1 Mahadewa

Asap merah muda mengepul pelan, aroma harum semerbak terbawa asap yang melayang. Di atas sebuah ranjang putih dengan ukiran emas, ada seseorang yang berbaring. Selimut putih lembut menutupi seluruh tubuh orang tersebut, hanya menyisakan beberaa helai rambut halus yang tergerai. Walau ditutupi dengan selimut, lekuk tubuh yang indah terlihat tetap terbentuk. Sesekali tubuh itu bergerak.

Ruangan itu sangat besar dan megah. Dinding putih yang berukir menggambarkan berbagai macam makhluk kuno di permukaannya. Pilar-pilar yang dililit oleh patung naga tegak berdiri dengan kokoh menyanggah langit-langit. Di langit-langit terdapat permata yang bergelantungan dengan indah. Berkilau dengan penuh kemewahan. Namun disamping berbagai macam kemewahan, hanya ada ranjang indah dengan ukiran emas di tengah ruangan. Selebihnya kosong, ruangan luas nan megah itu hanya di isi oleh ranjang dimana seseorang masih bergulung dengan selimut putih.

Kriettt... Pintu kecoklatan terbuka pelan. Dari celah yang terbuka terlihat pria bertubuh atletis berdiri disana. Ada pedang kembar berbentuk sabit di sisi pinggangnya. Sarung pedang itu dihiasi dengan permata keunguan yang berkilau. Agak mencolok saat berdampingan dengan zirah emas yang membalut tubuh berotot itu. Tubuhnya tegap dan penuh keangkuhan seakan-akan dia adalah orang yang paling kuat.

Saat pintu berhenti bergerak, dia masuk. Pintu raksasa itu hanya membuka celah seukuran tubuh gagahnya. Saat memasuki ruangan, aura dominan yang dimilikinya menguap begitu saja di udara. Dia masih terlihat gagah namun matanya memancarkan rasa hormat dan ada sedikit rasa takut di sana.

Kaki panjangnya menapaki lantai marmer yang diselimuti oleh kabut merah jambu, sama seperti asap yang melayang pelan di udara. Aroma harum memasuki hidung pria itu. Langkahnya tidak menimbulkan suara sedikitpun, dia berjalan dengan punggung sedikit membungkuk. Saat tiba di depan ranjang, dia berlutut membungkuk hormat.

"Hormat hamba, Mahadewa." suara pria berzirah itu berat dan tegas.

"Dewa Perang, apa yang membawamu kemari?" suara indah terdengar dibalik selimut. Tubuh itu bergerak pelan dan selimut yang menutupi kepala mulai tersibak.

Saat selimut itu terus turun hingga pinggang, Dewa Perang terus menundukkan kepalanya. Tidak berani melihat orang di depannya. Di atas ranjang, tubuh indah tengah duduk dengan malas. Itu keindahan yang tak tergambarkan. Rambut panjang terurai lembut di punggung putih yang tampak kokoh. Rambut hitam itu tampak kontras di atas kulit selembut awan itu.

Dada bidang yang telanjang itu terlihat sangat indah dengan puting merah muda. Otot perutnya terbentuk alami dan tidak terlalu berotot. Wajah orang itu tak dapat di jelaskan, terlalu menyilaukan. Raut wajahnya setenang air namun matanya memancarkan dominasi yang tak terbatas seakan semesta sendiri berputar di matanya. Alis pedang membingkai mata itu dengan indah membuat mata itu terlihat sangat mempesona. Pria ini adalah lambang segala keindahan. Dia bisa membuat 9 nirwana bergetar hanya dengan wajahnya.

"Mahadewa, seorang dewi baru saja naik ke langit. Dia memiliki bakat yang bagus, tidak tahu apakah Mahadewa tertarik untuk melihatnya." jawab Dewa Perang dengan lugas.

"Oh? Siapa namanya?"

"Di dunia bawah dia disebut Permaisuri langit."

Alis indah itu bertaut, wajahnya masih tenang namun aura tidak menyenangkan berhembus pelan. Dia kembali menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Mengabaikan kehadiran pria berzirah emas tersebut. Pria itu tahu maksud Sang Mahadewa jadi dia langsung pamit meninggalkan ruangan tersebut.

Selain khayangan tempat para dewa berada, ribuan dunia lain di sebut dunia bawah oleh para penghuni khayangan. Banyak orang dari dunia bawah berkultivasi dengan harapan bisa naik ke dunia atas tempat para dewa. Setiap makhluk di dunia bawah bermimpi untuk naik namun hanya mereka yang mendapat berkah dewa yang bisa membuka celah langit.

Dewa perang merupakan salah satu dewa tertinggi, berkah yang diberikannya sangat berharga bagi para kultivator di dunia bawah. Maka siapapun yang mendapat berkahnya akan memiliki bakat luar biasa dan saat mereka menaiki dunia atas, mereka akan menjadi bawahan langsung sang dewa. Begitu pula dengan dewa yang lain. Ini hubungan antara pemberi dan penerima.

