webnovel

GULYARKHAN

Kisah Nurhan mempertahankan cintanya pada Yusuf

Maria_Ispri · History
Not enough ratings
4 Chs

GULYARKHAN 4

Di tengah padang rumput yang tak berbatas, Yusuf memandang lembut kekasihnya. Tak pernah dia merasakan debar hati seperti yang dia rasakan saat ini. Nurhan tampak bercahaya di matanya. Kekasih halalnya begitu cantik dalam balutan gaun panjang warna merah bersulam benang pelangi. Rambut Nurhan terurai dihiasi doppa berumbai manik dan bertahta perak, menambah cantik sang Kekasih di mata lelaki yang sedang kasmaran. Jarinya menyentuh lembut wajah Nurhan, menyela rambut hitam pekat Nurhan yang dihembus angin. Kekasihnya tersenyum malu lalu menundukkan pandangan. Saat sebuah dorongan dalam jiwanya menghendaki kedekatan yang tak terbatas bersama Nurhan, tiba-tiba ...

Zlaaap!

Sebuah lecutan cambuk melingkar dan mencekik leher Nurhan. Gadis itu terkejut, mendelik dan susah bernapas. Tali itu menarik Nurhan lalu hilang bersama angin. Tiba-tiba saja muncul sosok Mingrui yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam, sebuah pisau di tangannya. Yusuf terbelalak saat pisau itu menembus perutnya. Rasa sakit tak terkira seakan memotong-motong urat nadinya. Ditatapnya Mingrui yang tersenyum sinis dan penuh kemenangan.

Braaak!

Suara pintu kayu terbuka membuat Yusuf terkejut lalu terbangun dari mimpi buruknya. Tubuhnya basah oleh peluh, luka di perutnya terasa berdenyut.

"Kau sudah bangun," sapa seorang lelaki dengan gaya rambut taucang berbaju wool biru.

Tubuh Yusuf masih terasa lemah, kepalanya pusing.

"Dimana aku?" tanya Yusuf pada lelaki yang mengantar obat untuknya.

"Kau di Lembah Mutiara. Kami menemukanmu terbaring sekarat di tengah jalan," terang lelaki itu sambil duduk di tepi ranjang.

Yusuf terkejut dirinya berada di tempat persembunyian Tuan Hapak pemimpin pemberontak Khoja. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah kayu yang sederhana di tengah hutan pinus.

"Apakah Tuan Hapak ada di sini?" tanya Yusuf.

"Tuan Hapak sedang keluar bersama saudara yang lain untuk mempimpin gerilya," jawab lelaki berbaju biru.

Yusuf berusaha untuk duduk.

"Hati-hati ... hati-hati ... minumlah dulu obatmu. Kau tak sadarkan diri selama dua hari," terang lelaki yang masih berumur awal dua puluhan.

Yusuf tercengang lalu berusaha turun dari dipan kayu. Dia ingat tentang Nurhan. Yusuf ingin segera menyelamatkan kekasihnya.

"Eh kau mau kemana? Istirahatlah, kau masih terluka," ujar lelaki berbaju biru menahan Yusuf agar kembali duduk.

"Aku harus menyelamatkan Nurhan. Si Brengsek itu telah menculik istriku," terang Yusuf dengan nada geram.

"Aiiish ... sabarlah. Kami tahu kesusahanmu. Kami akan menolongmu mengambil kembali istrimu. Hari ini Tuan Hapak sendiri yang memimpin pengintaian ke pos pasukan Qing dan kediaman Mingrui untuk mencari istrimu. Kabar terakhir, kami mendapat informasi istrimu ada di kediaman Mingrui. Bersabarlah ... sehatkan dirimu dulu, kami akan cari jalan untukmu," terang lelaki baik hati itu menenangkan Yusuf.

Yusuf surut lalu duduk kembali. Dia mengepalkan tangan karena geram dengan ketidakberdayaan melindungi istrinya.

