1 PROLOG

Kota seperti apa Guangzhou sebenarnya?

Kota dengan ritme kehidupan yang berdetak saking cepatnya sampai kau tak bisa memastikan apakah kau mampu menyesuaikan tiap langkah. Tempat berkumpul dimana para pemimpi bersaing mewujudkan impian mereka (itu kalau kau termasuk dalam lingkaran para pemenang), sementara untuk mereka yang tertinggal, Guangzhou hanyalah neraka penyiksaan. Tapi sebenarnya, alasan paling utama, karena disinilah kau bisa melewati tiap malam tanpa adanya kesenduan.

Seperti ketika jarum jam telah melewati angka dua belas dan kau belum bisa benar-benar tidur, kau akan mendapati di gedung seberang luar jendela masih ada kamar lain yang masih menyalakan lampunya, dan mendapati seorang mahasiswa yang tengah berjuang untuk ujian penyeleksian S2. Dan ketika kau belum juga selesai mengerjakan semua soal dalam buku, kau akan mendapati orang-orang di jalanan bawah yang mencari makanan tengah malam di beberapa restoran. Dan ketika kau yang tengah kelaparan setelah lembur dan tengah menunggu makanan tengah malam, kau akan mendapati gedung kantor lain masih ada lampu menyala dan pemuda lainnya yang masih berkutat dengan projek mereka.

Jangan salah, di kota seperti Guangzhou, tak ada batas waktu untuk lembur. Kata-kata yang menghantui setiap orang adalah : Deadline. Dan untuk apa semua orang mengejar deadline? Jawabannya hanya satu: Untuk hidup. Kalau kau ingin mengatakan untuk mengejar mimpi, rasanya telalu puitis-- dan berlebihan. Semua orang punya beban seberat ratusan kilo di kepala mereka dan selalu bertambah setiap harinya. Beberapa bulan lalu, sekelompok turis dari Australia berlibur seminggu di Guangzhou dan kemudian mengambil kesimpulan: Orang-orang disini tak murah senyum. Oke, mereka benar tentang Guangzhou yang tak murah senyum-- tapi yang benar saja, apa yang mereka harapkan? Bagaimana kau bisa tersenyum kalau kau punya batu yang menimpa kepalamu setiap harinya? Coba tinggal selama setahun dan kau akan mengerti.

Tapi bagaimanapun, Guangzhou masih kota untuk para manusia muda: Segar, lapar dan cepat. Dan kalau kau tak cukup lapar atau tak cukup cepat, kusarankan kau untuk pindah saja. Atau tidak, mungkin kau harus bersiap-siap dengan tekanan psikologis tak terbatas.

Setidaknya, itu hal yang tidak kuketahui ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya disini.

avataravatar
Next chapter