webnovel

Kekacauan Kota Lodon.

Lodon, 7 September 2001

Duaarr!

Sebuah ledakan terdengar sangat keras membuat para penduduk kota Lodon berlari ketakutan.

"CEPAT! CEPAT! SEMUANYA MASUK KE PERSEMBUNYIAN!" teriak para penjaga menyuruh para warga untuk segera bersembunyi di bunker persembunyian.

Kota Lodon saat ini sedang terjadi penyerangan, sebuah monster tiba - tiba saja muncul di tengah - tengah kota memporak - porandakan setiap bangunan, bahkan sebagian rumah hancur karena amukannya.

Para penjaga dan pemburu bekerja sama untuk melawan monster ini, tetapi tenaga mereka tidak sebanding dengan tenaga monster yang sangat besar. Kekuatannya melebihi manusia normal, bahkan pemburu tingkat S yang bisa menggunakan sihir sama sekali tidak mempan terhadap monster besar ini.

"Arghhh!!" Seorang penjaga terlempar jauh karena tebasan ekor monster hingga membuat bekas lubang di tembok.

"Mogan!" Keigo yang melihat rekan setimnya terlempar segera menghampirinya, " Mogan, Kau tidak apa apa?" terlihat Mogan terbatuk - batuk mengeluarkan darah dari mulutnya. Perutnya tertancap besi yang sangat panjang dan besar akibat benturan barusan.

"Bertahanlah aku akan menyelamatkanmu!" Keigo mencoba berusaha mencabut besi itu tapi besi ini terlalu besar, tenaganya sudah terkuras habis karena monster itu. Tetapi keigo tetap berusaha dia tidak mau kehilangan rekannnya itu.

Tiba - tiba saja tangan Mogan menyentuh tangan keigo. "Tunggu sebentar Mogan, bentar lagi aku akan mencabut besi sialan ini!" tanpa melihat wajah Mogan, Keigo tetap fokus pada besi itu.

Suara Mogan yang memanggil Keigo pelan membuatnya berhenti dan mengalihkan pandangannya ke Mogan.

"Ke - Keigo."

"Eh?

Mogan terdiam sejenak kemudian melanjutkan ucapannya.

"Tolong jaga Ye Rin untukku."

Keigo tidak mengerti apa yang dikatakan Mogan barusan.

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti, sebaiknya kau diam jika kau terus bergerak besi ini akan mengerusak organ vitalmu." Keigo sebenarnya sudah tahu kalau semua organ Mogan sudah hancur, tapi dia tidak mau temannya khawatir.

"Keigo, kau tahu aku tidak bisa hidup lama lagi.."

"Tutup mulutmu! jangan bicara omong kosong, aku pasti akan menyelamatkanmu!" teriak Keigo sambil masih berusaha mencabut besi.

"Keigo, kau tahu kalau aku menyukai Ye Rin..."

Keigo terdiam kembali saat mendengar suara Mogan yang mulai mengecil, tapi Keigo masih mendengar suaranya.

"Kumohon jaga Ye Rin untukku.."

Suara Mogan pun menghilang, Keigo dengan rasa takut mencoba memberanikan diri untuk melihat wajah temannya yang sudah tidak sadarkan diri.

Keigo hanya tertunduk lemas, dia hanya bisa berdiam melihat temannya itu.

"Mogan!"

Seorang wanita yang berlari ke arah mogan berteriak memanggil namanya.

"Mogan bertahanlah! Aku akan menyembuhkanmu,"

Ye Rin menaruh kedua tangannya di atas dada kemudian cahaya hijau bersinar muncul di kedua tangannya.

"Keigo, kenapa kau diam saja! Cepat bantu aku! Kita harus menyelamatkan Mogan!" teriak Ye Rin kepada Keigo selagi fokus menyembuhkan luka - luka Mogan.

Keigo memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Mogan, tapi tak ada yang terjadi.

"Apa yang kau lakukan Keigo! Cepat bantu mencabut besi ini!" ucap Ye Rin yang sekarang sedang menangis sambil menarik besi yang tertancap di tubuh Mogan.

"Ye Rin..."

"Cepat bantu aku Keigo, Jangan banyak bicara!"

"Ye Rin sadarlah!" Keigo memegang bahu Ye Rin mencoba menyadarkan dirinya dari kenyataan.

"Mogan dia sudah tidak ada," Ucap Keigo pelan.

"Apa maksudmu, Mogan masih hidup! Dia hanya sekarat, kita harus cepat menolongnya Keigo."

Ye Rin kembali menarik besi yang tertancap di tubuh milik Mogan namun Keigo menahannya.

"Ye Rin kita harus cepat pergi dari sini."

"Tidak, aku tidak mau meninggalkan Mogan sendirian!"

"Tinggalkan saja dia! Dia sudah mati! Kau tidak bisa melakukan apapun terhadap orang yang sudah mati, Ye Rin!"

Ye Rin yang mendengar itu marah kemudian meninju wajah Keigo.

"Kau, benar - benar sampah! Kau hanya orang dengan gelar lulusan terbaik sebagai Ksatria, Kau memang punya kekuatan dan otak dengan kecerdasan, Keigo. Tapi kau sama sekali tidak punya hati!"

