1 Prolog

Hai namaku Andi, umurku dua puluh empat tahun. Meski usiaku udah mendekati seperempat abad tapi masih kyuut kan... Hehe.. Asal kalian tau aja guys, saat ini aku jadi orang paling bahagia sedunia. Salah satunya nih, bukti konkrit yang gak bisa dipungkiri, banyak cewek-cewek yang suka aku guys... Kalian bisa lihat gimana beruntungnya aku kalo pas kayak sekarang nih lagi jalan-jalan di mall. Hampir semua cewek yang melintas di depanku, gak ada yang gak nglirik liat aku guys. Ehmmm normal sih, mungkin aku terlalu tampan untuk dilewatkan. Hahay...

Kenalin nih, disamping kananku ini ada cewekku, namanya Ayu. Disamping kiriku ini ada cewek temenku, namanya.... Ehmmm... Entahlah lupa, soalnya Sandi gonta-ganti cewek mulu. Dan yang di belakang itu namanya Sandi, dia yang punya cewek ini. Kayaknya dia ikhlas, kalo ceweknya buat aku gandeng jalan bareng. Abis mo gimana lagi guys, antara cewekku dan ceweknya tuh tadi tengkar hanya gara-gara ngerebutin aku pingin digandeng buat jalan bareng. Daripada tengkar ya, aku gandeng aja mereka berdua samping kanan kiri hehe...

"beruntung ya jadi kamu, cewek manapun gak ada yang nolak" sahut Sandi dengan muka manyunnya karena gak ada yang nggandeng.

Gimana guys menurut kamu? Enak kan?

Suara Andi terdengar percaya diri di televisi saat siaran acara seleb naik daun secara live. Gak lama siaran kejedah karena tayangan iklan. Rating acara ini termasuk tinggi sehingga banyak diminati iklan yang mau tayang. Saking banyaknya iklan yang antri ke acara tersebut, durasi iklannya cukup lama.

Selagi ditayangkan iklan, Andi, temen-temenya dan beberapa crew acara tv mulai masuk mobil dan berangkat ke tempat siaran berikutnya, yaitu rumah istana megah milik Andi.

Guys balik lagi dengan aku Andi di acara siaran live seleb naik daun. Apa sih yang membahagiakan buat anak muda? Ehmm... Direbutin cewek mah.... belum seberapa guys... Ada lagi nih yang bikin bahagia. Pernah kebayang gak sih kalian, kalo pas kondisinya pulang ke rumah habis aktifitas diluar, terus capek, badan pegel-pegel, kadang kalo pulang kerja capek pikiran butuh refresh otak segera. Lah solusinya,, kalo aku sampek rumah, tinggal aku tepuk tangan dua kali akan muncul cewek-cewek cantik yang masih muda dengan seragam seksi dan bau parfum yang wangi, akan berbaris untuk siap mijit relaksasi di kursi ruang tamu ini. Jadi cewek-cewek itu berbagi job pijit, yang satu ada yang mijit kaki, yang satu ada yang mijit lengan dan yang satunya ada yang mijit punggung. Gimana mantap kan... Kalo ada massage service gini, kita langsung fresh luar dalem. Hehe...

Yok guys... Ikut lagi, kita review bahagiaku di rumahku ini. Aku mau nunjukin hal lain lagi yang bisa bikin bahagia buat kawula muda kalo pas di rumah. Yang aku suka dari rumahku ini, gak hanya sekedar mewah seperti istana, atau luas yang bikin hati puas, atau artistik yang enak dilirik, atau... Ada kolam renangnya yang bisa dibuat acara pool party, menurutku itu sih udah basi. Sebelumnya sory guys, bukannya aku sombong ingin pamer kekayaan. Kalo emang kenyataanya kita bisa bangun rumah nyaman lebih dari standard umum, kenapa enggak?

Kalo yang gak basi dan gak umum tapi oke, menurutku rumah yang di dalamnya juga dipenuhi kebutuhan entertainment kawula muda seperti di lantai dua ini.

Ayo coba ikut aku guys, di lantai atas. Aku pingin nunjukkin ruangan favoritku nih.

Seru Andi menggebu-gebu dengan ekspresi sumringah di layar tv. Andi menaiki tangga dengan gak sabar, sampai-sampai tampilan di layar tv jadi ikut goyang. Maklum acara live, kondisi kameramennya yang sedang ngejar Andi gak bisa diedit. Ketika sampai di lantai dua, langkah Andi mulai tenang, begitu pula tampilan di layar juga mulai stabil.

