna juga. Lu pada tau Andro temen kita SMA kan?"

"Ohh,, dia kerja di kantor bokapnya Rayna?" Tanya Dimas.

"iya."

"Ah, gantengan juga elu Ver! Mapan juga elu! Ngga usah takut!" Kata Satria.

"Tapi perasaan kan ngga bisa ditebak,bro! Siapa tau Rayna jadi suka dia." Kata Vero.

"Berarti lu harus nembak Rayna. Kalau lu ngga nembak, Rayna masih akan kelikiran Sabda terus. Ya walaupun kita tau Sabda udah sama Rayna lama banget." Kata Dimas.

"Bener. Lu harus nembak Rayna. Pokoknya di nikahan gue nanti lu harus udah jadi pacar Rayna." kata Satria. Vero diam saja memikirkan kata-kata teman-temannya ini.

Pulang dari ketemu teman-temannya Vero mampir dulu sebentar ke rumah Sabda. Ada mas Anton kebetulan. Dia menceritakan apa yang dikatakan teman-temannya tadi. Tapi dia takut Rayna menghindar kalau dia belum siap di tembak.

"Sabda udah pergi hampir dua tahun. Rayna juga sudah menerima keadaan. Coba saja Ver. Nanti keburu ada yang nembak Rayna." Kata mama Sabda.

"Iya ma, tapi Vero takut kalau Rayna nolak trus dia menjauh dari Vero."

"Kalau belum dicoba mana tau? Ya kalau dia nolak lu ngeles aja, mau jadi sahabatnya dulu." Kata Anton.

"ya ntar Vero pikirin lagi deh."

"Ver, laki-laki harus berani maju!" Tambah papa Sabda.

"Iya pa."

"Lu tembak aja pas ulang tahun Rayna. Dua minggu lagi." kata Anton. Vero diam saja. Masih memikirkan kapan waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Rayna.

Sebelum tidur, Vero melihat-lihat fotonya dulu ketika bersama Sabda.

"Bro, gue ngga akan melarang Rayna untuk mengunjungi lu tiap minggu kalau misalkan dia mau menerima cinta gue. Gue juga nggak akan meminta dia buat melupakan lu. Lu akan selalu ada di hati Rayna. Gue tau Rayna pasti sudah menyiapkan tempat tersendiri untuk lu di hatinya. Semoga dia bisa menerima gue suatu saat nanti, agar gue bisa selalu menjaga dia untuk lu." Kata Vero lalu memejamkan mata.

Pekerjaan Vero cukup menyita waktu hari ini. Lucky sedang ada di resto. Mereka rencananya mau mengembangkan restonya karena pelanggan cukup banyak, mereka mau melebarkan tempat parkir, juga membangun caffe disamping resto. Kali ini Dimas dan Vero ikut andil karena nantinya Dimas yang akan mensuplai kebutuhan caffe. Mereka berkumpul di resto sekalian makan siang. Sebenarnya Vero sedikit cemas jika dia tidak mengajak makan siang Rayna, dia takut Rayna makan siang sama Andro. Tapi dia juga tidak enak sama teman-temannya, apalagi ini mengenai usaha mereka.

"Lu kenapa Ver?" Tanya Satria ketika mereka selesai makan siang.

"Gue bingung, apa saat ini adalah waktu yang tepat buat nyatain perasaan ke Rayna?"

"Gas bro!!!" seru Dimas.

"Iya, keburu si Andro itu deketin Rayna." Kata Lucky.

"Tapi Rayna baru meniti karier, apa dia mau ya...?"

"Kalau cowok nembak mikirnya kaya lu bro, cowok di seluruh dunia bakalan jomblo. Kalau nggak dicoba mana tau? Lagian Rayna selama ini juga gue lihat nurut kalau ma lu. Lu anter kemana juga mau, lu ajak kemana juga mau." kata Dimas.

"Lebih tepatnya gue yang maksa, gue yang bikin skenario biar dia mau." kata Vero lalu menyeruput kopinya.

"Ya seenggaknya dia udah terbiasa lah sama lu. Udahlah buruan gas! Lu lihat gue sekarang udah punya bini, mau punya anak. Satria ma Dimas juga ngga jomblo." Kata Lucky

"Gaya lu nyeramahin. Kalau testpack ngga positif juga lu palingan masih main-main." Kata Dimas.

