19 19. Sarmani, Penganut Ilmu Hitam

"Nama kakek siapa? aku ingin berkomunikasi dengan kakek dan penunggu di sini dengan cara yang baik."tambahku.

Aku terus berusaha berkomunikasi dengannya, untuk mengetahui siapa beliau, mengapa ada disini dan apa tujuan nya menegurku dengan cara seperti ini.

Laki-laki tua tersebut tidak menghiraukan perkataanku sama sekali. Beliau berjalan beranjak meninggalkanku dengan keadaan lemas tersungkur di tanah.

"Kek, Kakek mau kemana? Kenapa pertanyaanku belum di jawab." Kataku sambil merangkak mengejar beliau sebisaku.

Tetapi ada kekuatan yang begitu besar menarik kaki dan juga tubuhku agar tidak bisa bergerak menyusul beliau. Kakiku tidak bisa bergerak begitu pula dengan tubuhku.

Aku menoleh kebelakang tubuhku secara perlahan, ternyata ada dua sosok berpakaian kuno memegangi tubuhku. Aku berpikir apakah ini pengawalan dari kakek tersebut.

"Tolong lepaskan aku, apa salahku?" teriak ku sambil meronta ini melepaskan diri dengan tenaga seadanya.

"Kamu ingin kemana anak muda." Ucap salah satu dari sosok yang berpakaian kuno tersebut.

"Aku ingin bertanya pada kakek itu." Ucapku sambil menunjuk kakek tersebut yang berjalan.

Kakek tersebut menghentikan langkahnya, dan menoleh kembali kepadaku.

Yang awalnya dengan tatapan kosong menatapku, sekarang beliau menatap sambil tertawa melengking. Tubuhku bergetar, merinding ketakutan di tandai dengan bulu kuduk ku yang berdiri.

Keringatku bercucuran keluar menambah ketegangan dalam peristiwa tersebut.

Aku pun meminta tolong kepada teman-teman dan juga kakek itu untuk bisa membantuku melepaskan dari dua sosok laki-laki yang berada di belakangku.

"Teman-teman, tolong bantu aku lepas dari dua laki-laki yang ada di belakangku ini, tolong teman-teman." rintihku meminta tolong kepada mereka.

Tapi ternyata mereka hanya bisa menatap ku seolah aku sedang tertidur saja di bawah pohon tersebut, dilihat secara mata manusia biasa.

"Ampuni aku, apa salahku?". aku selalu merintih dan meminta pertolongan dan juga ampun kepada kakek tersebut.

Tiba-tiba saja kakek itu mengeluarkan satu kalimat kepadaku.

"Lepaskan dia." ucap kakek tersebut kepada dua sosok laki-laki yang berada di belakangku.

Akhirnya dua sosok tersebut melepaskan tangan dan juga tubuh dari genggam mereka, akupun merangkak dari bawah mereka menuju pohon.

Dua laki-laki itu pun pergi meninggalkan aku mendekat di samping kanan dan kiri tubuh laki-laki tua tersebut, sekarang mereka bertiga sedang memandangiku terkulai lemah di bawah pohon besar.

"Namaku adalah Kakek Sarmani, sesepuh yang ada di Gunung ini. Zaman dahulu kala, aku adalah seseorang yang dituakan di daerah pemukiman di bawah gunung Panderman ini, akan tetapi aku oleh masyarakat sekitar dihajar masyarakat sekitar, karena mereka mengetahui aku sedang yang mendalami ilmu hitam. Hanya ada dua orang di permukiman daerah sini yang percaya kepadaku bahwa aku adalah orang yang baik yang memainkan ilmu hitam di daerah sini, namanya adalah Jamali dan juga Jumali dia yang tadi memegangi mu wahai anak muda." ucap kakek tersebut menjelaskan tentang dirinya kepadaku .

"Lantas mengapa aku yang tidak tahu apa-apa ini, kakek lakukan seperti ini padaku ?" tanyaku pada kakek tersebut.

"Karena jarang sekali ada seseorang pemuda yang memiliki satu kelebihan, yaitu bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan makhluk seperti ku juga dengan yang lainnya." ucap kakek tersebut kepadaku.

"Kebanyakan dari mereka datang ke sini adalah mereka yang selalu berbuat jahat, karenanya aku selalu menampakan diri dan juga kekejaman kepada mereka salah satunya yang aku lakukan kepadamu tadi di awal pertemuan kita ini." ucap kakek tersebut sambil menghentakkan tongkatnya yang membuat tubuhku terhempas kembali terbentur ke batang pohon yang ada di belakangku.

