webnovel

God Only Knows

izumikaori · Fantasy
Not enough ratings
1 Chs

Prolog

Langkah yang terburu buru terukir diatas tumpukan salju tebal. Kaki kaki mungil itu agak oleng akibat sesuatu yang mencuat dari permukaan salju menyentuh kakinya, namun agaknya tak dihiraukan. Gadis itu tak tahu kemana dirinya akan tuju, apalagi hari mulai gelap dan salju turun semakin banyak.

Namun ia harus terus berlari. Benda dingin itu kerap kali menghantam pandangannya, meninggalkan perih, perih di wajahnya, perih dihatinya.

Semakin lama langkahnya mulai memelan, air mata mulai bercucuran setelah jarak cukup jauh, dan ia pastikan lelaki brengsek itu tak mengikutinya.

Dirinya sungguh menyesali keputusan yang ia buat dulu. Menggantungkan harapan besar, harapan hidup lebih baik kepada orang itu. Namun harapan hanyalah harapan. Tuhan tidak terlalu baik padanya sejak dulu. Atau mungkin, kematian merupakan jalan terbaik? Jadi 23 tahun hidupnya hanya untuk menunggu kematian?

Dirinya mengangkat tangan kiri, menatap jadi manis yang masih berhiaskan cincin. Cincin dengan model sederhana, terbuat dari emas putih, satu satunya yang tersisa dari lelaki itu, lelaki yang sangat dicintainya. Tangan kanannya mulai menjangkau jadi manisnya, menarik pelan cincin yang tersemat. Perih, karena jari-jari miliknya sudah hampir beku. Perhiasan kecil itu ia genggam. Membulatkan tekad. Ia harus melupkannya, membuang semuanya jauh jauh, menjadi pribadi yang baru.

Ia melihat sebuah bangunan tua. Lalu segera mendekat dengan berlari kecil. Rupanya kuil. Sangat sepi, dan dingin. Mengelilingi bangunan itu, mencari tanda-tanda kehangatan menyala, namun nihil. Tapi setidaknya, tempat ini bisa dijadikan persinggahan untuk semalam. Segera memasuki kuil tanpa lupa meminta izin, walau mungkin tak ada yang mendengar. Karena lelah, ia segera menyandarkan pungguhnya ke dinding kayu, dan setelah itu kesadarannya seperti ditarik tanpa sisa.

Jiwaku mengambang, dan kini terasa hilang dari permukaan.

Merasa tenggelam, sesak, arti kehidupan menggeram.

Kini ku disini, sendiri. Hingga sebuah cahaya berniat menemani. Menemani waktuku, sakitku.

Tak apa, setidaknya aku merasakan kehangatan, walau sebentar.

----izumikaori----

izumikaoricreators' thoughts