webnovel

Bab 1. Sentuhan sensual pertama

Malam itu, di sebuah gedung apartement dua pasangan muda mudi sedang merayakan malam pergantian tahun. Mereka adalah Anha Prameswari dan Devano Barata, keduanya tidak pergi ke luar karena perjalan di bawah sana terlihat begitu padat.

Devan dan Anha menghabiskan malam tahun baru dengan berhubungan badan, itu pertama kali dilakukan oleh Anha ia menyerahkan kesuciannya untuk Devan. Karena dia percaya jika pria itu juga sangat mencintai dirinya,

Di depan televisi dalam apartemen milik Anha, Devano memeluk erat tubuh indah sang kekasih Anha. Dia menciumi Anha,

"Mmmm, kamu nikmat sekali sayang, " sela Devano seraya menjilati bibir Anha.

"Ah, aku sangat mencintai kamu sayangku Devano Barata." bisik Anha di telinga Devano.

"Aku pengen," sahut Devano dengan nada menggoda.

"Maksudmu, apa sih sayang?" Anha tidak faham.

"Mau malam ini, kamu masih perawankan?" kelit Devano yang nafsunya sudah memuncak di ujung tanduknya.

"Mmmmasih, terus?" dehem Anha, dia tahu tetapi pura - pura tidak tahu.

"Giveme one nigth," bisik Devano, tangan kekarnya meraba dress yang dikenakan Anha.

Dress berwana merah muda indah itu tersingkap, paha putih mulus milik gadis polos itu terlihat di mata Devano. Dalam hati Anha dia tidak bisa menolak keinginan Devano, aliran darah Anha semakin memuncak.

Gadis itu berdiri di depan Devano tepat menjajari di wajah pria tampan penuh gairah, Anha melepas dressnya, kini tampaklah lekuk tubuh indah bak gitar Spayol di depan mata Devan.

"Lakukanlah sayang, kuserahkan kehormatanku untukmu." kukuh Anha berserah diri pada pria yang di cintainya.

Devano meraih selakang Anha dengan menarik tepat di depan wajahnya, celana dalam berwarna maroon Anha di sobek oleh Devano. Langsung tanpa sepasi bak bi bu a i u e o di raihnya bunga telang milik Anha, membuat bulu kuduk Anha berdiri karena pertamkali merasakan sentuhan di area sensualnya.

Khas aroma kewanitaan menerpa di hidung mancung Devano,

"Please, enaknya kamu ngangkang sayang." pinta Devano suaranya sudah serak menahan saliva di tenggorokannya.

Anha hanya menurutinya, terlihat di selangkang wanita cantik itu mulus bahkan rambut penjaga bunga itu sering ia bersihkan, menambah gairah sex sual Devano semakin memanas.

Langsung saja, lidah Devano bermain di selangkang milik Anha. Seperti pria yang sudah pandai melakukan adegan dewasa Devano terlatih. Pelan - pelan lidahnya ia julurkan ke lubang dahysat Anha.

"Ah, sayang sedap sekali. Auuhhh...." desah Anha tak kuat menahan sentuhan lidah Devano di area intinya.

Terus saja ia lumat sesuka hati tanpa menghiraukan desahan Anha, Anha yang berdiri berjongkok mengangkang rasanya ingin ambruk.

"Oouuhhh, astaga aahhh...." desah Anha semakin kuat.

Hingga lidah Devano menghisap biji klitoriks milik bunga telang Anha.

"Aaahhh...."

Cairan putih kental terasa asin di dalam mulut Devano, Anha mengeluarkan untuk pertama kali. Dia masih berdiri dengan berjongkok, Devano membuka seluruh benang yang melekat di bajunya.

"Sayang, please kalukan yang sama seperti punyamu." perintahnya pada Anha.

Ia langsung merangkul tubuh kekasih idealnya itu, Anha melumat ganas mulut Devano tapi malah dilepas oleh Devano.

"Bukan bibirku sayang, tapi anak panah bawahku." sela Devano.

"Oh, oke." Anha menuruti, ia lalu berjongkok ke bawah lantai.

Langsung saja Anha melakukannya, ia lumat anak panah milik Devano. Pria itu semakin gila aliran darahnya menglir deras, diremasnya rambut indah Anha, maju mundur gerakan lidah gadis gila cinta buta itu.

"Udah sayang, lepas." ucap Devano.

Anha melepaskan hisapan rokoknya yang tak berasap itu. Devano meminta agar Anha tidur terlentang, iapun menuruti permintaan sang kekasih. Di atas sofa Devano menindih tubuh Anha, ia memasukan anak panah miliknya ke dalam lubang Anha.

