6 07

"Eomma? Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bekerja di perusahaan dan akhirnya diterima. Lalu, tanpa alasan yang jelas, eomma menyuruhku berhenti? Ada apa ini, eomma? Memang kenapa jika direktur perusahaannya ada direktur Zhong?? Apa eomma mengenalnya?—atau.. masa laluku ada kaitan dengannya!?"

"T-tidak.. Eomma h-hanya—"

"—Kau belikan kimchi sana, eomma lupa membuat kimchi. Eomma akan menyiapkan makanan.." ucap eomma mengalihkan pembicaraan.

Aku langsung mengerti bahwa eomma tidak ingin membicarakan hal ini. Jika aku memaksakan, eomma akan sakit nantinya, mengingat umurnya yang tak lagi muda. Aku langsung mengangguk dan pergi menuju minimarket di dekat rumahku.

Saat makan malam, aku dan eomma hanya diam satu sama lain. Setelah selesai, aku segera masuk ke kamarku. Aku ingin tidur saja. Besok adalah hari libur bekerja. Aku sangat muak jika tetap terjaga semalaman. Pikiranku seakan kemana-mana.

"Sera-ya.. bagaimana tidurmu tadi malam?" tanya eomma sambil tersenyum seperti tidak ada sesuatu yang terjadi.

Aku hanya mengangguk pelan. Eomma menyiapkan makanan dan menyuruhku makan. Melihat makanan saja aku tak nafsu. Sebenarnya tadi malam aku tak bisa tidur, memikirkan hal kemarin. Seperti ada yang mengganjal dalam perasaanku, tapi aku tak tahu itu apa. Rasanya seperti merindukan sesuatu, menginginkan sesuatu..

Aku menolak ajakan eomma untuk makan dan pergi keluar untuk mencari udara segar. Aku berencana untuk melakukan jogging. Dengan Hoodie dilapisi mantel musim dingin dan celana training, aku pergi keluar. Kurasa jogging adalah hal yang tepat untuk mendinginkan pikiran.

Langkah demi langkah aku berlari, butiran es mulai mengenaiku. Aku tidak membawa payung. Rasanya sangat dingin namun aku menghiraukannya. Bukannya semakin cepat berlari, aku malah memperlambat jalanku. Entahlah.. rasanya aku hanya ingin seperti ini saja.

Hal yang terjadi kemarin, aku tak mengerti dan masih memikirkannya. Mungkin orang lain akan merasa bahwa aku adalah seseorang yang sangat sensitif. Padahal tidak. Aku juga tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku mencoba untuk fokus dan berhenti sejenak. Aku nekat untuk mengingat segala hal, walaupun kepalaku akan sakit nantinya.

Aku melihat ke arah sekeliling. Terdapat sepeda yang diparkirkan. Saat aku menutup mataku. Ingatanku kembali ke suatu tempat, dimana ada taman yang jalanannya menuju ke arah jalan rumahku.

Aku mengingat ketika aku duduk di kursi belakang sepeda dengan tawa gembira bersama seseorang sambil menyaksikan pemandangan indah, perpaduan rumput dan dedaunan pohon yang mulai menguning dengan langit senja. Mengingatnya, membuat hatiku menghangat dan perasaan mengganjal itu makin menjadi.

Aku membuka mataku dan berlari menuju taman dekat rumahku. Rupanya masih sama walaupun agak berubah. Aku melihat sekeliling kembali lalu menutup mataku.

"Pegawai Yoon!!" teriak seseorang tiba-tiba, dari kejauhan.

Aku menoleh dan mendapati direktur Zhong yang berlari ke arahku dan segera memayungiku.

"Kau kenapa?? Kau bisa sakit nanti! Untung saja aku disini.." ucap direktur terdengar khawatir.

"Apa kau mengenalku??" tanyaku.

"Huh?"

"Hmm.. kau kan adalah pegawai perusahaanku?" jawabnya.

"Maksudku dulu, sebelum kita bertemu di perusahaan.." tanyaku lagi.

Ia berpikir sejenak lalu berkata, "kita menepi dulu.. Aku juga ingin bertanya sesuatu denganmu."

•.

Zhong Chenle POV

"Chenle!" Teriak Yiren sambil memelukku di tengah taman.

Rupanya ia sudah pulang. Aku bisa melihat ekspresi julid dari sekretaris Lai, namun aku menghiraukannya.

"Yiren, kau sudah bertemu dengan temanmu?" tanyaku basa basi.

"Iya, kau menunggu lama ya? Kau bahkan bersama sekretarismu dan pacarnya," jawab Yiren sambil terkekeh.

"Bagaimana jika kita pulang?" Yiren mengangguk.

Aku segera menuju ke mobilku dan mengantar Yiren pulang. Setelah mengantar Yiren, aku menuju ke rumahku.

Aku teringat sesuatu diperjalanan pulang. Pigura foto pegawai Yoon yang sedang memakai seragam sekolah. Aku merasa familiar dengan seragam itu. Seragam itu sangat mirip dengan seragam yang kupakai di dalam mimpiku.

Aku langsung memastikannya setelah sampai rumah. Aku mengobrak-abrik lemariku mencari seragam itu. Entah mengapa aku sangat yakin pernah memakai seragam seperti itu.

