7 08

Yoon Sera POV

Aku mengurung diri di kamarku. Eomma berkali-kali mengetuk pintu kamarku, namun aku tak menghiraukannya.

Saat aku menepi dengan direktur tadi, lalu direktur memberikan suatu foto polaroid, entah mengapa perasaanku jadi tidak enak. Kepalaku mulai pusing seakan itu adalah kenangan yang pahit. Aku tak berani mengingatnya..

Sebenarnya aku ingin mengingatnya, namun saat mengingat rasanya kepalaku begitu sakit.

'Aku akan tanyakan ke psikiaterku saja nanti,' pikirku.

Setelah agak tenang, aku membuka pintu kamarku dan keluar. Aku mencoba untuk bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dan tersenyum ke arah eomma.

"Eomma.. Aku mengalami hal yang buruk, tapi eomma tak perlu khawatir, aku sudah baik-baik saja.." ucapku sambil memeluk eomma.

"Sera, kau mengingat masa lalumu?" tanya eomma khawatir. Aku menggelengkan kepalaku.

"Tidak, belum.. Sepertinya aku memang harus melupakannya saja.." jawabku.

Eomma kembali memelukku erat sambil berkata, "di saat yang tepat, eomma akan memberitahumu apa yang terjadi. Tak apa jika kau ingin mengingat masa lalumu, namun jika itu terlalu menyakitimu, tak perlu dipaksakan.." aku jadi terharu mendengar perkataan eomma.

Tak terasa hari kemarin sudah berlalu. Hari ini aku akan berangkat kerja.

Aih! Apa yang kulakukan kemarin!? Bagaimana nantinya jika aku berhadapan dengan Direktur!? Apalagi aku diberi tugas menjadi pengantar berkas direktur.. Aigoo.. aku terlalu hanyut dalam perasaanku sampai tak berpikir rasional kemarin.

Bagaimana nantinya? Apakah akan membahayakan posisiku sebagai pegawai disana? Apakah aku akan dipecat? Apakah direktur akan membenciku!?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menerus menghantui pikiranku bersamaan dengan detak jantungku yang berdegup kencang.

Oh ya, seperti biasanya aku menaiki bis dan hari ini aku harus bertemu lagi dengan satu makhluk hidup yang menyebalkan ini.

"Hai~?" sapa sekretaris Lai. Aku hanya meliriknya sekilas. Aku malas untuk menjawabnya. Moodku sedang tidak baik hari ini.

"Mengapa kau menatapku tajam seperti itu? Aku jadi merinding melihatmu!" jawabnya sambil berekspresi bergidik ngeri. Menurutku ekspresinya sangat berlebihan, huh..

"Haish! Sekretaris Lai, ketika kau melakukan hal bodoh kepada seseorang bagaimana caramu menghadapi orang itu?!?" tanyaku frustasi, karena aku benar-benar tidak tahan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghantui kepalaku ini.

"Hmmm.. Aku akan meminta maaf, mentraktir makan, menjelaskan maksudku sebelumnya saat berbuat bodoh," jawabnya.

Huh! Tapi direktur kan kaya raya, mana mungkin aku traktir makanan jalanan. Mungkin ia akan muntah karena makanan rakyat jelata sepertiku tidak selevel dengan makanannya, walaupun menurutku kuliner pedagang di pinggir jalan adalah yang terbaik! Kecupan koki~!

Tak terasa bis sudah sampai di halte dekat perusahaan. Sungguh meresahkan! Aku menghela nafasku panjang lalu berjalan menuju perusahaan.

Baru saja aku sampai di perusahaan, aku berpapasan dengan direktur yang sedang berjalan menuju ruang kerja sekretaris. Ia sempat menatapku sesaat dan membuat kakiku seperti jelly. Aku jadi merinding. Untung saja sekretaris Lai dengan sigap memegang tanganku dari belakang.

"Kau ini benar-benar.. Kau mengantuk ya? Aku akan mengantarmu sampai ruang kerjamu," ucap sekretaris Lai.

"Direktur menuju ruanganmu, sepertinya ia ingin bertemu denganmu, aku akan pergi sendiri," jawabku sambil buru-buru pergi ke ruang kerjaku.

Aku masih tak berkutik di ruang kerjaku. Disaat rekan yang lain membeli kopi atau makanan, aku masih di meja kerjaku. Aku takut bertemu dengan direktur.

"Pegawai Yoon! Pegawai Yoon!!" panggil kepala tim kerjaku. Aku segera mendatanginya.

"Ada apa pak kepala?" tanyaku.

"Kau, berikan beberapa formulir ini kepada direktur Zhong.." ucapnya sambil menyodorkan beberapa kertas.

"H-hah?"