"Heheheh yaaa yang lalu biarlah berlalu." Kata Lucky cengengesan. Teman-temannya cuma geleng kepala.

"Dua minggu lagi Rayna ulang tahun. Kayaknya Bokap Rayna mau ngadain acara deh di ulang tahun Rayna nanti, apalagi ini ulang tahun pertama di kantor." kata Vero.

"Udah buruan tembak biar ntar pas ulang tahun Rayna ngga jomblo. Biar Andro ngga makin cari muka ntar ama Rayna." Kata Dimas.

"Bener bro! Apalagi Andro kan karyawan yang kompeten juga pasti Papa Rayna juga suka. Mana anaknya yang punya tempat dia kerja. Apa ngga makin gencar tuh bocah deketin Rayna." kata Satria. Vero membenarkan perkataan Satria.

Selepas dari resto Vero langsung pulang ke rumah. Rasanya sudah hilang semangat memikirkan hubungannya dengan Rayna nantinya. Sorenya Vero duduk di taman belakang rumahnya sambil menerawang jauh ke atas langit.

"Lagi banyak masalah nak? mama lihat daritadi Vero pulang kerja sampai sekarang kayak kurang semangat?" Tanya Mamanya lalu duduk di samping Vero. Vero tersenyum melihat mamanya.

"Nggak ma, Vero ngga papa." Jawab Vero.

"Apa kurang enak badan?"

"Ngga ma, Vero sehat kok. Mama jangan kuatir." Kata Vero. Dia melihat wajah wanita paruh baya yang sudah melahirkannya seperempat abad lalu. Di genggamnya jari jemari mamanya. Satu-satunya orang tua yang dia punya saat ini.

"Selama ini mama Ngga pernah lihat Vero mengenalkan seorang cewek pun ke mama. Mama sudah semakin tua, nak. Mama pengen lihat Vero menikah, ada yang ngurusin Vero." Kata mamanya.

"Mah, Vero masih muda."

"Iya, tapi udah cukup umur kok."

"Ma, ini juga yang sedang Vero fikirkan. Vero jatuh cinta sama pacar Sabda. Sejak kepergian Sabda sampai sekarang cewek itu masih setia, bahkan sampai sekarang dia masih suka mengunjungi makam Sabda. Vero memang selama ini suka main kerumahnya, bahkan Vero sudah kenal sama orang tuanya. Keluarga Sabda dari awal sudah mendukung Vero karena mereka pikir Vero yang bisa menjaga Rayna. Itu alasan mereka. Vero ingin menyatakan perasaan Vero, tapi Vero takut dia nolak Vero."

"Apa namanya Rayna? sepertinya robby pernah cerita ke mama."

"Iya ma."

Nak, kalau kita tidak mencoba mana pernah kita tau apa hasilnya. Cobalah nak nyatakan perasaanmu. Anak mama kan Hebat, pasti Rayna menerima. Positive thinking." kata Mamanya.

"Iya ma, doain ya ma."

"Pasti mama doain nak. Jangan lupa kenalin ke mama ya? Jangan sampai kamu di langkahin adikmu menikahnya."

"Ya kalau Vero diterima pasti Vero ajak dia kesini." Vero merasa yakin setelah mendapat dukungan dari mamanya. Dia bertekad besok akan menyatakan perasaan pada Rayna. Ada notif masuk dari medsosnya. Dia buka ternyata Rayna memposting 1 foto baru. Rayna sedang makan bersama teman-temannya di kantor dan ada Andromeda juga disana. Caption Rayna 'Aku ngga kemana-mana kok, cuma pindah divisi 😊' Begitu caption Rayna.

Andromeda memberikan komentar.

'Pasti bakal kangen nih kita semua sama Bu Rayna'

kemudian ada yang memberikan balasan di komentar Andro.

'Yang paling kangen jangan-jangan Pak Andro ya... Sabar pak, beda ruangan doang haha'. Melihat itu Vero menahan rasa cemburunya. Kalau ngga ada mamanya disamping pasti udah di lempar tuh ponselnya.