"Minumlah obatmu, istirahatlah," nasihat lelaki berbaju biru.

Yusuf mengambil alih mangkuk obat yang diangsurkan ke arahnya, lalu meminumnya. Dia sedang memikirkan cara untuk menyelamatkan Nurhan dari tangan Mingrui.

***

Di balik bukit, di sebuah kebun buah peach yang tumbuh berjajar di sepanjang jalan setapak, para pemberontak Khoja bersama Yusuf mengintai serombongan pengantar pengantin yang lewat. Dalam kereta berkuda terdapat Nurhan yang dicekam rasa cemas menuju kediaman Mingrui. Mata mereka waspada dan mencari waktu tepat untuk melakukan penyerangan. Di tangan mereka hanya ada busur tangan dan pedang. Persenjataan mereka kalah dibanding para prajurit Qing yang sudah dilengkapi senjata api dan mesiu. Mereka harus memikirkan cara yang cerdas untuk mengalahkan para prajurit Qing.

Tuan Hapak yang ada di seberang lembah langsung memberi aba-aba menyerang saat tanah yang ada dihadapan rombongan tiba-tiba runtuh membentuk lubang menganga yang dipasangi potongan bambu tajam membuat rombongan berkuda yang ada di paling depan langsung menghentikan langkah. Riuh suara ringkik kuda yang terkejut lalu bergerak tak terkendali. Dari arah bukit, sebelah kanan kiri lembah meluncur anak panah dari para pemberontak Khoja membuat para prajurit Qing kocar kacir panik. Pasukan Khoja berpedang turun menyerang rombongan pengantin. Pertempuran mulai terjadi. Denting pedang beradu, ditingkah suara senapan yang menyalak meninggalkan asap mesiu yang membumbung ke udara.

Keributan itu digunakan Yusuf untuk menyelamatkan Nurhan. Lelaki itu membunuh dua prajurit Qing baru bisa sampai ke kereta Nurhan. Yusuf membuka tirai pintu kereta. Di dalam dia melihat Nurhan duduk di lantai kereta sambil merunduk di samping dua orang perempuan Manchu yang mengiringi pengantin. Nurhan gemetaran, sedangkan dua orang perempuan di sebelahnya berteriak ketakutan sambil menangis saat melihat Yusuf membuka tirai pintu kereta.

"Jangan bunuh kami ...jangan bunuh kami ...," mohon kedua perempuan yang ada di sebelah Nurhan.

"Nurhan!" panggil Yusuf.

Nurhan mengangkat wajahnya. Matanya berbinar saat melihat sang Kekasih datang menolong dirinya.

"Yusuf!" seru Nurhan lalu berdiri berusaha untuk keluar dari kereta.

"Ayo cepat!" ajak Yusuf lalu menyambut tangan kekasihnya.

Nurhan keluar dari kereta. Yusuf menggendongnya turun menjejak tanah. Mereka saling menatap dalam kerinduan. Penantian rindu Nurhan berujung indah. Akhirnya dia bisa bertemu dengan suaminya kembali. Senyum Nurhan terkembang.

Tak disangka, dari arah lain datang sekelompok pasukan berkuda datang menuju ke tempat kericuhan. Debu terhambur karena derap kuda pasukan Qing yang dipimpin Mingrui.

Mingrui menatap tajam Nurhan yang ada di tangan Yusuf. Lelaki itu mengokang senapan lalu diarahkan ke Yusuf. Semua prajurit Qing di belakang Mingrui juga siap menembak para pemberontak Khoja.

Tuan Hapak yang melihat posisi mereka tidak menguntungkan memberi perintah untuk mundur.

"Munduuurr ... munduuur!" teriak Tuan Hapak yang dipatuhi para pengikutnya. Tapi terlambat, senapan para prajurit Qing mulai menyalak menjatuhkan pasukan pemberontak.

