23 23. Terlepas Dari Pengaruh Buruk

"Udah tidak apa-apa, kamu tidak usah khawatir aku masih kuat jalan kok sampai ke puncak." Jawabku meyakinkan Risma.

"Tapi aku tidak mau kita semakin bahaya, karena kamu yang punya kelebihan otomatis tenagamu berkurang, sedangkan kedepannya nanti bakal lebih banyak lagi makhluk tidak kasat mata yang akan kamu hadapi untuk membantu kami." Ucap risma.

"Jadi gimana kita lanjut gak ini?" tanya Mas Simon.

"Aku sih lanjut aja, karena meskipun kita tidak di terima dengan baik kita tetap percaya kalo bakal tetap dalam lindungan Allah SWT." Ucap Siswanto.

"Sebenarnya aku sedikit ragu dan takut untuk melanjutkan pendakian ini, karena tidak mungkin juga aku turun sendiri atau berdua kembali, kan tinggal sedikit lagi jadi ya sudah aku lanjut aja." Ucap Shella menjawab Mas Simon.

"Aku terserah kalian semua saja, tinggal ngikut aja." Jawab Fajar singkat.

"Yasudah kalo banyak suara yang tetap minta melanjutkan pendakian, kita lanjut aja tinggal sedikit lagi." Ucap Mas Simon.

"Kita tetap saling menjaga satu sama yang lainnya, jangan ada yang berbuat aneh-aneh lagi agar kita semua selamat berangkat melanjutkan pendakian dan kembali turun dalam keadaan sehat juga selamat." Ucap Mas Ryan.

"Iya mas, semoga saja aman." Ucapku.

"Aku hanya mengingatkan kalian semua ya, jangan sampai ada yang melamun dan pikiran kosong, nanti bisa saja kakek tua namanya Sarmani, bisa merasuki tubuh salah satu dari kalian lagi." Ucapku mengingatkan.

"Lohhh iya kah? Wahhh jangan sampai ada yang melamun ya, kalau bisa ada yang kedinginan nanti bilang biar tidak ada yang hipotermia disini." Ucap Mas Ryan.

"Iya ini mas, suhunya sangat dingin sekali." Ucap Putri sambil mengeluh kedinginan.

"Gimana kondisi kamu Put, badanmu masih berat dan sakit tidak?". Tanyaku pada Putri.

"Ini sudah sedikit enakan, cuma tinggal pegal-pegal saja, efek dingin atau terbentur sesuatu mungkin." Ucap Putri.

Teman teman membantu Putri berdiri, sedangkan aku di bantu Siswanto dan Fajar berdiri. Kami berjalan menuju api unggun untuk melanjutkan pembicaraan kami semua, karena api unggun nya masih menyala dan supaya menjaga kondisi badan kami tetap hangat.

Malam ini aku memperkirakan sudah menujukan pukul 22.30 WIB. Suasana malam yang hening dan juga kabut putih menambah suasana yang membuat keadaan semakin sunyi. Yaahhh namanya juga gunung, isinya cuman tumbuhan, hewan dan makhluk tidak kasat mata hehehehe.

Kami berkumpul mengelilingi api unggun tersebut yang mulai sedikit hampir padam karena terpaan angin malam. Mas Ryan dan Mas Simon mencoba menjaga kondisi api agar tidak benar benar padam.

Aku duduk berdampingan dengan Risma. Disebelahku Fajar duduk berdampingan dengan Shella, Putri dan Siswanto.

Sambil menunggu Mas Ryan dan Mas Simon mengatur api, kami saling berbincang menayakan kondisi satu sama yang lain nya.

"Terimakasih ya Risma, kamu selalu membantuku dan khawatir akan kondisiku." Ucapku berterima kasih pada Risma.

"Iya sama-sama, aku juga terimakasih berkat kamu, kami semua masih tetap aman ya meskipun sedikit mengalami gangguan tadi." Ucap Risma memegang tanganku.

"Ini gimana kondisi kakimu yang patah? Ini kenapa juga di beberapa badanmu banyak sekali luka memar. Kalo gak segera di obati ini nanti bikin kamu pegal pegal." Ucap Risma.

"Mana aku liat kondisi kamu." Ucap Risma sambil melihat kondisi kaki ku sebelah kanan.

"Aduhhhh sakittt, pelan-pelan ya." Rintihku saat Risma memegang tanganku.

