51 Sejarah Perusahaan

Awalnya Ethan memang hanya ingin jalan-jalan keliling NamTech, tapi setelah di lift, dia memutuskan datang ke lantai ini karena wanita itu berada di lantai ini. Dia juga masuk ke setiap pintu yang dia lihat, dan menjulurkan lehernya di setiap bilik untuk melihat apakah wanita itu berada di sana.

"Anjr*t! Si apel merah ini sebenarnya mau apa sih?!" maki Carolina dalam hati dan berusaha keras untuk menjaga ekspresi wajahnya agar tidak kelihatan tanda-tanda marah atau kesal.

Andi, Desi dan karyawan lainnya menatap Ethan lalu menatap Carolina dengan tatapan mencurigakan, Carolina juga sebelumnya pernah dipanggil oleh Agung, sekretaris perusahaan, untuk datang ke ruangannya, dan sekarang, si bos besar, datang kemari untuk mencarinya.

Carolina yang melihat mereka mulai memikirkan yang tidak-tidak segera memutar pikirannya untuk mencari alasan.

"Ah! Pak Ethan mau kasi tau soal sejarah perusahaan ini, ya? Pak Ethan gak perlu repot-repot ke sini buat bilang itu kok! Nanti aku sendiri yang akan tanya lagi ke pak Agung!" ucap Carolina yang tiba-tiba menemukan alasan.

"Minggu lalu pak Agung tanya kalau apa yang aku butuhkan, jadi aku bilang aku butuh sejarah perusahaan ini untuk laporan magang yang kubuat, tapi pak Agung bilang mau konsultasikan dulu ke pak Ethan," lanjutnya lagi, mencoba membuat yang lain mengingat kembali bahwa minggu lalu Agung, sekretaris perusahaan, memanggilnya.

"Jadi begitu," tiba-tiba karyawan yang sering menyuruh Carolina untuk membeli rokok berkata sambil mengangguk, alasan tersebut tampak masuk akal baginya, lagipula alasan apa lagi sampai seorang ceo sementara yang baru masuk 2 kali mencari anak magang?

Ethan menampilkan ekspresi bingung, dia tidak ke sini untuk itu kok, tapi tatapan matanya bertemu dengan Carolina dan Carolina menaikan alisnya, seolah memberi tanda untuk mengiyakan alasan yang dia buat.

"Ehem, Iya, dokumen yang kamu minta sudah ada, tapi aku lupa membawanya karena ingin sekalian jalan-jalan sebentar, kamu bisa mengambilnya di ruanganku," ucap Ethan akhirnya, mengikuti skenario Carolina.

"Aku tak mengira pak Ethan bakal repot-repot sampai kemari. Pak Ethan memang bos yang baik!" ucap Carolina, sengaja menyanjung Ethan biar yang lainnya langsung mengira bahwa Ethan adalah tipikal bos yang baik.

Yang lainnya hanya mengangguk saja ketika mendengarnya, biasanya seorang bos pasti tidak akan repot-repot untuk menyampaikan hal sepele itu secara langsung dan menyampaikannya lewat telepon saja, itupun biasanya anak buahnya yang menyampaikannya.

Sementara Ethan hanya menampilkan senyumnya, dia tahu bahwa wanita itu hanya berpura-pura untuk memujinya, tapi pujian tetap sebuah pujian, bukan?

Kring… Kring… Kring..

Tiba-tiba telepon di meja Andi berdering membuat suasana tersebut menjadi hening kembali.

"Permisi pak Ethan, aku akan mengangkat teleponnya terlebih dahulu," ucap Andi. Telepon yang berada di meja kerjanya memiliki nomor telepon yang berada di kartu namanya sebagai project manager pengembangan aplikasi web. Jadi jika ada yang meneleponnya di nomor tersebut, itu pasti dari klien.

"Iya, silakan," ucap Ethan mempersilakan Andi untuk mengangkat teleponnya.

"Halo," jawab Andi ketika mengangkat teleponnya sementara yang lain masih mengobrol kembali dengan Ethan karena pria itu sepertinya belum ingin pergi dari tempat itu.

"Halo, saya Beti, dari tim public relations, apa benar ini dengan pak Andi dari tim pengembangan aplikasi web?" tanya orang diseberang sana.

"Ya, ini dengan saya sendiri. Ada apa ya?" tanya Andi yang bingung, tidak biasanya tim public relations menghubunginya, apakah dia melakukan suatu kesalahan?

"Ini ada yang menelepon kantor mencari pak Andi, katanya dari rumah sakit 400 batu kuasa. Apa bapak mau disambungkan dengan mereka?" tanya Beti.

Andi terdiam sejenak, apakah anggota keluarganya tiba-tiba masuk rumah sakit? Sepertinya tidak.

"Ah ya, silakan sambungkan saja," ucap Andi akhirnya karena penasaran.

Beberapa detik kemudian, sambungan telepon itu terdengar kembali.

"Halo, apa ini benar dengan pak Andi?" sapa suara seorang wanita.

"Halo, iya ini dengan saya sendiri. Ada apa ya?" tanya Andi yang bingung.

"Saya suster dari rumah sakit 400 batu kuasa, apa pak Andi kenal dengan bapak Yuda Ulasan?" tanya wanita itu yang ternyata adalah suster rumah sakit.

Andi terdiam sebentar, itu adalah nama programmer di timnya yang menghilang tidak ada kabar 1 minggu lebih.

"Iya, saya mengenalnya, ada apa, ya?" tanya Andi yang mulai merasa tidak enak.