Aku mengira kakek tersebut merupakan seseorang yang cukup kuat di masa lampaunya buktinya kakek tersebut, yaitu apabila tongkat tersebut diletakkan di tanah tubuh terasa bergetar dan berguncang hingga aku terhempas terbang kesana kemari.

Aku beberapa kali diterbangkan oleh kakek tersebut menggunakan tongkat itu, aku cukup khawatir akan kelangsungan nyawaku, apabila aku salah berbicara menyinggung perasaan kakek dan juga dua pengawalnya tersebut.

Pengawalnya tadi yang bernama Jumali dan jam merupakan sosok laki-laki tua yang memiliki tubuh kekar yang pertama adalah Jumali memiliki perlawanan yang cukup besar dengan otot-otot yang kekar mempunyai rambut panjang setelah dibuka jubahnya tangan di sebelah kirinya membawa alat pemotong seperti pisau ataupun cangkul yang cukup tajam yang bisa saja memotong tangan dan juga tubuh tubuhku menjadi bagian-bagian kecil.

Sedangkan satunya Jamali merupakan sosok yang tubuhnya nya seperti manusia biasa tapi badannya di sebelah kirinya sudah sedikit hancur mungkin saja akibat kisah pada masa lampaunya akibat kecelakaan atau dipukuli, Jamali yang memiliki raut muka yang cukup tajam dan juga rasa amarah yang cukup besar akibat rasa dendam nya telah dibunuh oleh masyarakat sekitar.

Memang tampak dari raut muka sosok ini dan dua pengawalnya, mereka seperti penganut ilmu yang cukup kuat sampai akhinya ilmu mereka tidak sempurna yang malah menjadi pukulan telak buat mereka bertiga dan penduduk disekitar sini yang menerima imbas bencana dari tingkah laku mereka dengan roh roh halus di gunung ini.

"Apa hubungannya denganku hingga kalian bertiga melakukan hal tadi padaku?" tanya aku kepada mereka.

Mungkin saja perkataanku menimbulkan rasa marah kepada mereka atau menyinggung perasaan mereka, terus berulang kesekian kali tubuhku kembali terangkat akibat dari kekuatan tongkat yang dipegang oleh kakek tersebut.

Tubuhku terbang ke atas, kepalaku membentur dengan dahan pohon hingga aku kembali terjatuh. Kejadian tubuhku terangkat dan membenturkan ke tanah terjadi berulang kali semenjak aku bertemu dengan tiga sosok tersebut.

Reaksi tubuh sangat lemas karena berbuku berhasil dikuasai oleh kakek tersebut hingga akhirnya mereka mendekat kembali, ketika kedua pengawalnya memegang tanganku, tubuhku terangkat tidak menapak pada tanah, tangan sebelah kiri kakek tersebut mencekik leher kembali sambil menamparku terus-menerus.

Setelah puas menampar aku secara terus-menerus, kakek tersebut memukul perutku, tubuhku bagian lainnya juga merasakan sakit yang sungguh menyakitkan menyiksa tubuhku.

Mungkin ini pertama kalinya aku dikeroyok oleh makhluk-makhluk halus hingga akhirnya aku terkulai lemas tubuhku dengan da bercucuran darah, keluar dari mulut dan juga hidungku, aku takut apabila aku mati dalam dekapan gunung ini aku berusaha untuk menahan diri dan menguasai tubuhku.

Aku cukup tidak kuasai menghadapi pukulan, tendangan dan juga hempasan dari Kakek Sarmani ini, ingin rasanya aku melewati satu malam ini yang cukup berat dalam hidup yang aku alami selama ini.

Dua pengawalnya yang bernama Jumali dan Jamali mendekat kembali padaku. Mereka berdua mendudukan ku di bawah pohon tersebut, tubuh dan tanganku di ikat di batang pohon tersebut.

Tangan ku di ikat pada batang pohon begitu dengan tubuhku, sedangkan kaki ku tetap dalam keadaan lurus kedepan, di ujung sepatuku di ikat rapat oleh mereka menggunakan akar tumbuhan yang tiba tiba saja keluar dari dalam tanah.

Aku gemetar tak kuasa menahan sakit dan siksaan ini secara terus menerus.

Dalam hati aku hanya bisa berdoa, memohon keselamatan dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

avataravatar
Next chapter