webnovel

4| Minta Izin Ke Ayah

"Aku udah siap, maaf ya buat Kak Bima sama ibu nunggu lama." Pelangi turun dengan pakaian dress selutut, tas selempang ke kanan berwarna hitam pekat dan sepatu putih polos di kedua kakinya.

"Enggak apa-apa." Wanita itu menjawab dengan singkat namun senyumnya tidak luntur sekalipun. "Ayo langsung pergi aja, ayah bilang udah di tempat makan malam kita." Wanita itu mengambil tas dan kunci mobil, diikuti langkah Pelangi dan Bima berjalan di belakabg ibunya dengan tangan Bima yang merangkul bahu adik perempuannya.

"Gimana sama pacarmu. Kamu masih marah sama dia?" tanya Bima pada Pelabgu dengan sedikit memberi jatak antara ibunya dengan pembicaraan mereka. "Udah enggak."

"Aku sama Biru udah baik-baik aja kok, nanti pulang jam berapa Kak? Aku mau pergi sama Biru setelah makan malam, enggak apa-apa kan?" tanya Pelangi pada Bima membuat laki-laki itu terkekeh mendengarnya. "Coba kamu minta izin," jawab Bima pada Pelangi membuat perempuan itu menelan ludhanya sukar. "Takut," jawabnya membuat Bima terkekeh.

"Aku enggak bisa bantu, ya. Soalnya besok aku harus berangkat lebih awal juga." Pelangi mengerucutkan bibirnya kesal, ada sebuah perasaan takut dan khawatir untuk nanti. Tapi setidaknya untuk hari ini Pelangi akan menjadi berani pada dirinya sendiri. "Nanti aku coba izin sama ayah. Masa aku dibantu sama Kak Bima terus." Bima terkekeh dan mengelus puncak kepala Pelangi dengan terkekeh.

"Iya, izin aja. Asal jangan bohong." Bima berjalan memutar ke arah sisi pintu untuk duduk di samping ibunya, sedangkan Pelangi langsung masuk ke dalam mobil di belakangnya.

"Udah siap semuanya, kan?" Pelangi dan Bima menganggukkan kepalanya bersama dengan Bima, keduanya mulai berbicara beberapa hal pada ibunya untuk menghilangkan suasana hening di mobil.

"Nak, besok hati-hati ya," ucap ibunya pada putranya dimana saat itu Bima hanya terkekeh dan menjawabnya dengan anggukkan kepalanya juga. "Aku bakal hati-hati. Ibu doain aku biar menang juga, soalnya kali ini pertandingan terakhir aku bisa ikut. Beberapa bulan lagi aku udah mulai fokus kelulusan sekolah juga, jadi aku usahain banget ke lomba besok." Bima menjawabnya dengan tidak kalah bersemangat, wanita itu tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya pelan.

"Pasti kok, yang penting kamu harus hati-hati dipertandingan. Ayah sama ibu datengnya jam satu, belum mulai kan kalau jam satu siang Nak?" Bima menggelengkan kepalanya pelen, dia mengambil ponselnya untuk menujukkannya pada wanita itu.

"Mulai jam dua." Bima berucap seperti iru, membuat Pelangi yang natap keduanya hanya bisa diam saja dan takut-takut mengacaukan pembicaraan mereka.

"Nak, gimana sekolahnya? Fokus ke sekolah, kan? Temen kamu bilang ke ibu katanya ada yang ambil barang-barang kamu di loker ya? Mau ibu laporin ke pihak sekalah atau gimana, Dek?" Pelangi menggelengkan kepalanya pelan, dia menatap ke arah ibunya saat wanita itu sedange menghentikan laju mobilnya.

"Enggak perlu, ibu. Aku enggak apa-apa juga, tapi sedikit enggak nyaman juga. Cuma selagi yang hilang cuma buku sama bolpoint aku enggak masalah kok." Ibunya hanya bisa terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Kata temen kamu lagi, katanya kamu sering banget dapet permen coklat sama susu kotak ya? Uang sakumu utuh ya Dek, dibeliin temen-temen gitu?" Bima total tertawa keras melihat bagaimana ibunya berusaha mencari pembicaraan dengan Pelangi dimana perempuan itu hanya bisa menahan senyumannya dan terdiam sedikit menundukkan kepalanya karena malu.

"Dia boros tahu, Bu." Bima menyatu membuat Pelangi mengerucutkan bibirnya kesal. "Aku beli jajan pakai uang saku dari ibu kok."

