63 Orang Baik

"Ahh… Coba saja Mo tidak berbicara seperti tadi dan langsung menelpon pengacaranya! Pasti kejadian seperti ini tidak akan terjadi," pikir Su yang merasakan tidak adil karena dia harus terlibat akibat ulah Mo.

"Kenapa tadi aku harus memprovokasi wanita s*alan ini? Aku benar-benar sial!" pikir Mo. Dia tidak menyangka wanita muda yang berada di depannya adalah seseorang yang tidak boleh diprovokasi.

"Kalau gue jadi kalian sih, gue akan melakukan itu sekarang, mumpung pelayannya lagi gak ada," ucap Carolina yang telah selesai makan meski masih ada sup yang tersisa.

Dia tidak menghabiskannya karena sudah dingin.

Sementara Ethan yang benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, juga tidak memiliki suasana hati untuk makan lagi. Dia benar-benar berpikir bahwa Carolina sudah keterlaluan dan melewati batas.

Tapi melihat Carolina yang tidak mau menyudahi atau membiarkan hal tersebut meski dirinya sudah meminta wanita itu, membuat Ethan yakin bahwa Carolina benar-benar kesal dan marah. Ethan hanya bisa diam saja dan tidak menyuruh wanita itu lagi.

Bagaimana jika wanita itu menjadi kesal terhadapnya dan malah menyerang perusahaan NamTech?

Su dan Mo saling berpandangan ketika mendengar ucapan Carolina tadi. Ucapan wanita itu terdengar masuk akal.

Saat ini hanya mereka berempat yang berada di dalam ruangan, jika mereka berlutut dan dilihat oleh pelayan tadi, pelayan tadi bisa membicarakan kejadian ini pada rekan-rekannya sebagai bahan untuk bergosip.

Dan harga diri mereka akan lebih hancur jika hal tersebut sampai terjadi!

Tiba-tiba Su mulai mendorong kursi di belakangnya dan pergi ke arah lantai tempat yang ditunjuk Mo tadi.

"Jika aku meminta maaf, apakah kamu akan memaafkanku dan segera melepaskanku?" tanya Su.

"Hmm… oke deh!" ucap Carolina setelah beberapa saat berpikir.

"Kamu serius kan? Berani bersumpah?" tanya Su lagi yang meragukan wanita itu.

"Apaan? Lo gak percaya sama omongan gue? Sumpah!" ucap Carolina dengan kesal. Memangnya dia terlihat seperti orang yang tidak akan memegang ucapannya sendiri? Dia kan pria, ehem, wanita sejati!

"Baiklah, aku akan mempercayai kamu," ucap Su, kemudian setelah menarik nafas dalam-dalam, dia perlahan-lahan mulai menurunkan lututnya ke bawah.

Mo yang melihat itu, tidak percaya bahwa temannya akan berlutut. Dia akhirnya dengan cepat memundurkan kursi di belakangnya dan menghampiri temannya.

Jika berlutut sendirian, dia pasti akan malu dan harga dirinya tidak akan mungkin melakukannya, tapi saat ini temannya akan melakukannya dan jika bersama-sama, malunya juga akan ditanggung bersama, bukan?

"Kalian mau melakukannya atau tidak?!" tanya Carolina karena hanya satu lutut yang menyentuh lantai. Sementara tangan satunya menaruh handphone miliknya di belakang mangkok dan mengaktifkan kamera itu merekamnya. Dia ingin merekam kejadian itu secara sembunyi-sembunyi

"Hei!" ucap Ethan ketika melihat Carolina hendak merekam kejadian itu, tapi Carolina hanya berbalik menatapnya dengan tajam.

"Bukankah kamu sudah keterlaluan?" tanya Ethan yang menggunakan bahasa Indonesia.

"Duh! Lo daritadi berisik mulu! Diam saja deh! Gue juga lakuin ini demi lo, kok!" ucap Carolina yang tidak tahan lagi karena terus diganggu oleh Ethan.

"Padahal gue melakukan ini demi si apel merah bodoh itu! Huft… kenapa juga gue harus repot-repot melakukan hal seperti ini?" pikir Carolina lagi.

Dia biasanya cuek dan tidak mau ikut campur urusan orang lain, tapi entah kenapa dia tiba-tiba marah dan tidak tahan lagi melihat si bodoh itu yang hampir saja kena tipu.

"Sekali-kali berbuat baik gak apa-apa deh! Lagipula siapa suruh tua bangka itu ingin gue berlutut dihadapannya! Memangnya dia pikir dia siapa terus mau menyuruh gue berlutut dihadapannya!" pikir Carolina lagi.

Su dan Mo menghela nafas sekali lagi, dan akhirnya kedua lutut mereka menyentuh tanah.

Wajah mereka terlihat memerah karena malu!

"A-Aku minta maaf!" ucap Su yang diikuti oleh Mo.

Carolina tersenyum ketika mendengarnya, dia melihat layar handphonenya yang saat ini merekam kejadian itu dengan sempurna.

"Sepertinya tuan Ethan masih bingung kenapa kalian meminta maaf, bukankah begitu, tuan Ethan?" tanya Carolina dengan bahasa Inggris.

"Tuh, tuan Ethan masih bingung! Cepat jelaskan alasan kalian meminta maaf!" ucap Carolina lagi tanpa mendengar respon dari Ethan.

