174 Rencana Adam

"Karena kau sudah tahu hal yang umum ini dan menerima identitasmu. Issei, menurut latihan pendatang baru sepertimu, kau harus mulai bekerja mulai hari ini!" Rias tersenyum lembut, mengedipkan matanya, dan membagikan selembar kertas pemanggilan pada Issei.

Issei menatap "selebaran", lebih tepatnya tumpukan seleberan melebihi tumpukan HVS yang jumlahnya 10.

Mengedutkan mulutnya, Issei menatap Rias dan bertanya: "Buchou...harus selesai hari ini?"

Rias menatap Issei dengan mata indah dan senyum cemerlang, "Tentu saja! Jika kau berhasil, akan kuberi HA-DI-AH!"

*Bruk*

Issei mengambil satu tumpuk selebaran dan langsung pergi dengan cepat, semua orang disana bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa.

Adam mengambil selebaran pemanggilan dan menatapnya dengan cermat.

"Apa yang kau pikirkan?" Rias menatap Adam dengan mata penasaran.

Adam menggelengkan kepalanya dan melempar selebaran itu lalu berkata, "Meskipun aku penasaran seperti apa sihir iblis-mu, tapi...sepertinya aku terlalu berharap. Lingkaran sihir ini sangatlah sederhana dan hanya menggunakan satu pola tanpa mengganbungkan unsur apapun padanya, dengan kata lain, sihir murni."

"Ara Ara Ufufu, Adam-kun. Selebaran ini memang sangat sederhana dan kau benar, hanya sihir murni yang ada didalam selebaran ini. Bagaimanapun, selebaran ini hanya untuk kontrak prmanggilan iblis~"

"Apakah seperti itu? Sihir untuk membuat kontrak?" Adam melirik tumpukan besar selebaran lain di samping meja Rias.

"Ohh! karena aku bosan, apakah boleh kau kubantu? anggap saja satu kebaikan dariku,"

Rias menggelengkan kepalanya sedikit dan Adam tidak peduli dan langsung membuka tangannya. Dia langsung meletakkan beberapa tumpuk selebaran di ruang buatannya, dia ingin memberikannya pada Lilith dan yang lain.

"Eh? Kemampuan yang sangat nyaman!" Rias menatap Adam dengan heran.

"Hukum Ruang, meskipun agak susah dipelajari tapi bukan berarti mustahil. Jadi jangan ragu untuk belajar dariku~, tapi untuk satu ini ada harganya~"

Akeno menatap Adam dan tersenyum, "Harganya?"

"Bagaimana kalau berkencan denganku?" kata Adam pada Akeno.

Wajah Akeno memerah dan mundur beberapa langkah kebelakang. Jangan meremehkan Adam yang masih menggunakan cadar, dasar perawan S&M!

Mengangkat bahu, Adam langsung membuat demonstrasi kemampuan Ruangnya. Dia meraih tangannya ke udara, lalu menggerakkan jarinya seperti memotong, menggenggam, merobek, bahkan membuka ruang secara langsung.

"Ini adalah kekuatan ruang, pada dasarnya dengan kekuatan ruang ini aku bisa mengendalikan apapun yang berhubungan dengan ruang!"

"Memanipulasi ruang? ! Tentu saja, itu adalah kemampuan yang kuat!" Mata Rias seperti anak kecil saat ini, indah. Tetapi ada sedikit rasa...aneh? yang tersembunyi di matanya.

Koneko dan Kiba seakan mengerti satu sama lain langsung meninggalkan ruangan. Sedangkan Akeno masih tetap disana berdiri disamping Rias.

Suasana tegang sampai Rias berkata, "Oke, Adam. Mungkin ini yang ketiga kalinya, tapi aku sangat berharap kau bisa menjadi budakku, kumohon!?" Rias yang sangat sombong saat ini menundukkan kepalanya dan benar-benar memohon pads Adam.

"Apakah kau harus sebegitunya...?" Mulut Adam berkedut dengan senyum masam. Lagi pula, dia juga tahu cerita Rias dan ada jejak kasihan di hatinya

"Apakah...benar-benar tidak mungkin?" ​​Mata Rias saat ini berair mmenatap Adam dengan lembut. Adam merasa jika menolak atau salah bicara, Rias pasti akan menangis setelahnya.

"Maaf Rias, tapi itu tidak mungkin." Adam dengan enggan membentangkan tangannya keudara dan menggelengkan kepalanya.

Wajah Rias pucat dan suasana hatinya rendah: "Aku tahu, jadi ... bagaimana kalau kau membantuku? Kumohon, hanya sekali saja!"