"Lagian ya, masa aku setiap hari makan coklat sama susu doang. Aku kasih ke Indah sama temen-temen satu kelas, aku enggak makan semua coklat pemberian dari temen-temen yang di loker. Aku takut kenapa-kenapa malah," jawab Pelangi pada ibunya membuat keduanya tertawa mendengar jawaban Pelangi.

Mobil berhenti membuat pembicaraan mereka terhenti juga, mereka mulai melepas sabuk pengaman mereka dan keluar dari mobil.

"Langsung masuk aja. Ibu mau beli sesuatu dulu." Wanita itu memberi perintah pada Bima dan Pelangi untuk masuk lebih dulu menemui ayahnya. "Nak, Adeknya diajak." Lalu wanita itu pergi ke mini market membuat Bima dan Pelangi saling menatap bingung membuat Bima terkekeh.

"Kayaknya ibu mau beli tisu basah sama tisu kering. Ayah bilang katanya persediaan beliau di kantor udah abis." Pelangi terkekeh mendengar penjelasan Bima padanya, mereka langusng masuk ke salah satu restoran sata melohat ayahnya sudah duduk di salah satueja VIP dengan laptop yang masih menyala dan ponsel ditelinganya juga.

Saat Bima dan Pelangi melihat ke arahnya lago proa itu sudah mengangkat tabgannya dengan berjalan ke arah merrka. Bima dan Pelangi juga berjalan mendekat agar ayahnya tidak berjalan terlalu jauhendekat ke mereka. "Tunggu sebentar ya," ucap ayahnya dengan memeluk keduanya sekaligus dan mencium puncak kepala mereka masing-masing.

"Kenapa masih cium aku? Ayah, aku udah besar." Bima terlihat tidak nyaman diperlakukan seperti itu oleh ayahnya dimana Pelangi tertawa kecil melihatnya.

"Loh kenapa? Kamu kan tetep anak ayah juga?" tanya kecil ayahnya membuat Bima menatap sinis ayahnya, Pelangi yang masih memeluk erat pinggang ayahnya hanya bisa terkekeh. "Kak Bima di sekolah berusaha keras terlihat keren, Yah. Kayaknya cuma di rumah Kak Bima bisa manja. Di sini aja kayaknya enggak rela reputasinya jatuh." Pelangi berucap pasa ayahnya membhat pria itu terkekeh. "Bagus dong," puji ayahnya dengan merangkul Bima di satu tangannya dan berjalan menuju meja sebelumnya.

"Bagus, tapi kalau aku lihat Kak Bima di sekolah jadi kelihatan lucu juga." Pria itu menggelengkan kepalanya pelan dengan tatapan tidakpercaya bagaimana kedua anaknya sudha sebesar itu. "Ada-ada aja kamu, Dek." Ketiganya sampai di meja makan mereka dengan laptop dan ponsel ayahnya yang di simpan di tasnya untik bersiap makan malam.

"Soalnya muka serius Kak Bima kelihatan aneh di mataku." Bima mengerucutkan bibirnya kesal bagaimana Pelangi masih terus membicarakan dirinya dengan ayahnya dimana orang yang dibicarakan ada di depannya.

"Udah pesen makan malam belum, Yah?" tanya ibunya yang datang dengan kantung plastik kecil di tangannya. "Belum."

Mereka langsung memesan makan malam mereka masing-masing dan sesekali berbicara disela-sela makan malam mereka. Tigapuluh menit waktu berjalan makan malam mereka berempat selesai dengan desserts yang mereka pesna masing-masing.

"Ayo pulang, katakan kamu enggak bisa lama-lama. Besok kamu berangkat jam berapa, Nak?" tanya ayahnya pada Bima membuat laki-laki itu melirik arloji di tangan kanannya. "Jam lima." Ayah itu menganggukkan kepalanya pelan dan mulai membereskan barang-batangnya. "Ayo pulang, ayah juga mau langsung pulang aja. Siapa yang mau ikut mobil ayah?" tanya pria itu membuat Pelangi menelan ludahnya sukar dengan menatap ke arah Bima sedikit menahan air mayanya juga

"Aku sama ibu aja," ucap Bima mengalihkan matanya dari tatapan memelas milik Pelangi membhat ketiganya mulai bersiap pergi. "Dek kamu sama ayah aja. Ayo siap-siap, ibu mau bayar makan malamnya juga." Pria itu mengelus kepala putrinya dengan menyiapkan kunci mobilnya di meja dan tasnya yang sudah dipakai di bahunya.

"Aku boleh pergi main dulu enggak, Yah?" Bima terkekeh melihat bagaimana Pelangi terlihat sangat berusaha keras mengatakan deretan kalimat untuk meminta izin pada ayahnya.

"Adek mau main sama siapa? sekarang kan udah jam tujuh malem."