webnovel

Go To Isekai Bareng Ayang

Ke Isekai seorang diri itu sudah biasa Tapi bagaimana ceritanya kalau sepasang kekasih tiba-tiba di teleportasi kan secara bersamaan ke sebuah dunia fantasi Evelyn dan kekasihnya, Zionathan yang sering disapa Zion, mendapati diri mereka di dunia novel yang baru saja selesai mereka baca. "Zion, bilang ke gue kalau ini bukan mimpi!!" Evelyn mencengkeram kerah baju yang dikenakan Zion, sedikit banyak menikmati wajah kekasihnya yang makin tampan. Zion menggeleng pelan, "bukan mimpi, Lyn, soalnya kaki gue sakit lo injak pakai heels." Memandang ke bawah, Evelyn baru sadar kalau dia tengah menginjak kaki Zion. "Hehe, maaf." Petualangan mereka di dunia baru pun di mulai... _______________________ !!update tidak menentu!! alur kadang cepat kadang lambat disesuaikan dengan mood saya:v

Bubble_BubbleNN · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

Pedang Suci

Dengan gemerlap cahaya pagi yang memeluk langit, kereta kuda meluncur perlahan melalui gerbang besar menuju Istana Utama Radiant Valoria. Evelyn menegakkan kepalanya dan melongok ke luar kereta kuda yang dinaikinya, tak dapat menyembunyikan kagumnya ketika gerbang megah itu terbuka dan memperlihatkan panorama gemerlap di dalamnya.

Bersama sorot mata penuh kekaguman, Evelyn melihat sepanjang jalan masuk yang diapit oleh kolom-kolom marmer yang menjulang tinggi, dihiasi dengan ukiran emas yang bersinar berkat sinar matahari yang melintas di balik awan. Bunga-bunga cantik bermekaran di taman yang teratur, menciptakan aroma harum yang menari di angin. Jalan setapak marmer berkilauan mengundang Evelyn untuk mengikuti jejak emas menuju ke pusat keindahan kerajaan.

Kereta kuda melewati air mancur dengan air kristal yang berkilauan, menciptakan melodi gemerlap yang menyambut kedatangan setiap tamu. Pepohonan tinggi yang membentuk lorong hijau melengkapi pemandangan, memberikan keteduhan di bawah sinar matahari.

Begitu kereta kuda memasuki halaman istana, keindahan Istana Radiant Valoria semakin menggoda mata Evelyn. Istana megah dengan dinding batu putih bersih dan menara tinggi yang dihiasi mozaik warna-warni mengagumkan. Jendela-jendela besar memantulkan sinar matahari, menciptakan kilauan di permukaan mereka. Bendera-bendera berkibar anggun, menandakan kemegahan kerajaan yang tak terbantahkan.

Taman-taman istana yang dipenuhi bunga-bunga warna-warni seperti lukisan hidup, dan kolam-kolam air mancur yang berhias patung-patung marmer menambah kesan elegan dan anggun.

Bergegas keluar dari kereta kuda, Evelyn terpesona oleh keindahan detail-detail arsitektur yang rumit: patung-patung malaikat di halaman, gerbang emas yang dihiasi ornamen, dan sejuta bunga-bunga cantik yang menghias setiap sudut. Suara gemerisik air dari air mancur besar di tengah halaman membuat suasana semakin ajaib.

"Berapa kali pun aku kesini, aku tidak pernah tidak terpesona," ucap Felicia, dia ikut turun dari kereta kuda yang sama dengan Evelyn.

Evelyn menoleh pada kakaknya, saking kagumnya dengan tempat yang awalnya hanya bisa dia bayangkan membuat Evelyn sampai tidak sadar kalau dia sedang bersama kakaknya. Ayahnya, Count Arthur tadi sudah berangkat lebih dulu, jadi Evelyn berangkat bersama Felicia.

"Halo Lady Felicia dan Lady Evelyn.. saya di sini ditugaskan untuk mengawal kalian." Seorang pria muda tampan tiba-tiba saja muncul di sebelah Felicia dan Evelyn. Dia tersenyum ramah pada kedua Lady di sana.

"Ah, Rolf, sepertinya tahun ini kita akan bekerja sama lagi," ucap Felicia. Sepertinya dia sudah sangat mengenal pria yang dia panggil 'Rolf' itu.

Rolf, dia adalah pria yang tidak diketahui asal-usulnya yang dibawa Raja Cedric setelah penaklukan monster di suatu tempat terpencil. Setelah datang ke istana, Rolf langsung bersanding dengan Cedric, tidak ada yang tau pasti apa yang sebenarnya terjadi antara Rolf dan Raja Cedric. Begitulah yang dikatakan di dalam novel, Evelyn tidak tau kalau Rolf yang dijuluki 'Anjing Setia Cedric' itu ternyata adalah kenalan Felicia.

"Suatu kehormatan, Lady, terutama kali ini saya bisa bertemu Lady Evelyn yang baru kali ini saya temui," ucap Rolf tersenyum kecil pada Evelyn.

Mungkin ini hanya perasaan Evelyn, tapi rasanya ada sesuatu yang lain tentang Rolf, saat melihat Rolf Evelyn merasakan perasaan seperti bertemu hewan buas untuk pertama kalinya saat di kebun binatang. Tapi Evelyn hiraukan saja perasaannya itu karena setau Evelyn hidup Rolf tidak akan bertahan lama, Rolf akan gugur saat mengikuti penaklukan di Hutan Silvarain bersama Pangeran Pertama, Alderic.