"Pak Yuda saat ini sedang berada di rumah sakit. Beliau terlibat kecelakaan lalu lintas dan mengalami luka yang cukup parah sehingga harus di operasi. Saat ini beliau baru sadarkan diri dan saat kami meminta kontak orang yang bisa dihubungi, dia mengatakan untuk menghubungi pak Andi dari perusahaan NamTech," ucap suster itu menjelaskan.

Andi hanya diam saja dan mendengarkan, memang seingatnya Yuda sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi dan hanya seorang diri di ibu kota. Itu juga alasan mereka tidak tahu harus menghubungi siapa untuk mencarinya yang tiba-tiba menghilang.

"Ah baik, saya akan ke sana," jawab Andi sebelum akhirnya menutup teleponnya. Dia sudah bisa menduga Yuda memberikan namanya pada pihak rumah sakit untuk mengurus biaya administrasi rumah sakit. Andi yang merasa bertanggung jawab akan anggota timnya, memutuskan untuk ke sana.

"Ada apa pak Andi? tanya Desi ketika melihat wajah Andi yang kesulitan setelah menutup teleponnya.

"Ada kabar dari pak Yuda, tapi…," ucap Andi kemudian menjelaskan apa yang dijelaskan oleh suster tadi.

"Untuk saat ini aku dulu yang akan pergi, karena besok adalah deadline kita untuk bertemu klien, kalian yang di sini selesaikan tugas kalian dulu dan setelah besok kita akan pergi mengunjungi pak Yuda," ucap Andi memberikan arahan. Dia sebenarnya juga sedikit enggan untuk pergi, tapi karena rasa tanggung jawabnya sebagai pemimpin anggota timnya, dia akhirnya memutuskan untuk pergi.

"Oh ya, Carol, kamu ikut aku ke rumah sakit. Siapa tau laptopnya pak Yuda ada di situ dan dia sudah menyelesaikan perubahan yang diminta oleh klien. Kamu bisa mengeceknya sementara aku mengurus administrasi rumah sakitnya. Biar kita tidak memakan banyak waktu," jelas Andi lagi.

Carolina sedikit terkejut ketika mendengarnya, Andi yang biasanya bersikap dingin sekarang mengajaknya untuk ke rumah sakit untuk melihat programmer sebelumnya yang menghilang.

Padahal setau Carolina, kemungkinan laptopnya berada pada pasien yang mengalami kecelakaan itu sangat kecil atau paling tidak, laptopnya sudah hancur karena kecelakaan. Tapi Andi mengajaknya dengan alasan tersebut.

"Akhir-akhir ini juga sikapnya sudah tidak sedingin dulu, apa karena sekarang dia mulai percaya sama gue ya? Dia akhirnya tau bahwa gue bukan wanita yang cuma menang tampang doang?" pikir Carolina lagi.

"Baik pak Andi, kita perginya sekarang atau jam berapa?" tanya Carolina.

Belum sempat Andi menjawabnya, Ethan tiba-tiba berbicara.

"Berapa lama pak Yuda sudah bekerja di sini? Apakah jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan itu cukup untuk membiayai biaya rumah sakitnya?" tanya Ethan yang sejak tadi mendengar pembicaraan mereka.

Andi yang mendapatkan pertanyaan dari dua orang sekaligus, memutuskan untuk menjawab Ethan terlebih dahulu

"Pak Yuda adalah senior programmer di sini, dan kalau tidak salah setelah lulus kuliah dia memang langsung diterima di NamTech, jadi sudah sekitar 5 tahun lebih dia kerja di sini," jelas Andi.

"Soal jaminan kesehatan perusahaan, aku tidak begitu tahu apakah jaminan itu bisa membayar semua biaya rumah sakitnya karena pak Yuda sudah dirawat selama seminggu dan sepertinya dia melakukan operasi yang besar. Pak Yuda juga sudah tidak memiliki siapa-siapa, jadi aku berniat memakai uangku terlebih dahulu," lanjut Andi lagi.

Anggota tim lainnya mengangguk ketika mendengar apa yang Andi ucapkan. Meski masih di usia yang muda, Andi memang pemimpin yang baik dan bertanggung jawab, itu yang membuat anggota timnya betah bekerja dibawah kepemimpinan Andi.

Ethan yang mendengar penjelasan Andi hanya mengangguk sebelum akhirnya berkata, "Oh jadi dia adalah pekerja yang sudah lama berada di sini. Kalau begitu aku akan ikut denganmu ke rumah sakit."

Andi mengangguk.

"Kalau begitu kita ketemu di tempat parkir aja, aku akan mengambil kunci mobilku dulu," ucap Ethan lagi dan membalikkan badannya untuk menuju ke arah lift.

Tapi tiba-tiba dia membalikkan badannya lagi dan sekali lagi menunjuk ke arah Carolina.

"Kamu, ikut aku ke atas."

Carolina sekali lagi menatapnya tapi ekspresinya masih mengenakan ekspresi wajah biasa, tidak menunjukkan rasa kesal dan hanya diam saja di tempatnya.

"Bukannya kamu mau mengambil dokumen sejarah perusahaan untuk laporan magang kamu atau kamu ingin aku turun lagi ke sini dan membawakannya padamu?" tanya Ethan menatapnya dengan geli, sengaja membahas lagi skenario yang dibuat oleh Carolina.

Carolina yang sadar bahwa Ethan sedang mempermainkannya, hanya bisa berkata dalam hati.

"Lihat aja lo nanti!"

avataravatar
Next chapter