5 06

Zhong Chenle POV

"Aku ingin berkata jujur kepadamu tentang segala hal.." ucapku sambil memegang lengannya.

"Aku ada janji hari ini dengan temanku, kau bisa membicarakan hal itu nanti saja.. Bye!" jawab Yiren sambil terburu-buru mengambil tasnya lalu pergi. Padahal aku sudah membulatkan tekad untuk jujur kepadanya.

Aku memandangi kalender di meja kerjaku. Sudah bulan November akhir, sepertinya hari ini musim dingin tiba.

Semua berkas dan meeting sudah kuselesaikan. Aku bosan sekarang. Sebenarnya aku bisa pulang sekarang, namun aku merasa enggan untuk pulang sekarang. Tidak ada yang menarik di rumah.

Tak terasa sudah makin gelap. Para pegawai banyak yang sudah pulang. Aku menyusuri lorong yang melewati ruang kerja para pegawai. Begitu menoleh ke sisi lain, aku terkejut ketika melihat taman telah dipenuhi salju. Aku melewatkan salju pertama.

Sebenarnya aku tidak tahu mengapa aku kesini, entahlah, kakiku rasanya berjalan sendiri kesini.

Tanpa sadar kakiku melangkah ke salah satu ruangan. Aku mengamati sekitarnya, melihat apakah berkas-berkas sudah dikerjakan dengan benar atau tidak. Sampai akhirnya aku sampai di meja kerja pegawai baru itu, Yoon Sera.

Meja kerjanya Sedikit berantakan namun tertata. Entahlah, aku kurang bisa mendeskripsikannya.

Aku melihat banyak sekali kertas menumpuk disana. Aku mengeceknya dan melihat keuletannya. Kurasa yang dikatakannya saat wawancara benar adanya.

Tanpa sadar aku tak berkutik dari meja pegawai baru ini. Aku memandangi setiap barangnya hingga mataku tertuju ke pigura kecil berisikan fotonya. Sepertinya ini fotonya bersama ibunya.

Ia mengenakan seragam sekolah difoto itu. Kurasa itu seragam sekolah SMA. Rambutnya masih sama, lurus sebahu.

"Eum d-direktur?"

Aku segera menoleh ke arah suara dan mendapati pegawai baru itu dengan sekretaris Lai.

"Apa yang kamu lakukan, direktur Zhong? Bukankah aku sudah memberikan hasil fotokopi-an pekerjaan mereka semua untuk kau cek?" ucap Sekretaris Lai memasang raut wajah kesal.

"Memang kenapa jika aku ingin mengecek langsung?" tanyaku balik. Aku agak kesal dengannya.

"Eum.. maaf jika aku lancang, bagaimana jika kita bertiga menenangkan pikiran dengan meminum kopi? hehe.." ujar pegawai Yoon sambil menarik lenganku dan lengan sekretaris Lai menuju keluar ruangan.

Entah mengapa rasa kesalku terhadap sekretaris Lai langsung menghilang ketika melihat pegawai Yoon tertawa. Aku ikut tersenyum melihatnya.

Sesampainya kami di kantin, pegawai Yoon langsung memesan kopi. Aku dan sekretaris Lai saling menatap satu sama lain.

"Kau menyukainya?" tanya sekretaris Lai kepadaku.

"Bukan urusanmu," jawabku.

"Aku.. menyukai Sera," jawab sekretaris Lai bersamaan dengan datangnya pegawai Yoon.

Pegawai Yoon yang tadinya sedang berjalan menuju kami sambil meneguk air di dalam botol mineralnya, langsung menyembur ke arah sekretaris Lai. Kurasa ia mendengarnya.

"Yak! Kau benar-benar ya! Dasar! Kau sudah merebut salju pertamaku dan kau menyukaiku!?" teriaknya kesal. Sekretaris Lai langsung tertawa dan berlari, sedangkan pegawai Yoon melempar sepatu hak-nya ke arah sekretaris Lai.

"Eum maaf lancang, direktur.. Karena sudah jam pulang kerja, aku izin untuk memukul sekretaris Lai karena pangkatnya sekarang sedang tidak berarti.." ucap pegawai Yoon kepadaku. Aku hanya mengangguk pelan, aku bingung. Ia segera berlari mengejar sekretaris Lai dan aku ditinggalkan mereka.

Sungguh mereka berdua sangat aneh. Aku menggelengkan kepalaku, terheran-heran dengan sikap mereka.

Aku melihat mereka saling berteriak dan berlari mengelilingi taman. Tapi entah mengapa, tiba-tiba aku tertawa melihat tingkah aneh mereka.

•.

Yoon Sera POV

"Kau sedang menyukai siapa saat ini? Seperti apa tipe laki-lakimu? Berapa mantan pacarmu? Apakah kau pernah berkencan?" tanya sekretaris Lai tiba-tiba.

