webnovel

Bab 18. Via Si Rempong

Baik Via maupun Lusi, hanya terdiam seribu bahasa saat melihat video yang Putri tunjukkan. Siapa sangka video yang sebelumnya telah Alif edit tersebut terlihat begitu nyata dan panas.

Putri sendiri menutup rapat-rapat mulutnya. Ia masih suka merinding setiap kali mengingat isi dari video tersebut.

"Ternyata bener Bang Alif nggak belok, syukurlah." gumam Via pelan.

"Udahan Vi nontonnya, berasa kita lagi nonton film biru tahu nggak!" Lusi langsung menjauhkan diri dari handphone Putri.

"Mataku ternodai ..." Via menutup matanya rapa-rapat.

Melihat reaksi kedua gadis itu, Putri langsung merengut kesal. Gadis itu menyimpan kembali handphone-nya, lalu duduk bersandar pada sofa.

"Kalian sendiri yang ngotot minta bukti! Malu tahu!" geram Putri.

"Udah jangan malu Kak Put, kayak sama siapa aja." setelah mengatakan itu, Via tertawa dengan begitu kerasnya.

"Ya malu dong, apalagi dibilang kayak film biru!" Putri melirik sinis Lusi yang sedang memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.

"Ya habisnya panas gitu woi, penuh gairah dan perasaan!" sahut sang biang kerok tanpa merasa segan.

"Kak Put tahu, nggak? Nggak sembarangan orang bisa masuk ke apartment Bang Al, lho!" celetuk Via sambil duduk menghadap Putri, dan menatapnya lekat-lekat.

"Oh, ya? Kamu aja kali yang nggak tahu! Emangnya, kalau ada perempuan yang masuk ke sana, kamu bakalan tahu?!"

"Tahu dong! Bang Al itu punya satu asisten rumah tangga yang bersih-bersih rumah, nyuci, sama masak. Dan ART-nya Bang Al itu udah Vi suap sebelumnya! Jadi, kalau Bang Al plang bawa perempuan, dia langsung lapor ke Via!"

Putri dan Lusi cukup terkejut mendengar cerita Via.

"Lo ngapain nyelidikin abang lo segitunya, Vi?" seru Lusi heran.

"Kan udah Vi bilang, kalau kami sekeluarga khawatir Bang Al itu belok. Jadi, untuk berjaga-jaga, aku sogok ART Bang Al! Dan bener aja dong, selama ini nggak ada satu perempuan pun yang masuk ke sana."

"Kok aku nggak lihat ART yang kamu maksud itu ya, Vi?" sela Putri.

"Iya, soalnya beberapa hari ini, dia lagi cuti karena anaknya sakit."

Putri mengangguk pelan, sementara Lusi menggeleng tak percaya.

Tak lama setelah itu, handphone Via terus bergetar di atas meja. Putri dan Lusi dengan kompaknya melirik ke arah layar, dan membaca notifikasi yang ditampilkan layar.

"Buset, group keluarga besar lo rame banget, Vi!" celetuk Lusi tak percaya. Ini pertama kalinya ia melihat group chat sebuah keluarga seramai itu. Sungguh sangat berbeda dengan group chat keluarga besarnya yang sepi seperti kuburan.

"Biasanya nggak seramai ini kok." sahut Via dengan santainya.

Via langsung melirik ke arah Putri sambil tersenyum sangat lebar.

"Via post di group kalau Vi lihat Bang Al ciuman sama perempuan di apartment-nya!" aku Via.

Mata Putri langsung terbelalak mendengar pengakuan Via.

Celaka! Bagaimana bisa Via menyebarkan aib sesantai itu? Ini tidak benar. Apa yang akan Alif lakukan jika mengetahui hal ini?

Perhatian Putri kembali tertuju pada handphone Via yang kembali bergetar di atas meja. Tunggu! Sebuah panggilan video group masuk. Buru-buru Via mengangkatnya.

"Viaaa! Kamu serius kalau Alif punya pacar?!" seru sesorang di dalam sana.

Via tersenyum lebar di depan layar handphone-nya.

"Serius dong, ini Via lagi sama pacar Bang Alif!" sahut Via tanpa merasa segan kepada Putri.