Beberapa saat mencari, aku menemukan lemari yang sudah berdebu dan terkunci di gudang. Aku segera mencari kunci di sekitar gudang. Aku tahu ini tak terlalu penting namun aku sangat ingin memastikannya.

Butuh waktu untuk mencari kunci lemari itu, akhirnya aku menemukan kunci yang pas.

Disitu banyak sekali baju-baju lamaku dan..

Hal yang kupikirkan ternyata benar adanya. Seragam sekolah itu ada di lemariku. Aku langsung mengambilnya dan melihatnya dengan cermat.

Mungkinkah pegawai Yoon tampak familiar karena ia satu sekolah denganku dulu?

Mengapa aku tidak mengingatnya?

Apakah kita beda kelas?

Aku mencari-cari lagi di dalam lemariku, dan benar saja aku mendapatkan sesuatu.

Sera's Diary, sebuah buku diary berwarna merah muda milik pegawai Yoon. Aku segera membukanya dan mendapati sebuah foto polaroid. Fotoku bersama Sera. Didalam foto itu aku mencubit pipi Sera dan Sera tertawa.

"Tuan Chenle.. Tuan dan Nyonya Zhong datang untuk menemui tuan," ucap pelayan.

Aku segera mengangguk dan memasukkan seragamku serta diary tersebut ke dalam lemari dan menguncinya kembali.

Setelah selesai membereskan, aku segera menuju ruang tamu dan menemui mama dan papa.

"Jadi bagaimana kondisi perusahaan akhir-akhir ini?" tanya papa.

"Sudah membaik," jawabku se-adanya.

"Jadi, apa kau sudah bertemu dengan pemegang saham terbesar perusahaan kita?" tanya papa lagi.

"Aku belum bertemu dengannya," jawabku lagi.

Mama dan papa mengangguk, "baiklah.. mama dan papa hanya ingin bertanya, kami pergi."

Aku hanya mengangguk dan mengantar mereka sampai gerbang rumah setelah itu kembali ke gudang.

Aku kembali membuka lemari itu dan mengambil diary milik pegawai Yoon itu. Aku heran, mengapa aku bisa memiliki diary-nya? Apakah dulu dia adalah teman dekatku? Sahabat? Kekasih?

Tapi mengapa ia seperti tak mengenalku juga?

Aku membaca halaman pertama buku diary itu.

Kini aku membaca halaman kedua.

Lalu, halaman ketiga.

Aku langsung menutup diary itu dan tak mau membacanya lebih jauh. Rasanya, seperti ada yang mengganjal dalam hatiku. Aku berencana untuk mengembalikan buku itu kepada pegawai Yoon, karena ini memang miliknya.

Aku langsung menuju kamarku, mengambil laptopku dan mencari data pegawai Yoon.

Besok libur, aku berniat untuk bertemu dengannya..

Rupanya jarak rumahku dengannya tak terlalu jauh. Hari ini turun salju. Untung saja aku membawa payung.

Saat perjalanan menuju rumah pegawai Yoon, aku melihat seseorang berdiri di taman tanpa menggunakan payung, padahal hari bersalju. Aku memberhentikan mobilku dan mengambil payung, lalu keluar. Dari kejauhan aku baru menyadari bahwa orang itu adalah pegawai Yoon.

"Pegawai Yoon!!" panggilku sambil berlari ke arahnya dan memayunginya. Ia menoleh sambil menahan air matanya. Kurasa ia sedang sedih.

"Kau kenapa?? Kau bisa sakit nanti! Untung saja aku disini.." ucapku. Aku mengkhawatirkannya. Ia tampak pucat.

"Apa kau mengenalku??" tanyanya tiba-tiba.

"Huh?"

"Hmm.. kau kan adalah pegawai perusahaanku?" jawabku bingung.

"Maksudku dulu, sebelum kita bertemu di perusahaan.." tanyanya lagi.

Aku bingung ingin menjawab apa. Aku belum terlalu mengingatnya. Aku juga tak tahu apa yang terjadi.

"Kita menepi dulu.. Aku juga ingin bertanya sesuatu denganmu," jawabku sambil mengajaknya menepi di suatu cafe.

"Aku akan memesan kopi hangat, kau tunggu disini.." ucapku kepadanya. Ia hanya mengangguk dan duduk. Setelah memesan, aku segera duduk di depannya.

"D-direktur maaf.. sepertinya suasana hatiku buruk.." ucapnya sambil menunduk.

"Tak perlu minta maaf, aku yang harus meminta maaf.." jawabku sambil menyodorkan buku diary miliknya.

"Apa ini?" tanyanya.

"Entahlah, sepertinya ini milikmu. Aku juga tak tahu mengapa buku ini ada bersamaku.. Aku mengalami lupa ingatan. Aku tak mengingatmu sama sekali, maaf.."

Pegawai Yoon hanya diam membeku sambil memandangi buku itu. Ia tidak membacanya.

"Aku juga melupakan ingatanku.." ucapnya tiba-tiba.

"Kurasa pertemanan kita semasa sekolah sangat dekat bukan? Aku menemukan ini.."

avataravatar
Next chapter