"Yak! Kau gila? Katanya kau ingin lebih banyak mengenalku tapi mengapa kau menanyakan hal seperti itu!? Benaran seperti diinterogasi saja.." teriakku. Sekretaris Lai langsung menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.

"K-kau sudah mulai berani kepadaku???" tanya sekretaris Lai sambil menatapku dramatis.

"Huh, lagipula ini diluar jam kerja bukan?" jawabku sambil menyilangkan tangan.

"Baiklah-baiklah, setidaknya kau menjawab pertanyaanku," jawab sekretaris Lai lagi sambil terkekeh.

Aku memutar bola mataku malas. Mengambil nafas panjang lalu membuangnya.

"Aku melupakan ingatanku sejak SMA, aku tidak tahu apakah aku punya kekasih atau hal yang berkaitan dengan cinta.." jelasku. Entah mengapa aku menjadi sensitif jika berbicara hal ini.

"Hei.. mengapa kau menangis..?" tanya sekretaris Lai tiba-tiba.

"H-hah? Aku tidak menangis, kau berlebih—" aku langsung memegang pipiku dan rupanya sudah basah. Aku bahkan tidak merasa bahwa aku menangis.

"Hmm... apa alasanmu melupakan ingatanmu?" tanya sekretaris Lai lagi. Aku merasa tidak nyaman, aku tidak suka membahas ini.

"Sekretaris Lai, aku melupakan sesuatu di meja kerjaku, bisakah kita pergi saja?" ucapku mengalihkan topik. Sekretaris Lai langsung mengangguk dan menjalankan mobilnya.

Aku memandangi jalan lewat jendela mobil. Aku melihat anak muda sedang berbincang dan tertawa bersama kekasihnya, berjalan bersama. Aku yang melihat itu entah mengapa rasanya sesak sekali. Entah apa yang terjadi di masa laluku, aku berharap bahagia di hidupku ini..

"Sera? Kau tidak turun? Ini sudah sampai perusahaan," ucap sekretaris Lai. Aku langsung tersadar dan turun dari mobil.

Sebenarnya hal yang kulupakan hanyalah sesuatu yang tidak begitu penting, bahkan aku bisa mengambilnya besok, tentu saja adalah bolpoinku.

Aku segera menuju ke ruang kerjaku dan melihat direktur Zhong yang tampak memperhatikan fotoku dan eomma.

"Eum d-direktur?" panggilku. Direktur Zhong langsung menoleh.

"Apa yang kamu lakukan, direktur Zhong? Bukankah aku sudah memberikan hasil fotokopian pekerjaan mereka semua untuk kau cek?" timpal sekretaris Lai dibelakangku. Aku baru sadar bahwa sekretaris Lai berada di belakangku.

"Memang kenapa jika aku ingin mengecek langsung?" tanya direktur.

Aku pernah mendengar rumor bahwa hubungan direktur dengan sekretaris Lai tidak terlalu baik. Aku harus menghentikan ini sebelum terjadi keributan. Aku langsung menuju ke antara mereka dan menarik lengan sekretaris Lai dan direktur.

"Eum.. Maaf jika aku lancang, bagaimana jika kita bertiga menenangkan pikiran dengan meminum kopi? hehe.." ucapku sambil menarik lengan mereka menuju keluar. Aku melihat ekspresi mereka yang terkejut dan membuatku tertawa. Ternyata humorku memang serendah itu..

Sesampainya di kantin, aku langsung melepaskan lengan mereka lalu pergi memesan dua kopi untuk mereka dan membeli air mineral untukku. Sesekali aku menoleh ke arah mereka, melihat ekspresi menyebalkan sekretaris Lai kepada direktur. Aku tidak tahu bahwa sekretaris Lai benar-benar berani dengan direktur. Jika aku menjadi direktur, sepertinya aku akan memecatnya hari itu juga.

"Kau menyukainya?" tanya sekretaris Lai kepada direktur.

Aku bisa mengetahui bahwa sekretaris Lai sedang berbicara tentang ku, karena samar-samar aku mendengarkan mereka. Aku hanya menunggu mereka selesai berbicara. Mendengar omongan sekretaris Lai tentangku, rasanya ingin sekali ku lempar sepatu.

"Bukan urusanmu," jawab direktur yang sepertinya kesal. Aku yang sedang meneguk air jadi takut membiarkan mereka bersama, dengan segera aku berjalan menuju mereka.

"Aku.. menyukai Sera," jawab sekretaris Lai sambil menyunggingkan senyuman menyebalkannya. Tanpa sadar aku menyemburkan air yang kuminum ke arah sekretaris Lai.

"Yak! Kau benar-benar ya! Dasar! Kau sudah merebut salju pertamaku dan kau menyukaiku!?" teriakku kesal. Sekretaris Lai langsung tertawa dan berlari. Orang seperti itu membuatku jengkel hingga akhirnya aku melempar sepatu hakku ke arahnya. Direktur tampak melongo melihat tingkah sekretaris Lai dan aku.

