24 24. Sosok Bayangan Sang Pengawal

"Iya benar apa yang kamu bilang, ternyata benar ada ada seperti sosok bayangan hitam di luar tenda sana ya." Ungkap Risma.

"Benarkan apa yang aku bilang kalo disitu ada sesuatu, makanya aku takut buat melanjutkan pendakian, tapi mau gimana lagi yakan teman teman yang lain udah pada setuju melanjtkan pendakian." Ucap Shella.

"Bayangan tadi kamu terdengar suara suara yang aneh tidak?". Tambah Shella.

"Aku cuma merasakan hentakkan langkah kaki dan samar samar terdengar suara yang agak aneh dan asing bagi telingaku, itu yang buat aku ketakutan." Jawab Risma.

"Tadi aku cuman dengar hentakan kaki saja, kenapa sekarang ada suara yang aneh juga." Ungkap Shella kebingungan.

"Ayo sekarang kita keluar saja, jadi semakin takut buat di dalam tenda lama lama." Ucap Risma.

"Ayo, ayo keburu kita di ganggu lagi." Jawab Shella menjawab pertanyaan Risma.

Risma dan Shella akhirnya keluar dari tenda membawa kotak P3K yang dibutuhkan Risma untuk mengobati kakiku.

"Kenapa lama sekali mengambil obatnya sih?" tanyaku pada Risma.

"Tadi dari dalam tenda aku melihat sosok bayangan hitam yang besar berdiri di belakang tenda, aku dan Shella takut mengambil kotaknya." Jawab Risma atas pertanyaanku.

"Ciri-cirinya gimana ?" tanyaku pada Risma.

"Ciri-ciri badannya tinggi besar, terus di bagian tangannya kayak megang senjata atau sesuatu ,hentakan kakinya juga sangat keras menimbulkan suara yang cukup aneh." Risma menjelaskan sosok yang ia temui di belakang tenda.

"Jangan-jangan itu sosok pengawal dari kakek Sarmani yang mulai mengganggu kalian untuk yang menjadi takut, dan kita mengurungkan niat mendaki ke puncak dan memilih untuk turun." Ucapku menenangkannya.

"Apakah benar yang kamu katakan itu?" tanya Risma kembali kepadaku.

"Iya benar apa yang aku katakan, mereka akan terus menghantui kita sehingga mereka bisa membuat kita kembali pulang turun dari gunung ini itulah tujuan dari mereka, tapi ingat kita manusia adalah makhluk yang paling sempurna, jadi kalian tidak usah takut pada mereka, cukup kita menghormati dan menghargai mereka, bahwa mereka juga ada disisi kita saat ini." ucapku pada Risma dan juga Shella yang membawa kotak P3K kepada aku.

"Aku bisa saja gila ini, karena ketakutan dihantui terus menerus, soalnya aku adalah orang dengan tipe yang sangat penakut sekali." ucap Shella padaku.

"Tidak apa-apa kamu nggak usah khawatir kan ada aku jadi tidak perlu risau, sekarang bantu aku untuk bisa menyembuhkan kaki, agar bisa kembali pulih terus tenagaku, biar aku bisa terus membantu kalian." ucapku kepada Shella.

"Terus apa yang kamu ketahui sesosok bayangan hitam besar tadi?". tanya Risma kepadaku

"Bayangan besar tadi adalah pengawal Kakek Sarmani, mereka sebenarnya ada dua sosok, namanya Jumali dan Jamali, salah satu dari mereka mempunyai tubuh yang sangat besar hitam dan juga cukup menakutkan, sekilas saat aku mencoba untuk berinteraksi dengan mereka."

"Yang satunya lagi memiliki tubuh yang layak seperti manusia biasa, akan tetapi tubuh bagian sebelahnya hancur seakan dulu dia mengalami kecelakaan atau dihajar oleh massa mengakibatkan tubuhnya remuk di bagian sebelahnya." ucapkan kepada Risma dan juga Shella.

"Jadi tambah takut kalau semakin banyak para penunggu disini yang mengganggu kita, tapi mau gimana lagi kita semua sudah memutuskan untuk naik, jadi ya apapun resikonya kita harus terima yang penting kita tetap berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa." Ucap Risma.

"Tiga sosok itu lah yang menghajar tubuhku habis-habisan dibawah pohon itu, aku menutupi dari kalian, sebenarnya aku tidak terpeleset jatuh terbentur pohon dan juga batu."

