webnovel

BANG PANDU

Setiap minggu pagi Andin bangun lebih siang daripada biasanya. Karena ada mamah, dia tak harus membuat sarapan di hari itu. Kewajiban memasak sarapan dikerjakan mamahnya yang selalu menginap di malam minggu.

Meski sudah bangun dari beberapa saat yang lalu, gadis bertubuh mungil itu masih nyaman berbaring di atas kasur. Dia baru bergerak saat aroma masakan menembus ke dalam kamar yang Andin tempati di lantai dua.

Dengan agak sempoyongan dia berjalan ke arah kamar mandi yang ada di samping tangga untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi.

"Tolong bangunin Satya sama Andin. Ini kalau kelamaan nasi gorengnya bisa dingin, udah nggak enak."Andin dengan jelas mendengar suara Mamah karena kamar mandi yang sedang dipakainya berada tepat di atas dapur.

Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki menaiki tangga. Berdasarkan suara yang terdengar berat dan santai, Andin tau kalau itu langkah kaki Tyo.

"Ngapain sih lu pagi-pagi udah disini? "Andin membuka pintu kamar mandi lalu menyembulkan kepala. Di sekitar mulutnya masih ada sisa odol dengan tangan kanan memegang sikat gigi.

Tyo yang sudah sampai di ujung tangga terlonjak kaget dan hampir mengumpat. Dia melihat Andin yang menatap sinis dari celah pintu kamar mandi. "Buru turun! Laper banget nih gua. " katanya sok galak, melewati Andin menuju kamar Satya. Tyo mengetuk pintu kamar Satya dua kali. Hening, tak ada jawaban.

"Gitu doang mah nggak bisa ngebangunin macan tidur. "Seloroh Andin yang masih mengamati Tyo sambil menggosok gigi.

"Tauk. Dia tidur jam berapa semalem? Nggak enak kalau ngebangunin orang yang baru tidur dua jam."Tyo menggerutu.

Andin mengangkat bahu, lalu dengan cueknya menutup pintu kamar mandi menimbulkan bunyi berdebam.

Tyo menghirup nafas panjang dan..."SAT... SATYA... "

Belum ada jawaban.

"OI SAT.. SATYA... KEBO... BANGUN LU... GUE NGGA BISA MAKAN KALAU LU MOLOR MULU. "

Pintu kamar terjeblak terbuka. Satya dengan wajah pucat kusutnya langsung memaki Tyo. "Setan! Gue baru tidur dua jam. "

Tyo memasang wajah datar tak bersalah. "Lu tidur lagi aja habis sarapan. "

"Andin nggak bilang gue baru tidur tadi jam 6?"Satya masih bersungut-sungut, mengikuti langkah Tyo yang ringan. Andin yang baru keluar dari kamar mandi juga mengikuti di belakang Satya.

"Kagak tuh."jawab Tyo enteng.

Di dapur, Mamah sedang sibuk menuang jus berwarna hijau ke gelas-gelas tinggi. Satya dan Tyo langsung mengambil tempat duduk diseberang Mamah. Mereka berdua kompak mengambil piring nasi goreng yang diletakan di tengah meja dan langsung menyuap banyak-banyak.

Andin membantu membagikan jus hijau ke masing-masing orang lalu duduk di kursi samping Mamah. Gadis itu baru menyuap sesendok nasi goreng waktu semua orang sudah mulai makan.

Seperti biasanya, Tyo makan dengan kecepatan penuh. Dia sudah menandaskan satu piring padahal Andin baru makan sekitar seperempatnya.

"Mau nambah nggak Yo?"tawar Mamah ramah. Saking seringnya Tyo bermain di rumah itu, Mamah sampai menganggapnya anak sendiri. "Itu masih ada banyak di wajan"

Andin menegakkan tubuh mengintip isi wajan dari jauh. Tenyata nasi goreng yang di masak Mamah memang masih banyak tersisa.

Tyo tersenyum lebar sebelum beranjak untuk menambah porsi. "Hehe, makasih Tante. Baik banget sama calon mantu"canda Tyo.

"Kalau calon mantunya calon dokter mah harus dibaik-baikin terus biar nggak lepas."balas Mamah.

Andin berdigik sendiri. Tyo dan Mamah sering bercanda seperti itu, tapi tidak membuat dia lama-lama terbiasa

"Masak banyak banget Mah,"Andin mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Iya, katanya Pandu mau mampir, bisa dibawa buat makan siang dia sama Erin."

Andin mangut-mangut.

"Tan, kayaknya HP yang diatas kulkas nyala-nyala terus layarnya. Itu punya siapa?"tanya Tyo.

"Bawain sini coba Yo."

Tyo mengambil HP dan mengulurkan ke Mamah sebelum dia duduk di kursinya kembali.

Kening Mamah berkerut saat melihat layar HP-nya. "Ini Pandu nelfon terus kenapa ya?"tanyanya heran.

Andin dan Setya saling berpandangan sementara Mamah berjalan ke ruang keluarga untuk menelfon Pandu kembali.