"Eum.. maaf lancang, direktur.. Karena sudah jam pulang kerja, aku izin untuk memukul sekretaris Lai karena pangkatnya sekarang sedang tidak berarti," ucapku kepada direktur lalu mengejar sekretaris Lai.

Sekretaris Lai hanya tertawa-tawa sambil berlari. Tentu saja aku cepat lelah karena kakiku lebih pendek dibandingkan sekretaris Lai.

Direktur tertawa melihat tingkah kami. Hee? Aku belum pernah lagi melihat dirinya tertawa setelah aku mengantarkan berkas kepadanya hari itu. Dia selalu tampak serius.

Setelah capek mengejar, aku berhenti lalu duduk sebentar di kursi di taman. Sekretaris Lai mengikutiku dan langsung duduk di sebelahku.

"Hah.. mengapa kau begitu menyebalkan hah!?" teriakku sambil memukul bahu sekretaris Lai yang terkekeh.

Tak lama aku melihat seorang wanita yang memeluk direktur. Kurasa itu wakil direktur Wang, rumornya mereka bertunangan. Haha, untuk apa aku mengurusinya..

"Kau lihat itu? Ia sudah memiliki seseorang. Kau tidak boleh menyukainya. Kau harus menyukaiku sayang~" bisik sekretaris Lai yang kubalas dengan pukulan.

"Aku sudah lelah, bye," ucapku sambil bersiap untuk pulang.

"Kau mau pulang?" tanya sekretaris Lai.

Aku segera membalikkan badanku, "oh tidak! Aku tidak mau pulang! Aku akan memasang tenda di taman ini, aku akan memanggang barbeque, memotong rumput di taman ini hingga semua daunnya berukuran dua sentimeter, menghitung setiap semut yang lewat, bermain ludo; monopoli; ular tangga bersama penunggu perusahaan ini, memanjat pohon, bermain permainan papan, minum coklat panas, minum teh panas, menyelesaikan puzzle, bermain tic tac toe, mendekorasi setiap dinding ruangan, lalu menginap disini!—Ya tentu saja aku akan pulang lah! huhh!!" jawabku sambil memalingkan wajah, kesal.

Ia terkekeh mendengarnya, "Seraa, sia-sia saja kau imut overdosis seperti ini, tetapi tidak berkencan denganku!"

"Huh sudahlah! Aku akan pulang, melelahkan bersamamu, huft.." kataku sambil pergi namun terhenti lagi.

"Aku akan mengantarmu!" ucapnya lagi.

"Tak perlu!" jawabku lalu langsung berlari menuju ruang kerjaku dan mengambil tasku lalu berlari ke halte bus.

Sungguh, aku kesal dengan buaya itu. Benar-benar... walaupun ku akui dia tampan, kurasa aku akan—ah sudahlah..

"Eomma!! Anakmu yang sangat cantik ini pulang~!" teriakku bersemangat sambil melepaskan sepatu lalu masuk ke dalam rumah dan memeluk tubuh eomma yang sedang memasak.

"Dasar anak nakal ini.." ucap eomma sambil menyentil dahiku.

"Aak! Eomma jahat! Bagaimana bisa aku yang sangat cantik ini nakal?" jawabku sambil menyengir kuda.

"Kau nakal jika belum mandi.. sana mandi!" perintah eomma.

"Iyaaa.. Eomma," jawabku sambil mempoutkan bibirku lalu menuju kamar mandi. Aku melempar tasku ke sembarang tempat tadi. Untung saja eomma tidak menyadarinya.

"Yoon Sera.." panggil eomma. Tentunya aku sudah selesai mandi dan berpakaian. Aku segera mendatangi eomma di meja makan. Feelingku tidak bagus, tumben sekali eomma memanggilku dengan nama lengkap?

"Nama direkturmu, direktur Zhong Chenle bukan? tanya eomma.

Aku hanya mengangguk kebingungan. Perasaan tadi eomma sepertinya baik-baik saja namun mengapa tiba-tiba nada bicaranya seperti orang yang prihatin?

"Apa dia berkata sesuatu padamu?" tanya eomma lagi.

"Hah? Eomma.. ada apa sih ini??" tanyaku bingung.

Eomma terdiam sejenak, "kau resign saja dari perusahaan itu, kau bantu eomma berjualan saja.." ucap eomma pelan.

"Eomma? Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bekerja di perusahaan dan akhirnya diterima. Lalu, tanpa alasan yang jelas, eomma menyuruhku berhenti? Ada apa ini, eomma? Memang kenapa jika direktur perusahaannya ada direktur Zhong?? Apa eomma mengenalnya?—atau.. masa laluku ada kaitan dengannya!?"

avataravatar
Next chapter