Merasa akan terjadi sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, Putri langsung bangun dari duduknya, dan hendak melarikan diri ke kamar. Sayang sekali ia kalah cepat dengan Lusi yang dengan mudah menghentikan langkahnya. Lusi menarik lengan Putri, dan membawa gadis itu kembali ke sofa.

"Sialan!" umpat Putri dengan sangat amat pelan ke arah Lusi yang langsung menjulurkan lidahnya dan tersenyum tanpa dosa.

"Mana dong, mama mau lihat wajahnya! Cantik nggak pacar Alif?" seru seorang wanita tua dari layar handphone Via.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Via langsung mengarahkan layar handphone-nya ke arah Putri. Dan karena Putri terlalu bingung harus melakukan apa, Putri hanya tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah handphone Via.

Keluarga Via langsung ribut, dan berlomba-lomba memuji Putri. Siapa yang akan mengira sebuah keluarga akan begitu bahagia karena saah satu anggota keluarga mereka punya pacar? Kebohongan yang ditujukan untuk membuat Reyhan cemburu, kini menjadi sebuah kebohongan yang melibatkan banyak orang.

"Nak, kamu harus main ke rumah mama! Besok sabtu, kamu ikut Alif sama Via main ke sini ya! Kebetulan, mama mau nyobain resep kue baru! Mama mau kamu jadi orang pertama yang nyobain kue mama!" mendengar ucapan wanita tua yang ada di layar handphone Via, Putri langsung tahu bahwa beliau adalah mamanya Alif.

Ia tidak bisa menolaknya begitu saja, karena mama Alif pasti sangat kecewa, akan tetapi, ia juga tidak bisa menerimanya tanpa persetujuan Alif.

"Tenang Ma, nanti Via ajak Kak Put ke sana!" sela Via.

"Ya udah, kita tutup aja ya video call-nya, sampai bertemu besok, sayang!"

Setelah semua anggota keluarga berpamitan, Via pun mengakhiri panggilan Video tersebut, dan menaruh handphone-nya di meja.

"Cieee, yang mau ketemu calon mertua!" Lusi menyenggol pelan lengan Putri dengan cengiran lebar.

"Nggak gini dong, Vi! Aku belum siap ketemu mama kamu!" rengek Putri ke Via, berharap gadis itu bersedia membantunya untuk membatalkan janji temu tadi.

"Tenang Kak Put! Mama itu orangnya super duper baik! Ya masa Kak Put tega sih ngecewain mama? Nanti nggak dapet restu dari mertua lho!"

Ingin rasanya Putri menyentil mulut Via yang selalu mengatakan apa pun semaunya.

"Aku tergantung Alif aja deh! Ah, au ah! Ngantuk!" Putri merajuk. Gadis itu langsung beranjak meninggalkan Via dan Lusi menuju kamarnya.

"Aaah, iri banget gue sama Putri. Nyokap lo welcome banget sama dia!" seru Lusi sambil menyandarkan kepalanya di punggung sofa.

"Emang orang tua Kak Reyhan nggak welcome sama Kakak?"

Lusi hanya menggeleng lemah merespon pertanyaan Via.

"Mereka tahu gue hidup aja kagak! Reyhan bilang, terlalu dini buat kami untuk memperkenalkan diri ke orang tua satu sama lain!"

Via menepuk pelan pundak Lusi, dan memintanya untuk sabar.

Sementara itu, di kamar Putri, gadis itu langsung menghubungi Alif, dan menceritakan semua yang terjadi.

"Wah, ember banget mulut adek gue astaga! Bener-bener minta di sentil itu anak! Udah Put, nggak usah lo pikirin, biar gue yang ngomong ke mama nanti!" seru Alif dari telepon.

"Kamu mau ngomong apa ke mama kamu?"

"Ya ngomong kalau dia salah paham. Biar kedepannya, mama nggak ngeributin lo mulu!"

"Jangan buru-buru, Al! Kamu nggak takut akan ngecewain mama kamu? Dia sebahagia itu lho waktu tahu kamu punya pacar, masa kamu tega hancurin kebahagiaan mama kamu!"

Terdengar helaan napas yang berat dari Alif.

"Ya terus gimana? Lo masih mau pura-pura pacaran sama gue?"