"Aaawwww maaf ya hehehe." Ucap Risma sedikit tertawa dan khawatir.

"Ahhh kamu ini sengaja bercanda nih." Ucapku membalasnya.

"Enggak kok, ini benar-benar mau aku liat dulu semoga saja masih bisa sedikit penanganan pertama." Ucap Risma.

Risma melihat kondisi kakiku, aku berharap dia bisa memberikan pertolongan pertama pada kakiku. Karena Risma ini di sekolah ikut ekstrakurikuler yang namanya PMR (Palang Merah Remaja) jadi dia sedikit bisa dan tahu mengenal luka dan harus di lakukan pertolongan pertama apa yang di jalankan.

Aku bersyukur bisa dekat dengan nya. Semoga aku dan dia tetap bisa bersama seterusnya itulah doaku.

Kakiku yang patah di taruh di atas kedua pahanya, kemudian kakiku di luruskan dan di lihat olehnya.

"Ini kakiku patahnya tidak terlalu parah jadi masih bisa aku tangani, kemungkinan kalo tidak segera di tangani dan tanpa perawatan yang benar kamu buat melanjutkan pendakian, bisa berdampak buruk pada kakiku yang menimbulkan cacat fisik nantinya." Ucap Risma setelah melihat kakiku.

"Jadi belum terlalu parah ya, minta tolong di obati sebisamu ya, biar bisa mendaki sampai puncak dan kembali turun dengan selamat." Ucapku pada Risma.

"Bentar habis ini aku ambilkan obat urut nanti sedikit aku treatment biar kakimu tidak kaku dan tulangnya bisa kembali di tata." Jawab Risma

Risma meletakkan kakiku kembali, Risma berlalu mengambil kain khusus penahan patah tulang di kotak P3K yang ada di dalam tenda.

"Kotak P3K nya ada di dalam tenda ya Shel?". Tanya Risma pada Shella.

"Iya tadi ada di dalam tenda, coba kamu liat di sana." Jawab Shella yang sedang memijat tubuh Putri yang merasakan pegal pegal.

Risma menuju tenda yang berjarak satu meter dari tempat kami duduk. Dia masuk kedalam, kemudian dia berteriak.

"Shell, dimana kotaknya? Kamu taruh mana." Teriaknya.

"Itu kotaknya di dekat tasku di pojokan tenda, lihat gak kamu?". Jawab Shella dari luar.

"Coba kamu kesini deh, aku gak tahu ada dimana kamu taruhnya." Teriak Risma dari dalam tenda yang cukup terdengar dari luar.

Shella nampak masuk kedalam tenda membawa Risma mencari kotak P3K.

"Ini kotaknya, ahh kamu gitu saja tidak tahu." Ucap Shella mengejek Risma.

Saat mereka berdua di dalam tenda nampak aku merasakan sesuatu yang tidak enak akan terjadi pada mereka berdua. Suasana yang awalnya dingin berubah menjadi hangat. Angin yang berhembus seketika seakan berhenti, nampak terlihat dari kobaran api yang menyala.

Saat Shella akan mengambil kotak P3K yang berada di pojokan tenda bagian dalam, dia melihat sosok bayangan hitam dengan suara hentak kaki di luar tenda.

Dia pun terkejut dan lansung loncat mendekat kearah Risma.

"Heiiii Ris, kamu lihat tidak di sana tadi ada baying hitam yang sangat besar dengan suara hentakan kaki yang begitu terasa, seakan gempa." Ungkap Shella pada Risma.

"Kamu jangan bercanda ya Shell, ini jangan main main kamu." Ucap Risma menegur Shella.

"Beneran aku tidak bohong tadi ada bayangan hitam, dia seakan mendekati tenda kita dengan langkah kakinya, makanya aku langsung melompat ke arah kamu." Ucap Shella ketakutan.

"Buruan kamu ambil kotaknya, aku mau mengobati Ei di luar, kasian teman teman di luar menunggu kita, kan kita juga belum memasak buat mengisi perut kita." Jawab Risma.

"Kamu aja yang ambil kotaknya, aku takut." Jawab Shella.

"Yaudah aku ambil kotaknya, kamu sih penakut." Ucap Risma.

Risma memberanikan diri mengambil kotak P3K di pojokan. Tiba-tiba saja Risma langsung melompat ke arah Shella sambil membawa kotak P3Knya.

avataravatar
Next chapter