"Wanita ini.." pikir Ethan, Su, dan Mo.

Su dan Mo saling berpandangan ketika mendengar ucapan Carolina tadi.

Su menarik nafas sekali lagi kemudian akhirnya menjelaskan rencana mereka yang awalnya datang ke sini karena memang ingin meminta uang, bukan untuk membahas kenapa proposal kerja sama mereka yang ditolak.

Perlahan-lahan ekspresi Ethan berubah ketika mendengar pengakuan dari mereka, dia awalnya kasihan dan merasa apa yang dilakukan oleh Carolina sudah kelewatan dan melewati batas.

Setelah mendengar hal itu, dia mengerti kenapa Carolina melakukannya, tapi tetap saja menurutnya wanita itu sudah berlebihan untuk menyuruh mereka untuk berlutut.

"Maafkan aku," ucap Su dan Mo setelah penjelasan mereka berdua selesai.

"Hmm…," Carolina berpikir, dia masih merasa belum puas karena Mo yang menyuruhnya untuk berlutut terkesan seperti ikut-ikutan saja.

"Sudahlah," ucap Ethan ketika melihat Carolina yang tampak belum puas.

"Tuan Su, tuan Mo, permintaan maaf kalian diterima, kalian bisa berdiri," ucap Ethan akhirnya. Su dan Mo yang mendengarnya tidak langsung berdiri dan menatap kearah Carolina dengan takut-takut.

"Hei, suruh mereka untuk berdiri, mereka sepertinya takut kepadamu," ucap Ethan pada Carolina.

Carolina menghela nafasnya, dia sama sekali tidak mengerti kenapa si apel merah itu terlihat tenang dan bahkan langsung memaafkan kedua orang itu.

"Tua bangka! Kalian masih bisa dengar kan? Atau telinga kalian sudah tidak berfungsi lagi?" tanya Carolina akhirnya.

"Ah, iya!" ucap Su dan Mo lagi kemudian akhirnya berdiri kembali dengan susah payah.

"Terus sekarang lo mau apa?" tanya Carolina pada Ethan.

"Ya mau apa? Bukankah kamu sudah menjanjikan akan melepaskan mereka setelah mereka meminta maaf?" tanya balik Ethan yang membuat Carolina lagi-lagi menarik nafasnya.

"Tuan Su, tuan Mo, kalian bisa pergi," ucap Ethan lagi. Su dan Mo lagi-lagi menatap kearah Carolina setelah mendengar hal itu.

"Apa yang kalian tunggu?! Segera pergi dari sini, para tua bangka s*alan! Enyahlah!" ucap Carolina lagi.

Mendengar hal itu, Su dan Mo dengan segera bergegas menuju pintu keluar yang tiba-tiba kembali terbuka, pelayan tadi segera masuk dan membawa troli yang berisi hidangan makanan utama.

Melihat pelayan itu yang baru saja datang, Su dan Mo menghela nafas dengan lega. Sementara pelayan itu hanya menatap kedua pria tadi dengan bingung namun akhirnya dia mengerti bahwa pertengkaran mereka telah selesai.

"Sayang sekali gue gak melihatnya," batin pria itu, padahal dia berharap bisa mendapatkan bahan untuk bergosip dengan teman-temannya, yah, mungkin nanti dia akan tetap menceritakannya, tentu saja dengan menambah-nambahkan sesuai imajinasinya.

"Gak ada nasi ya pak? Sayang sekali!" tanya Carolina begitu rendang itu dihadangkan di depannya. Kenapa juga ini menunya rendang tapi gak dibawa dengan nasi? Mana kenyang makan ginian doang!

Pelayan itu hanya tersenyum simpul kemudian kembali ke pojokan lagi.

"Lo gak makan? Jangan-jangan lo alergi? Ini kayaknya gak ada kacang tanahnya, deh! Atau lo malah alergi kelapa?" tanya Carolina ketika Ethan hanya menatap makanannya dan tidak menyentuhnya sama sekali.

"Ah tidak, aku tidak alergi, cuma tiba-tiba saja tidak nafsu makan," ucap Ethan lagi.

"Lo masih memikirkan kejadian tadi, ya?" tebak Carolina, Ethan mengangguk.

"Aku gak nyangka aja mereka akan melakukan hal seperti itu, padahal mereka terlihat seperti orang baik," ucap Ethan yang membuat Carolina memutarkan bola matanya.

"Hello! Di dunia ini mana ada orang baik! Apalagi di dunia bisnis! Semuanya berpura-pura baik di depannya doang! Di belakang mah mereka semua tetap merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan orang lain," balas Carolina.

"Contohnya gue nih, tampang gue terlihat cantik, polos, dan baik-baik gitu deh, apa menurut lo gue orang baik?" tanya Carolina lagi.

Ethan menatap kearah Carolina dan mengangguk, "Kamu orang baik, kok!"

Carolina sedikit terkejut ketika mendengar ucapan Ethan,

"Sepertinya lo memang harus banyak belajar! Sudah makan makanan lo! Ini juga sudah dibayar, gak baik buang-buang makanan!" ucap Carolina lagi kemudian melanjutkan memakan makanannya.

"Gue orang baik, ya? Hah, sepertinya dia memang belum tau kemampuan gue dan berapa banyak kehidupan orang yang gue hancurkan dengan identitas gue yang satunya," pikir Carolina.

avataravatar
Next chapter