"Selama ini kau tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, kau hanya perduli pada dirimu. Mogan selalu iri dengan denganmu, dia berlatih setiap hari demi bisa bersaing denganmu, tapi kau selalu merendahkan Mogan!"

"Kalau kau mau pergi, pergi saja sendiri! Aku akan disini menyelamatkan sahabatku, Mogan." Ye Rin kembali menghampiri tubuh Mogan yang sudah tak bernyawa.

Keigo hanya diam menunduk. Semua yang dikatakan Ye Rin benar, selama ini dia tidak pernah melihat temannya itu. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri.

Dia sama sekali tidak suka orang yang lemah, Keigo menganggap Mogan adalah beban tim, apapun yang Mogan lakukan itu hanya akan merepotkan dirinya. Sikap Mogan yang kekanakan dan ceroboh membuat Keigo tidak tertarik dengannya.

Saat Keigo sedang melamun, sebuah batu besar melayang ke arah Ye Rin dan Mogan dengan cepat hingga membuat darah terciprat ke wajah Keigo.

Tubuh Keigo lemas tak berdaya, badannya bergetar melihat tubuh kedua rekannya itu terhantam batu besar. Dia mencoba mendekati batu besar namun badannya sulit untuk digerakkan, hingga akhirnya dia bersimpuh lutut di tanah sambil menangis melihat rekan timnnya yang tewas.

Hatinya terluka, dia sangat marah. Dia benci dengan dirinya sendiri, dia benci dengan monster yang telah membunuh rekannya perjuangannya.

Keigo mengambil pedangnya kemudian memegangnya erat - erat sambil berlari berteriak memaki sang monster yang ada di hadapannya.

Dengan langkah yang cepat Keigo berhasil menghindari sabetan ekor sang monster. Keigo terus berlari mengincar kepalanya, dia menggunakan badan sang monster, menjadikan tubuh monster sebagai injakan untuk dirinya sampai ke atas kepalanya.

Sayangnya sebuah ekor memukul tubuh Keigo secara tiba - tiba membuat Keigo tidak sempat untuk menghindar , Keigo pun terlempar jatuh ke tanahh.

"Keigo! Apa yang kau lakukan?! Kau tidak apa - apa?!" seorang pemburu lainnya yang merupakan teman keigo meneriakinya.

"Akh, a - aku baik - baik saja Bertrand." jawab Keigo sambil meringis kesakitan namun dia masih berusaha bangkit.

"Tidak usah memaksa dirimu! kau terluka! Kau diam saja, aku akan memanggilkan Ye Rin untuk menyembuhkan luka mu," ucap Bertrand.

"Bertrand, Ye Rin sudah tidak tahu, Mogan juga sudah meninggal bersama Ye Rin." ucap Keigo.

Wajah Bertrand terkejut mendengar apa yang dikatakan Keigo barusan, dia tidak percaya temannya itu sudah tidak ada.

"Jangan bicarakan omong kosong Keigo! mereka berdua adalah rekanmu, mereka adalah anggota dari tim terkuat di kota Eldia! Mereka tidak mungkin mati!"

"Apa pentingnya menjadi tim terkuat, Bertrand!" Kesabaran Keigo sudah habis, dia memarahi Bertrand menglampiaskan semua kesedihan dan kekesalan kepadanya.

"Kau pikir apa kerennya menjadi anggota tim terkuat! Kalau kau memang ditakdirkan mati, kau tidak bisa mengelak nya! Tak ada gunanya menjadi yang terkuat! Tak ada gunanya menjadi pemburu terkuat kalau kau tidak bisa menyelamatkan rekanmu sendiri!" Keigo berhenti sejenak merasakan sakit ketika dia mengingat itu semua. Mengingat teman - temannya yang mati dengan tubuh yang hancur lebur. Dia yang hanya bisa melihat rekannya mati tanpa bisa berbuat apapun.

"Tidak mungkin, kenapa semua ini bisa terjadi." ucap Bertrand tak berdaya melihat monster yang membunuh para pemburu hendak menghentikannya.

"Bertrand, bantu aku untuk mengalahkannya !" ucap Keigo kepada temannya.

"Apa maksudmu?! jangan lakukan hal yang gila!" ucap Bertrand.

"Bertrand tolong percayalah padaku! Aku bisa mengalahkannya!

Merasa buntu tak tahu harus melakukan apa lagi untuk mengalahkan monster ini, akhirnya Bertrand menuruti perintah Keigo.

"Baiklah, apa rencanamu?"

"Kau pancing monster itu agar mendekati patung tinggi itu."

"Kau gila?! itu patung Bundo Marissa, patung itu sangat bersejarah bisa - bisa monster besar itu menghancurkan patung Bundo Marissa."

Patung Bundo Marissa adalah patung pahlawan yang dibangun oleh warga untuk mengenang jasa Bundo Marissa. Bundo Marissa sendiri adalah nama orang yang telah membangun kota ini sejak dulu dan merupakan Gubernur pertama di kota Lodon.

Tidak mungkin Bertrand membiarkan patung yang dengan susah payah di bangun oleh warga tanpa menggunakan alat berat harus hancur oleh monster besar itu.

"Baiklah,"

Bersambung