Andi berjalan tenang mendekati suatu pintu ruangan. Pas Andi memegang pintu ruangan itu, dia tersenyum ke kamera sambil mengangkat alisnya dua kali, seakan-akan ingin ngajak penonton bercanda. Lalu akhirnya dia membuka pintu itu...

Di ruangan ini nih, aku bisa nonton bioskop dengan sepuasnya haha... Ini real bioskop ya guys, bukan home theater yang layarnya pakek tv. Jadi aku bikin semua standardnya sama seperti standard bioskop yang ada di Indonesia. Mulai dari ukuran besar ruangannya, layarnya, kursinya, peredamnya dan bahkan movie tayangnya aku sesuain standard penayangan yang sama dengan bioskop-bioskop yang ada di Indonesia.

Bayangin aja guys,, gimana enaknya di ruangan ini gak perlu repot-repot antri tiket masuk. Dan enaknya kamu bisa ngajakin siapapun disini buat nobar. Mau ngajak nyokap, bokap, abang, adek, teteh, tante, om, sepupu, omah, opah, pacar, temen, selingkuhan atau BO an sekalipun masih muat semua daahh...

Gimana guys.... enak kan??

Tanya Andi pada penonton tv dengan gayanya khas memainkan alisnya dua kali. Lalu dia ngajak keluar dari ruang bioskop tadi.

Dan lagi guys,, beruntungnya aku di usia sekarang gak seperti pemuda pada umumnya yang lagi bingung-bingungnya nyari kerjaan. Bingung nyari kerjaan di sosmed, di platform job seeker, atau mungkin nyarik kerjaan ke relasi-relasi orang yang sudah bekerja. Tau lah,, betapa sulitnya nyarik kerjaan di usia segitu.

Tapi... kalo aku justru sebaliknya guys...

Ucap Andi membusungkan dada dan menepuk bangga. Seakan dalam hatinya berkata, inilah kerja kerasku. Kemudian tangannya mengayun ke penonton tv untuk mengajak ke ruangan berikutnya yang akan ditunjukkan. Dia mulai memegang gagang pintunya, lalu dibukalah...

Taraa...

Ekspresi Andi girang menunjukkan ruangan dengan membuka kedua tangannya. Di ruangan itu banyak sekali bilik-bilik ruang yang diisi meja kerja dan segala isinya, seperti tumpukan berkas-berkas, telfon dan komputer. Satu bilik kotak ditempati satu orang. Dan terlihat banyak orang-orang yang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sedang sibuk telfon, ada yang sedang sibuk di depan komputer dan ada yang sedang sibuk ngobrol dengan rekanannya.

Ini nih, aku buatin kantor pribadi di rumahku. Orang-orang ini kerja ke aku buat manage semua proyek-proyek bisnis yang akan aku bangun. Sekaligus menampung semua tawaran-tawaran perusahaan yang mau ngajak kerjasama. Tentunya aku nggak sendiri buat memimpin perusahaan ini. Aku punya asisten pribadi yang cantik dan mau digaji rendah. Ssttt... Jangan rame-rame, maklum adik sendiri. Lagian juga dia baru lulus sekolah, hehe...

"kak ini daftar laporannya ada 53 perusahaan yang nawari kerjasama dan cuman 15 perusahaan aja yang mau ndukung proyek kita" ucap adiknya Andi sambil menyodorkan berkas-berkas company profil beberapa perusahaan.

"lalu kenapa sisanya tadi kok gak mau ikut kerjasama ndukung proyek kita?"

"karena mereka gak berani ambil resiko biaya yang terlalu mahal kak"

Ya, ya, ya... Begitulah perusahaan-perusahaan, selalu harapannya ingin sukses tapi tidak mau usaha besar-besaran.

Gimana guys,, enak kan??

Lagi-lagi dia memainkan alisnya untuk bergaya di depan penonton tv setelah sesi pamer ruangan. Lalu dia keluar ruangan lagi dan mengayunkan tangannya untuk mengajak penonton buat ngeliat ruangan lainnya lagi.