Moncong senapan Mingrui meletus. Pelurunya melesat tepat menuju Yusuf, tapi takdir Tuhan menentukan lain. Nurhan melindungi Yusuf dari lesatan peluru Mingrui, menembus tepat di dada perempuan itu. Nurhan merosot jatuh, Yusuf yang terkejut, tersadar, lalu menangkap tubuh Nurhan yang jatuh ke tanah. Nurhan menatap lembut Yusuf, nafasnya lemah

"Nurhan ... Nurhan ...tidak ... tidak ...kau tak boleh mati. Jangan tinggal kan aku ... Nurhan ... Nurhaaan!" teriak Yusuf panik.

Nurhan tersenyum tanpa mengucapkan salam perpisahan menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Yusuf. Tiba-tiba letusan senapan mulai terdengar kembali, sebuah peluru panas menembus dahi kiri Yusuf yang membuat lelaki itu tersentak, terbelalak lalu jatuh ke atas tubuh Nurhan yang ada dalam pelukannya. Tak bergerak lagi.

Mingrui menderap kudanya mendekat kepada dua kekasih yang sudah masuk ke gerbang kematian. Mingrui turun lalu menatap kosong pada dua sosok yang mati di tangannya.

"Jika aku tak bisa memilikinya, kau pun tak boleh memilikinya," ucap Mingrui dengan nada suara sinis.

Mingrui menatap mayat Nurhan yang di rebahkan di tanah. Tak ada air mata yang menetes, tapi hatinya terasa dikerat-kerat. Dia benar-benar jatuh cinta pada Nurhan, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Mingrui menyadari, dengan cara apa pun dia takkan bisa memalingkan cinta Nurhan pada Yusuf. Mingrui beranjak meninggalkan jenazah Nurhan dengan penuh penyesalan

Syair Gulyarkhan memberikan kesan sedih di balik keceriaan melodinya. Nurhan si Gadis Cantik, kehilangan kekasih masa kecilnya, serangga keserakahan telah menghancurkan bunga cintanya.

Isn't my flower... is Gulyar

(bukan bungaku ...Gulyar)

Isn't my hometown...is Kucha

(bukan kampung halamanku ... Kucha)

Aren't the people who called us bad are ruined themselves?

(tidakkah orang yang menyebut kita buruk sebenarnya menghancurkan diri mereka sendiri?)

Oh my dear beautiful Gulyarkhan

(Oh, si Cantik tersayang Gulyarkhan)

Who wears Söser-tumaq (furry hat worn by Uighur's girls), are the girl who picked and loved the handsome one

(Yang menggunakan topi bulu, yang diambil dan dicintai oleh seorang yang tampan)

Who crush my heart by not coming to me often

(yang menusuk hatiku dengan jarangnya dia datang)

Oh my beautiful dear Gulyarkhan

(Oh, si Cantik tersayang Gulyarkhan)

Oh my Dutar (Uighur's music instrument)

(Oh, gitarku)

It has wire

(yang memiliki senar)

The tea I drank last night

(teh yang aku minum kemarin malam)

Catchs my desire

(menangkap rasa inginku)

Oh my beautiful dear Gulyarkhan

(Oh si Cantik tersayang Gulyarkhan)

Who wear doppa

(yang menggunakan doppa)

And holding a branch of peachtree

(dan sedang memegang sebuah ranting pohon buah Peach)

Are the girls who lost their childhood love somewhere

(Apakah itu para gadis yang kehilangan cinta dari masa kecilnya di suatu tempat?)

Oh my beautiful dear Gulyarkhan

(Oh, si Cantik tersayang Gulyarkhan)

Early in the morning

(Di awal pagi)

A grey tail rabbit is running

(Seekor kelinci kelabu melarikan diri)

That sweet girl is my beautiful Gulyarkhan

(Itu adalah gadis manisku yang cantik Gulyarkan)

Oh my beautiful dear Gulyarkhan

(Oh si Cantik tersayang Gulyarkhan)