Di khayangan, berkah merupakan hal yang paling berharga. Semakin tinggi berkah yang di dapat maka semakin tinggi derajat mereka. Mereka yang telah naik namun tidak mampu mengumpulkan banyak berkah hanya akan berakhir menjadi pelayan para dewa yang memiliki berkah lebih banyak. Tentu saja untuk mendapatkan berkah bukanlah hal yang mudah. Setiap dewa memiliki selera tersendiri, salah sedikit saja maka seseorang bisa kehilangan berkahnya. Apa bila hal itu terjadi, maka dia akan dikembalikan ke tempat asal dan seluruh kultivasi serta ingatannya tentang dunia atas akan hilang. Itu lebih buruk dari kematian.

Semakin tinggi derajat maka semakin sulit untuk mendapatkan berkah. Seperti para dewa tertinggi. Hanya ada satu jalan untuk menambah berkah mereka karena hanya ada satu orang yang bisa memberi. Berkah yang di dapat juga tergantung suasana hati si pemberi itu sendiri, hal itu yang menyebabkan perbedaan antara para dewa tertinggi.

Pemberi berkah tertinggi adalah Sang Mahadewa. Namun dia hanya akan memberi berkah sesuai hatinya. Bisa banyak atau sedikit. Demi berkah dewa, terkadang penghuni khayangan sampai turun ke dunia bawah untuk menghibur hati Mahadewa. Mereka akan melakukan perjalanan dan mencari bibit unggul untuk diberkahi.

Dewa Perang kembali ke aulanya. Aula miliknya cukup megah dan ramai. Ada berbagai makhluk dari ribuan ras tengah berlatih di dalam. Saat pria itu memasuki aula, aktivitas terhenti. Semua orang membungkuk hormat namun dia hanya mengangguk acuh tak acuh sambil terus berjalan. Matanya menatap sekeliing selama beberapa saat sebelum pergi begitu saja.

"Sepertinya dewa kita gagal lagi." ujar seorang pria saat Dewa Perang menghilang dari pandangan.

"Apa ku bilang, kenaikan wanita itu pasti membawa kegagalan. Semua orang tahu bahwa orang di Aula Suci Terlarang itu tidak menyukai nama yang angkuh. Karena kenaikannya, dewa kita harus pergi melapor ke Aula Suci Terlarang."

"Bukankah kita semua sama saja seperti Permaisuri Langit itu? Aula Suci Terlarang itu bukan tempat sembarangan. Walaupun jarang ada wanita yang naik dengan membawa berkah Dewa Perang, lalu mengapa?"

"Benar sekali, aku dengar beberapa hari yang lalu Dewa Ilusi juga pergi ke sana. Dewa membawa 5 orang yang berhasil naik dalam 700 tahun ini kesana namun mereka semua bahkan tidak bisa melewati pintu."

"Tidak semua orang bisa masuk, kalau bukan karena kedekatan Dewa kita dengan Aula itu, mustahil untuk masuk tanpa persiapan apapun."

"Apa yang kalian bicarakan?" seorang wanita berjalan mendekati kelompok yang berdiskusi. Dia adalah Permaisuri Langit yang baru naik. Wajahnya cantik namun ada jejak keangkuhan disana. Cara bicaranya juga terdengar sombong. Dia baru saja naik namun karena sifat bawaannya membuatnya tidak disukai.

"Apa-apaan cara bicaramu. Aula Suci Terlarang saja menolakmu, apa yang kau sombongkan? Cih!" seorang wanita berbaju merah muncul di antara kerumunan kelompok yang berdiskusi.

"Hmph! Tidak ada yang akan menolakku. Hanya Aula Suci Terlarang tidak akan menghalangi jalanku. Jangan samakan aku dengan sampah seperti kalian." Permaisuri Langit menyahut dengan angkuh.

"Dasar katak dalam tempurung!" seru wanita berbaju merah sambil tersenyum sinis.

Tiba-tiba aula bergetar, wanita berbaju merah dan yang lain tersenyum sinis. Mereka tampak mengejek Permaisuri Langit. Hukuman akan menimpa wanita angkuh itu. Semua orang tahu, menyebut Aula Suci Terlarang dengan nada angkuh yang meremehkan hanya akan memicu amarah penjaga aula. Ini adalah salah satu hukum khayangan yang diketahui semua orang. Tapi berhubung Permaisuri Langit sangat angkuh, dia menyepelehkan aturan tersebut.

"Lihat, penarikan berkah dewa akan dimulai!" seru seseorang saat untaian tipis mulai mengelilingi tubuh Permaisuri Langit.

avataravatar
Next chapter