Ini yang terakhir guys, hal yang gak kalah penting dari kehidupanku sekarang. Hal penting ini adalah hal yang selama ini dicari orang-orang untuk bisa merubah nasib mereka. Mereka mati-matian ikut audisi idol, ikut ajang pencarian bakat, eksis di berbagai sosmed biar jadi seleb, influencer atau banyak follower. Tujuannya cuman satu, yaitu....

Terkenal

Andi membuka pintu ruangan khusus penuh dengan para wartawan yang sudah menunggu kedatangan Andi daritadi.

Pintu terbuka dengan sambutan cahaya foto yang bersahut-sahutan di samping kanan kirinya. Dia melangkahkan kakinya pada ruangan itu, seakan-akan membelah lautan pers. Badan tegap dan pasang wajah ramah sambil menoleh kanan kiri dengan melambaikan tangan agar enak dilihat di kamera. Terlihat titik akhir langkah dia yaitu sebuah podium yang sudah dipenuhi banyak mic, recorder atau hp dari berbagai media dan stasiun televisi. Setelah beberapa langkah, Andi sudah berdiri diam di podium. Serentak para pers langsung berdesak-desakan ambil posisi di depan Andi.

Andi mengangkat tangan kanannya keatas sebagai isyarat untuk silent mode pada pers.

"oke, satu orang satu pertanyaan" ucap Andi dengan menegakkan pandangannya dengan bangga.

Lalu para pers mulai mengacungkan tangannya satu per satu hingga semua sebagian yang ada diruangan itu.

Andi memilih salah satu pers yang ada di tengah. "tampaknya anda sangat percaya diri dengan keadaan yang sekarang, apa tidak ada hal yang ditakuti?"

Andi menghembuskan nafasnya berat. Lalu dia terdiam sejenak, sambil memejamkan matanya. Dia teringat pengalaman buruk yang dialami temannya yang sedang sekarat, tepat ada di pangkuannya.

"kematian"

Andi memberanikan diri untuk menjawabnya.

"satu hal yang paling aku takuti dalam hidup ini adalah kematian" imbuh Andi sambil menatap ke bawah karena tidak berani mengingat-ingat lagi kematian temannya.

"mungkin orang-orang umumnya mengira masa hidupnya masih panjang karena ngerasa masih muda, umur 17, umur 20, atau umur 24 kayak aku. Tapi pada kenyataanya, kematian gak memandang umur" ucap Andi terjedah karena kerongkongannya terasa kering dan berat untuk bersuara. Dia meneguk segelas air putih yang ada di depannya.

"pada saat jantungmu berdebar-debar seperti kencan pertama kali, kayak kerasa sesak, terus detak jantung kadang melambat, kadang cepat. Gak lama lagi di telingamu akan terdengar suara ketukan yang keras sekali. Dok! Dok! Dok!,, Dok! Dok! Dok!,, Dok! Dok! Dok!. Lalu disusul ada suara orang berteriak dengan jelas di sebelah telingamu pas, Bangun! Bangun! Bangun! Disitulah kematian akan menjemputmu"

Mendadak suhu badan Andi mulai panas. Keringat bercucuran di pelipisnya. Andi gerah, berkali-kali dia menarik ulur kaosnya.

"ketika matamu kabur, sejenak kamu tidak akan bisa melihat apa-apa. Segalanya tampak bluurrr... lalu pandanganmu menghitam dan semuanya berubah warna jadi hitam. Kamu ngerasa tidak ada seorang pun yang menemanimu, meski kenyataannya ada orang disampingmu. Karena waktu itu... kamu hanya ditemani oleh keresahanmu."

Andi teringat lagi, kejadian pas menemani temannya yang sekarat di pangkuannya. Temannya meronta-ronta ingin memegang sesuatu tapi tak bisa diraihnya. Bahkan Andi yang berusaha memegangi tangan temannya, tidak membuat keadaannya jadi tenang.

