webnovel

Mari berbincang

1 bulan kemudian...

"Kaliankan disini sudah hampir 1bulanan lebih, tetapi satu sama lain tidak ada saling bercakapan," ujar Arga di saat mereka sedang makan malam.

"Ia kenapa dengan kalian berdua?" lanjut Violen menanyakan.

Sebenarnya aku ingin cerita cerita dengan Ken, tetapi entah kenapa rasabsungkan itu begitu besar, jadi aku memilih untuk diam saja.

Sebenarnya Ken juga merasakan hal yang sama, ia ingin berbicara dengan Kan tetapi mereka berdua tidaklah akrab. Ya walau pun kembar.

Kan, Ken saling tatap tatapan.

"Aku tidak tau, ujar Kan."

Ken hanya diam saja menyantap makanannya.

"Papa, dan mama merasa ada sesuatu di antara kalian, apa kalian bermusuhan atau mengapa?"

"Tidak kok ma."

"Huff...," Ken menarik nafas membalikkan sendoknya ke piring, itu tandanya Ken sudah selesai makan.

"Aku sudah selesai makan, aku mau ke kamar dulu ya pa, ma, aku mau istirahat," ujar Ken menggeserkan kursinya.

Kan melihati kepergian Ken, ia pun membalikkan sendok berpamitan ingin ke kamar juga.

"Ken tunggu!" seru Kan saat Ken mau membuka pintu.

"Apa?"

"Aku juga ingin mau ke kamar."

Kan naik ke temoat tidurnya, tetapi Ken ia berbaring di lantai di depan cermin yang besar.

Kan Melihat wajah Ken yang tidak seperti biasanya, ia terlihat murung disitu, Kan pun turun dari tempat tidurnya berbaring di samping Ken.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Kan yang ikut memandangi kaca.

"Tidak ada."

"Lalu kenapa wajahmu murung?"

"Aku hanya berpikir apakah kita benar benar kembar? Kita tidak seperti orang lain pada umumnya."

"Aku juga merasa seperti itu," Kan memandangi wajahnya, kemudian memandang wajah Ken dari cermin.

"Kita memang kembar, hanya saja wajahku sedikit seperti perempuan, sedangkan kau sepenuhnya laki laki," ucap Kan sedikit kecewa.

"Selain itu juga kita tidak pernah berkomunikasi."

"Kau benar, kau sibuk dengan ke sibukanmu, dan aku sibuk dengan kesibukanku."

"Aku juga tidak menyangka kalau kita akan bertemu lagi, aku hanya menginginkan di Prancis."

"Aku juga berpikir saat kuliah nanti aku akan berada di Itali, ternyata tidak."

"Selama 6 tahun kita juga lost kontak, tidak pernah saling tau menau."

"Memang betul di bilang papa, dan mama kita tidak pernah berkomunikasi walau pun kita sudah bersama disini."

"Aku tidak tau harus mulai berbicara darimana."

"Aku juga bingung ingin berbicara denganmu, rasa canggung itu besar sampai aku lupa bahwa kita adalah saudara kembar."

"Bagaimana pertama kali kau melihatku?" lanjut Kan menanyakan serius kepada Ken.

"Aku berpkir modelanku sama sepertiku, ibaratnya aku adalah gambaranmu. Ternyata aku salah, wajahmu memang seperti perempuan antara perpaduan," jawab Ken serius.

"Sama halnya sepertimu, aku jiga mengira wajahmu bakalan seperti perpaduan perempuan, ternyata kau lebih laki, dari padaku," sambung Kan.

"Bagaimana dirimu di Prancis sana Ken?"

"Aku disana beberapa kali mengikuti olimpiade, dan berhasil mendapatkan juara1 serta aku sebagai siswa terpintar se angkatan, selain itu aku juga sekolah di biayai oleh pemerintah, di berikan rumah gratis, dan kendaraan gratis juga, pemerintah yang menanggung hidupku di sana, mereka benar benar menghargai prestasiku," jelas Ken.

"Gila, kau hebat sekali."

"Kalau kau bagaimana di Italia?"

"Aku di italia mungkin hampir jarang mengikuti olimpiade seperti itu, aku hanya sering mengikuti debat, lalu menyampaikan pembicaraan seperti orasi, lalu aku juga pernah membawakan karya ilmiah di depan gedung pemerintahan, aku lebih unggul di bagian public speaking."

"Kau juga termaksud hebat bagiku."

Mereka berdua terus terusan mengobrol tanpa kontak mata.

"Ken apakah kau sudah mempunyai pacar?" Kan melirik Ken yang berada di sampingnya.