"Ah, sakit sayang." pekik Anha.

"Enggak, cuma sebentar kok Beiby." sahut Devano seraya membetulkan posisinya.

Anak panah milik Devano sudah masuk di lubang Anha setengah, lalu ia menggoyangnya hingga masuk ke dalam. Maju mundur bokong sintal Devano di atas tubuh Anha.

"Ah, ah, ah," desah Anha menggema di ruangan apartement miliknya,

Beruntung kedap suara hingga tetangga samping kiri kanan depan belakang tidak mendengarnya.

Bibir Devano menyambar bibir Anha, di bawah sana masih memainkan pusakannya menusuk - nusuk ke dalam lubang Anha. Sekarang desahan di mulut Anha tidak terdenar lagi, terus serangan Devano bertubi - tubi membuat Anha kewalahan dia sebenarnya sudah lemas. Tetapi masih terus menginginkan sentuhan gila Devano itu, belum sampai tuntas Devano mencabut anak panah tumpulnya dari bunga telang Anha.

"Iihhh, kenapa sih di lepasin sayang. Aku masih mau!" kelit Anha kesal.

"Ganti posisi dong, kamu bisa duduk atau berdiri." ucap Devano memohon.

"Oh, gitu enakkan yang duduk kayaknya." jawab Anha pelan.

Mereka saling duduk mengakang, Anha sudah siap menerima anak panah Devano.

Lalu pria itu memasukan kembali, Devano sekilas melihat percikan darah segar menetes di sofa.

"Yes, I get it." ujarnya seraya menggoyangkan senjatanya lagi masuk ke lubang bunga telang sang kekasih.

"Ah, ah, ah, sayang lebih kuat. Ternyata sedap banget ihh, ahh..." ucapan Anha di sela desahannya menikmati setiap sodokan yang diterima.

"Ah, gila, ah aaah aku sayang sama kakammu Devvan, aaah, ahh, aaah." imbuhnya seraya memeluk tubuh Devano.

"Aku juga, beib. Kamu buat aku mabuk, uummmmmttt, enak banget kamu." balas Devano melumat bibir Anha, tubuh mereka terjatuh kelantai.

Devano mencabut pusakanya kembali, lalu Anha disuruh menungging. Anha melakukannya dengan iklas, langsung saja mis V nya menerima anak panah tumpul Devano. Dan di mainkan ke dalam lubang kebikmatan milik Anha dengan gaya sex menungging.

"Arrkkh," desah Devano dengan suara datarnya.

"Ah, ah, ah, ah," bergantian suara Anha.

"Uh, ah, mampus enak setengah mati. Aku gilaaa ah," teriak Anha.

"Ngak, ngak akan aku lepasin, kamu bener nikmat banget buat berdiri terongku." ujar Devano jujur.

"Oh, oh, oh," Anha sudah cukup lemas namun belum puas rasanya.

Devano belum sampai pada puncaknya, masih terus saja menjalankan sodokan indah di bunga telang milik Anha. Lalu mencabutnya lagi yang membuat Anha tidak menyukai hal itu.

"Kenapa sih?" tanya Anhan dengan suara parau lemas.

Devano meraih tubuh Anha, mereka saling berdiri dan melakukan sex kembali.

"Ah, ah, please jangan di copot." sela Anha dalam dekapan Devano.

Mereka saling menikmati, tak terasa malam tahun baru sudah berganti. Tampak di bawah sana bunga api meletus bermekaran, tubuh Devano memojokan tubuh Anha ke kaca yang tidak tembus pandang oleh mata dari luar. Masih dengan adegan sex cara brutal Devano, ia memompa Anha yang berdiri menghadap dirinya hanya karena tubuh mereka tingginya tidak seimbang membuat Devano sedikit berjongkok menyamakan Anha.

"Ah, ah, ah, uh, huh, aduh ah, gila anjing! Gila suer jangan lepasin gue sayang." rengek Anha di sela genjotan Devano.

"Ark, aku layani mau sampe pagipun sasayang," jawab Devano terbata karena tenaganya sudah berkurang.

Sudah satu jam lebih mereka melakukan adegan gila itu, tetapi tubuh masing - masing masih ingin menikmatinya.

"Oh, no aku keluar," alih Devan mengeluarkan cairan putih pekat dari anak panah tumpulnya.

Anha terjatuh melorot, ia lemas bukan kepalang.

"Thanks sayang," ucap Devano sehabis mengeluarkan cairannya.

"Well,"