"Kenapa? Jika kau tak ingin bekerja disini lagi kau bisa menolaknya. Direktur Zhong sendiri yang menelponku untuk menyuruhmu memberikan formulir-formulir ini.."

"Ah m-maaf.. Aku akan mengantarkannya.." jawabku sambil mengambil formulir-formulir yang disodorkan oleh kepala tim kerjaku. Dengan jantung yang semakin berdegup kencang, aku harus mengantarkan formulir ini.

Apakah Direktur Zhong sengaja melakukan hal ini untuk memarahiku? Bagaimana jika Direktur zhong marah dan memecatku!? Bagaimana jika ia akan memotong gajiku? Bagaimana jika.. Ah sudahlah!

Aku berputar-putar di depan pintu ruang kerja direktur Zhong. Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintu.

Baru saja aku ingin mengetuk, "masuk.." ucap direktur zhong dari dalam ruangan.

Omo! Bagaimana bisa ia tahu bahwa aku berada di depan pintunya!? Segera aku masuk ke dalam ruangannya.

"E-eum d-direktur.. Ini formulir-formulir yang diminta direktur.." ucapku sambil menyodorkan formulir-formulir kepada direktur. Ia mengambilnya dan mengeceknya lalu menaruhnya di meja kerjanya.

Sebenarnya aku bisa pergi dari sini sekarang, namun kurasa aku harus meluruskan hal kemarin.

"E-eum direktur! Maukah kau minum denganku malam ini? Aku akan mentraktirmu!" ucapku spontan. Ia berpikir sejenak lalu tersenyum.

"Baiklah.."

Entah apa yang terjadi hari ini, tumben sekali sekretaris Lai tidak mendatangiku. Sepertinya ia akan lembur hari ini. Haha baguslah, aku tak bertemu dengan makhluk menyebalkan itu. Sekarang aku berada di luar perusahaan. Aku menunggu direktur.

"Kau sudah menunggu berapa lama? Kau bisa kedinginan nanti.." ucap direktur Zhong sambil berjalan ke arahku.

"Lima menit? Haha.. Tidak-tidak, aku juga baru saja keluar dari perusahaan.." jawabku sambil terkekeh. Ia tersenyum.

"Didekat sini ada kedai, kita bisa kesana saja.." ucap direktur.

Kami langsung berlari kesana. Suasana sangat dingin malam ini. Salju terus menerus turun hingga jalanan hampir terselimuti salju tebal.

"Ahjumma! Satu botol Soju, untuk dua orang!" pesanku.

Aku dan direktur segera duduk di tempat yang kosong. Kami saling berbincang-bincang hal random sambil sesekali minum sedikit Soju untuk menghangatkan tubuh.

Aku bahkan lupa dengan yang terjadi kemarin dan apa yang harus kukatakan padanya.

"Pegawai Yoon, bisakah aku memanggil namamu?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Sera.. Aku tidak tahu apa yang terjadi dulu. Kurasa kita berteman baik, kau tak perlu canggung denganku, kau bahkan boleh memanggil namaku," sambungnya.

"Baiklah, dire-e-eum maksudku Chenle.." jawabku yang dijawab dengan tawa oleh direktur.

"Aku akan melupakan kejadian kemarin, kuharap hubungan kita tetap baik, Sera," ujarnya. Aku mengangguk.

"Oh ya, Sera.. Aku sedikit mengingatmu. Aku ingat ketika pertama kali kita bertemu. Kita sempat berada di sekolah yang sama. Aku murid pindahan dan kau membantuku mengisi formulir!" ucapnya sambil tertawa kecil.

Setelah mendengar ucapannya tadi, aku segera menutup mataku dan tiba-tiba aku merasakan hal yang sama. Aku juga mengingat hari dimana aku membantunya mengisi formulir. Anehnya, kepalaku tidak sakit ketika mengingatnya. Ingatan itu jelas sekali di dalam kepalaku.

"Aku juga mengingatnya, bahkan dulu aku mengira kau tidak dapat berbicara bahasa Korea!" jawabku ikut tertawa kecil.

"Kau tahu? Saat bersamamu, melihatmu, dan semua hal tentangmu, rasanya begitu familiar bagiku.." ucapnya.

"Aku menyesal tak mengingatmu.. Aku ingin mengingatmu, Yoon Sera.." sambungnya lagi, bersamaan dengan itu jantungku berdegup kencang.

Aku rasa, aku menyukai Direktur Zhong.

Baiklah! Aku memutuskan!

Hari ini. Hari dimana hatiku memutuskan untuk menyukai Direktur Zhong.

❣Yang penasaran dengan cerita lengkapnya, yuk baca ke wttpd @LeL1Dolphinie yaa~

Gomawo~💚

@_Drewayoxo

avataravatar