"Waktu aku di hajar habis-habisan oleh mereka, dipukuli dan aku diterbangkan oleh kakek Sarmani ini menggunakan tongkatnya yang memiliki kekuatan yang cukup besar, aku berterbangan membentur ranting-ranting pohon dan jatuh kembali ke tanah." Ucapku.

"Terus apa yang terjadi hingga kakimu sebelah kanan ini sampai patah? Apa yang mereka berbuat kepadamu, sebenarnya tidak ikhlas mereka memperlakukanmu seperti ini." ungkap Risma kepadaku

"Aku tadi sebenarnya coba melawan mereka, mereka memberikan pilihan kepadaku untuk tetap nekat melanjutkan pendakian atau turun kembali ke rumah, tapi aku tetap ingin bertekad melanjutkan pendakian tanpa diduga ternyata kakiku dipukul oleh kakek Sarmani hingga kakiku patah."

"Aku mengiranya patah hanya di dunia alam bawah sadarku, akan tetapi ternyata malah terbawa hingga ke alam sadar ku, rasa yang sangat sakit." ucapku menjelaskan kepada Risma dan juga Shella.

"Memang mereka itu kurang ajar sekali, kita masih anak-anak tidak tahu apa-apa kenapa mereka tega menghantui dan mengganggu kita selama pendakian." ucap Shella kepadaku.

"Ya mungkin saja kita ini manusia pilihan yang diciptakan, makanya mereka takut pada kita yang mungkin memiliki sikap dan juga perilaku yang baik." ucapkan kepada Shella.

"Hahaha kamu bisa aja, kita semua juga pasti pernah nakal nggak ada manusia yang sangat baik sekali, perbandingannya satu dibanding seribu orang yang ada di dunia ini." Ungkap Shella.

"Hehehe iya sudah, itu tolong segera obati kakiku ya." ucapku pada Shella dan juga Risma.

"Ya sudah kamu diam dulu ya, ditahan sakitnya pasti sedikit ada rasa sakit saat aku mencoba membetulkan posisi kakimu yang benar agar tidak semakin parah." Ucap Risma padaku.

"Iya siap yang penting pelan-pelan aja ya." Ucapku.

Risma dan juga Shella mendekat ke arah kakiku mereka berdua saling bahu-membahu untuk membantu mengobati kaki ku. Risma memang cukup ahli di dalam organisasi ekstrakurikuler Palang Merah Remaja yang ada sekolah, yang mampu memposisikan tulang yang benar kembali. Shella bagian mencari minyak urut dan mempersiapkan kain untuk membalut kakiku yang patah ini.

"Aduh, aduh sakit pelan-pelan ya." rintihku kepada Risma.

"Yang sabar aja, nanti kalau tulangnya kembali ke posisi awalnya nanti juga udah tidak sakit. Emang awalnya sakit sih tapi lama kelamaan nanti nggak kok, sabar ya." ucap Risma menenangkanku.

"Mana Shell minyak urutnya, ini nanti mau aku urut dulu biar posisi tulangnya kembali seperti awal." ucap Risma pada Shella.

"Ini minyak urut nya." ucap Shella sambil memberikan minyak urut kepada Risma.

Risma terus saja memijat dan juga memposisikan tulangku kembali dengan benar, aku merintih kesakitan dan tidak kuat rasanya ini terus berteriak-teriak dan memberontak membiarkan kakiku tetap dalam posisi seperti ini saja, karena memang sangat sakit sekali.

"Sabar, ini sudah mau selesai." ucap Risma sambil memijat kakiku yang berbunyi seperti kaki sedang di remukkan oleh besi.

"Ini mumpung belum terlalu parah makanya masih bisa diposisikan kembali seperti semula tulangnya." ucap Risma kepadaku.

Setelah beberapa menit Risma memijat kakiku, akhirnya dia menyelesaikan pijatan nya akupun sedikit lega meskipun kaki sangat sakit sekali.

"Shella mana kainnya, ini udah selesai mau aku balut kakinya biar tidak terjadi di pergerakan-pergerakan tulangnya, tidak geser kembali dan bisa tetap melanjutkan pendakian dengan aman dan nyaman." ucap Risma pada Shella.

Shella memberikan satu gulungan kain kepada Risma.

"Risma, ini kain dan juga pengaitnya sudah ada di situ, jadi tinggal kamu balutkan dan kamu kaitkan dengan pengaitnya udah selesai." Ucap Shella kepada Risma.

avataravatar
Next chapter