"pada saat waktunya, kamu akan melihat jelas sosok malaikat pencabut nyawa yang buruk rupa seperti zombie berdiri tegak di depanmu pas"

Andi mengingat lagi temannya yang sekarat tiba-tiba teriak, "pergi... pergi... pergi... pergi kau zombie jelek"

"maka... pada saat itulah nyawamu akan dicabut. Aku tidak tahu bagaimana rasa sakitnya, pas dicabut. Tapi aku pernah menyaksikan temanku pas dicabut nyawanya. Dia meronta kesakitan mulai ujung jari kakinya sampai merambat ke atas menuju kepalanya. Bahkan di akhir hayatnya, matanya melotot keatas kayak menahan rasa sakit. Ibaratnya nih tubuh kayak ada jarum benang di setiap saraf tubuh kita mulai ujung kaki sampai kepala. Lalu jarum itu ditarik keatas sampai hilang. Kalian bisa bayangkan bagaimana rasa sakitnya"

Andi menghembuskan nafasnya legah setelah menceritakan pengalaman buruknya. Dia terdiam sambil menundukkan pandangannya tapi jari-jarinya masih tremor gemetaran.

Setelah beberapa detik Andi terdiam, dia mulai menegakkan pandangan lagi dihadapan pers. Langsung cahaya foto kembali menyala bersahut-sahutan. Para pers mulai ribut lagi satu sama lain, sebagian juga ribut karena tidak puas dengan pernyataan Andi.

"oke, pertanyaan berikutnya?" ucap Andi memecah suasana riuhnya pers.

Sejenak suasana hening, kemudian pers langsung bersahut-sahutan mengacungkan jari sambil bersua meminta untuk dipilih.

Kali ini Andi memilih salah satu pers yang ada di pojok kanan belakang. "apa hal yang anda harapkan di dunia ini? Sementara anda sudah ada di posisi puncak kebahagiaan"

Andi tersenyum mendengarnya. Matanya berbinar-binar seakan gak sabar buat menjawab pertanyaan itu.

"baiklah... Aku menyadari, memang kehidupanku sekarang memang sangat membahagiakan. Kehidupanku ini seperti hanya sebuah harapan belaka buat orang-orang pada umumnya. Tapi memang inilah hidup, kita gak bisa lari dari kenyataan. Yang bisa kita lakukan saat ini kita harus berani menghadapi masalah-masalah yang ada. Kita berusaha ambil sikap yang terbaik. Ingat... Terbaik itu bukan berarti hanya untuk diri sendiri yang terkesan egois, atau bukan pula terbaik hanya untuk keluarganya saja yang terkesan nepotis dan bukan pula yang terbaik hanya untuk kelompok sendiri yang terkesan chauvinis. Oleh karena itu, harapanku adalah...."

Akkhhh.... Uhkk... Uhk... Uhk...

Ada apa ini??!!

Tiba-tiba dada Andi mulai berdebar-debar seperti orang yang mau kencan pertama kalinya. Dadanya terasa panas, sesak dan berdegup gak beraturan. Andi memukul-mukul dadanya untuk menenangkan dirinya agar bisa meneruskan kata-katanya yang terakhir pada pers. Tapi kemudian lututnya lemas hingga membuatnya limbung sejenak di depan podium itu. Tangan Andi meronta-ronta untuk berusaha meraih atas podium. Dia berusaha untuk berdiri sekuat tenaga dan menegakkan pandangannya. Dia mencoba meraih salah satu mic yang terbesar untuk mengatakan pada pers kalo dia baik-baik saja.

"........ ... ........ ..... ......."

Andi mulai takut akan kematiannya, karena barusan dia tidak bisa mendengarkan suaranya sendiri. Dia mencoba membuka matanya lebar-lebar, justru malah membuatnya pusing dan perlahan pandangannya kabur.

Ngiiiingggg....

Pendengaran Andi tiba-tiba mendengung. Sekejap suasana jadi hening, pandangan blur, dan warna yang dilihatnya semua menghitam. Lutut Andi melemas lagi, hingga akhirnya dia tak mampu berdiri sambil menarik kabel mic yang menyeret semua property pers berjatuhan. Begitu pula dengan tubuh Andi, yang terjatuh dan terbaring di lantai.

Dok! Dok! Dok!,, Dok! Dok! Dok!,, Dok! Dok! Dok!

Andi mendengar suara ketukan yang sangat keras sekali memekakkan telinga. Disusul suara panggilan yang seolah-olah berasal dari alam lain tapi terdengar jelas di dekat telinga seperti orang berteriak Bangun! Bangun! Bangun!. Di dalam hati Andi bertanya-tanya apakah ini yang dinamakan kematian? Tapi kenapa? Kenapa? Kenapa harus aku yang mati? Kenapa aku mati disaat begini? Ini tidak adil!! Akhhh.... Omong kosong semuanya tentang harapan.

avataravatar
Next chapter