Laki laki itu hanya menggelengkan kepala lalu ia meniduri kedua tangannya sebagai bantal.

"Mengapa?"

"Entahlah, aku juga sebenarnya-" Kan tidak melanjutkan ucapannya.

"Aku tidak menyukai wanita mana pun," cutas Ken, tersenyum kecil.

"Apa kau serius?" Kan terkejut mendengar ucapan kembarannya itu, ia merasa Ken hanya main main.

"Aku Gay Kan, pacarku seorang pria, tetapi itu dulu. Dia telah meninggal kecelakaan," raut wajah Ken menjadi sadih mengingat kembali pacarnya yaitu Tom.

"Aku juga Gay Ken, aku dan pacarku sama sama berpisah, dia kembali pulang ke Korea," cetus Kan curhat kepada Ken.

Akhirnya keduanya saling tatap tatapan.

Ken mendekati bibir Ken pelan pelan, akhirnya bibir mereka berdua berhasil saling bertemu, keduanya memasukkan bibir mereka satu sama lain.

***

"1 minggulagi universitas akan membuka pendaftaran siswa baru, ngomong- ngomong kemana jurusan kalian nantinya?"

Mereka berdua tatapan satu sama lain.

"Aku tidak tau," ujar Kan.

"Aku juga tidak tau," sahut Ken.

"Aghh, menggaruk kepalanya, yasudah kalau begitu kalian tinjau saja ke kampusnya," ujar Arga.

"Baikla yah, kami nanti siang akan pergi."

Aku mau mandi dulu, ujar Kan.

"Aku juga ingin mandi," mereka berdua pergi ke kamar.

Saat Kan buka baju, mata Ken selalu saja melirik tajam ingin memangsa kembarannya itu.

"Jangan melihatiku, apa kau nafsuan?"

Ken smirk.

"Begitulah, jika kau tau. Tapi aku mengontrol untuk saat ini.

Pov di Universitas khulong:

"Halo selamat siang silahkan ini brosernya," ujar kakak angkatan menawarkan ke mereka.

"Biar aku melihatnya," ujar Ken.

"Medekatlah."

"Aku rasa lebih baik kita membawa pulang, biar lebih tenang saat membacanya.

Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke rumah, dan tidak berlama lama di sana.

"Apakah kalian sudah meninjau bagaimana kampusnya?" tanya Violen yang sedang duduk di depan tv sambil membaca majalah.

"Sudah, kami tertarik buat masuk situ

"Kampusnya juga besar ma," lanjut Ken lembut.

"Oh ya, lalu jurusan apa kalian berdua ambil nanti?"

"Kami belum tau, aku dan Ken sudah mendapatkan brosur tentang informasi kampusnya, kami mau membacanya di kamar dulu ya ma," Kan melirik Ken.

Ia deluan bangkit berjalan.

"Baiklah mari kita lihat jurusan di kampus itu," Ken membaca satu persatu jurusan yang tertera di brosur tersebut.

Kan mendekati, kemudian ia duduk di samping Ken.

Dirinya, juga ikut membaca baca di brosur tersebut.

"Jurusan apa yang ingin kau ambil," ujar Kan yang matanya masih membaca.

"Entahlah aku masih belum tau."

"Aku memberi saran bagaimana kalau kita mengambil jurusan yang sama?"

"Aku tidak minat kalau mengenai hal itu, kau memangnya mau mengambil jurusan apa? Lalu apa kau yakin ingin mengambilnya?" tanya Ken yang juga matanya masih membaca.

"Aku mau mengambil Teknik saja, menurutmu bagaiman?"

"Bagus."

"Lalu mengapa kau tidak mengambil Fisika saja?"

"Mengapa harus ke Fisika? Apa kau melihatku cocok untuk jurusan itu Kan?"

"Tentu saja, kau juara olimpiade, kau bakalan bisa menjadi penemu, atau menjadi profesor nantinya."

"Ahh kau bisa saja, selain itu?"

"Kau benar benar, mau memancing ya, selain itu apa lagi ya," Kan mendungakkan kepalanya ke atas.

"..."

"Kau juga dapat-" Kan tidak melanjutkan ucapannya.

"Dapat apa?"

Kan menulakkan tubuh Ken ke cermin, ia berdiri di depan Ken. "Untuk ini," Kan menjilat leher Ken.

"Agar kau bisa mengukur adik kecilku saat ia bangun," Kan membuka resletingnya, begitu pun dengan Ken.

"Ohh Shit! Kau ganas tuan."