"Ayo.. jangan jauh-jauh dengan ku kalau kamu tidak ingin tersesat," ucap Felicia, mengandeng tangan Evelyn dan mulai memasuki istana bersama Rolf yang berjalan di depan.

Di dalam istana Radiant Valoria, keanggunan dan kemegahan terpancar dari setiap sudutnya. Begitu Evelyn, Falicia dan Rolf memasuki ruangan utama istana, mereka disambut oleh gemerlap cahaya yang dipantulkan oleh lampu gantung kristal yang menggantung tinggi di langit-langit yang dihiasi dengan lukisan-lukisan langit biru yang indah.

Lantai marmer putih yang bersih dan berkilauan memantulkan cahaya, menciptakan refleksi yang memukau seolah menggambarkan kerajaan yang terang benderang. Di sepanjang lorong, terhampar karpet merah mewah dengan motif emas yang melengkung memperlihatkan jalur yang mengundang untuk diikuti.

Di sekitar ruangan, terhampar berbagai artefak seni yang tak ternilai, patung-patung klasik, dan vas-vas kristal berisi bunga-bunga segar yang mengisi udara dengan aroma harum. Dinding-dinding dihiasi dengan karya seni indah, lukisan-lukisan yang menceritakan sejarah kerajaan dan kejayaan masa lalu.

Dengan tiap langkah yang diambil, keindahan dan kemegahan istana ini semakin terasa.

Rolf membawa Evelyn dan Felicia melewati lorong di mana di salah satu sisinya adalah sebuah kaca besar yang memperlihatkan taman hijau yang menawan. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian Evelyn, taman itu sangat ramai dengan orang-orang yang menyemprotkan sesuatu yang ke setiap tumbuhan yang ada di sana. Evelyn samar-samar mendengar sesuatu tentang "pemusnahan" atau "pembasmian".

"Kak, apa yang mereka lakukan?" tanya Evelyn sambil berbisik dan menunjuk orang-orang yang sibuk di taman yang mereka lewati.

"Entahlah," jawab Felicia, dia juga tidak tau, "Rolf, kenapa pekerja kebun sibuk sekali?" tanya Felicia pada Rolf. Dia agaknya juga penasaran sepertinya.

Rolf yang berjalan di depan menoleh kesampingnya, "oh, itu .. mereka sedang membasmi ulat yang ada di taman," jawab Rolf.

"Ulat?" Evelyn dan Felicia saling tatap, tapi kemudian kompak mengangkat bahu.

"Memangnya ada apa dengan ulat-ulat nya?" tanya Evelyn, bukan hanya penasaran, tapi kalau membicarakan ulat Evelyn jadi teringat dengan Zion yang benar-benar membenci serangga melata itu.

Rolf memelankan jalannya dan berjalan beriringan dengan Evelyn dan Felicia, "saya juga tidak tau. Ratu Seraphina yang memerintahkan untuk membasmi ulat di seluruh taman istana."

Evelyn dan Felicia mengangguk-angguk mengerti.

Lama berjalan melewati lorong istana yang begitu panjang ditemani perbincangan ringan antara Felicia dan Rolf. Mereka sampai di sepasang pintu kembar yang menjulang tinggi. Lukisan seorang pria di daun pintu kanan dan seorang wanita di daun pintu kiri tergambar dengan menawan. Di antara kedua lukisan itu, tergambar sebuah pedang yang menambah kesan kemegahan.

Ketika pintu kembar itu terbuka terbuka, mata memandang ke dalam ruang yang memancarkan kemewahan. Lantai marmer yang teratur menghiasi dasar aula, menghadirkan permukaan yang memantulkan sorotan cahaya seperti permata di bawah sinar matahari.

Aula itu menjadi perwujudan keagungan yang melampaui batas imajinasi. Begitu mereka melangkah masuk ke aula yang megah ini, mereka dihampiri oleh suasana yang begitu memukau.

Aula yang luas dengan langit-langit tinggi menghadirkan serangkaian lampu gantung kristal yang menggantung dengan anggun. Cahaya mereka memantul di permukaan lantai marmer yang dipoles mengkilap, menciptakan kilauan gemerlap yang mengisi seluruh ruangan.

Karpet merah membentang dari pintu menuju sebuah ke sebuah pedang raksasa di sana. Diapit oleh pilar-pilar marmer yang menjulang tinggi, pedang itu ditempatkan di atas altar khusus yang terbuat dari batu kristal yang bersinar terang.

Pedang itu begitu besar sehingga panjangnya menyentuh altar dan ujungnya menembus langit-langit aula. Permukaannya yang mulia terbuat dari logam yang tampaknya tak dikenal, menampilkan pola-pola kuno yang berkilauan di bawah cahaya. Ujung pedangnya terhiasi dengan ukiran yang menakjubkan, seolah menyimpan sebuah cerita.

Cahaya berkilauan mengelilingi pedang itu, membentuk lingkaran keemasan yang memperkuat kesan kehadiran suci. Aura suci memancar dari setiap inci bilahnya, menciptakan gelombang-gelombang cahaya yang menari-nari di sekitarnya. Gemerlapnya seakan menciptakan portal ke dunia lain, mengisyaratkan bahwa pedang ini bukanlah benda biasa.

Memang bukan benda biasa, itulah Sang Pedang Suci Radiant Valorblade, pelindung Kerajaan Radiant Valoria.

|•BERSAMBUNG•|