"Huh, Rias...masih ada Issei disisimu. Jika kau melatihnya dengan benar, kekuatan Sacreg Gear miliknya akan sangat kuat."

Rias menatap Adam seakan meminta penjelasan.

Menatap mata Rias, Adam menjawab, "Salah satu dari tiga belas Longinus, Sekiryutei. Apa kau puas?"

"Sekiryutei?!" Rias dan Akeno berteriak bersama-sama dan akhirnya Rias tertawa senang mendengar ini.

Adam segera berdiri menuju ke tempat Rias, lalu langsung meraih tangan putihnya yang lembut. Selanjutnya, dia menatap Rias dan berkata: "Mungkin itu masih kurang? Jadi...jika kau punya masalah, kau bisa meminta bantuanku. Kita "teman" bukan?"

"Ah ... terima kasih! Jika seperti itu, maka aku harus berterima kasih padamu!" Wajah cantik Rias langsung memerah dan buru-buru menarik tangannya. Meskipun dia tidak menolak Adam, tapi dia dan Adam hanya beberapa kali bertemu, jadi Rias masih menahannya. Sayangnya, jantung kecil Rias saat ini berdebar dan wajahnya memerah.

Adam tersenyum dan kembali ke sofanya kembali. Setelah itu, Akeno jelas-jelas melihat rasa malu Rias dan menggodanya.

"Ara Ara Ufufu, Rias...apa kau malu?"

"Aku tidak!"

Sayangnya Akeno tidak percaya dan terus menggodanya. Sampai akhirnya Rias tidak kuat dan pergi keluar.

Melihat ini Adam tersenyum lucu dan memandang Akeno, "Kau nakal, Akeno."

Mendengar namanya disebut secara intim, Akeno terkejut sesaat. Tapi dia langsung tersadar dan berkata, "Adam-kun, kau sangat berani bukan? Bagaimana dengan ini?"

Akeno secara berani duduk dipangkuan Adam dan aromanya langsung membuat Adam terpesona sedikit. Bagaimanapun Adam bisa dibilang Pro dibidang ini.

"Bagaimana dengan ini? Kalau begitu aku akan begini?"

Adam langsung memeluk pinggang Akeno dan menggigit telinga kanan Akeno. Tubuh Akeno langsung bergetar saat dipelukan Adam dan mencoba menahan erangannya.

'Masih naif! Kau butuh waktu semilyar tahun untuk menggodaku seperti Ying'er! Vixen kecil!'

Entah berapa lama, Akeno dan Adam secara alami bermain hal dewasa. Tapi hanya bermain menyentuh, ciuman saja belum. Anehnya, bahkan satu anggota klub ini tidak ada yang kembali atau itulah yang dilihat Akeno. Sebenarnya, ada satu tikus yang mengintip secara diam-diam tapi masih diketahui Adam, yaitu Rias.

Sampai akhirnya pintu ruang terbuka menampakkan sosok Rias yang memerah dan Issei yang entah bagaimana wajahnya aneh.

"Bu-Buchou! I-ini bukan apa yang kau pikirkan," kata Akeno dengan sungguh-sungguh sambil berusaha keluar dari pangkuan Adam. Sayangnya kekuatan pelukan Adam membuat perlawanannya sia-sia.

"A-Aku tahu! Jangan khawatir, aku mendukungmu." Rias menggelengkan kepalanya debgan cepat dan berusaha menjaga agar dia tidak ketahuan mengintip perilaku mereka tadi

Tapi anehnya ada perasaan aneh di hati Rias yang menbuatnya agak marah pada Akeno. Pada akhirnya dia tidak melihat mereka dan langsung pergi duduk di mejanya.

Adam hanya tersenyum pada Akeno dan membisikkan sesuatu pada telinganya,"Dengan ini...bagaimana kau akan menjelaskan, Akeno-senpai?"

Wajah Akeno memerah dan dia langsung melintir paha Adam dengan keras. Sayangnya hal ini tidak terasa dan Adam terus melanjutkan perbuatannya.

Issei yang akhirnya tersadar langsung menatap Adam dengan penuh rasa iri dan benci bercampur amarah, tapi anehnya sesuatu dalam hatinya menekan rasa ini dan kepalanya tiba-tiba sakit.

"Ugh..." Issei berjongkok disana beberapa detik dan akhirnya ekspresinya "normal" kembali. Dia menatap Adam dan Akeno dan entah bagaimana sesuatu yang dia rasakan tadi menghilang.

Adam yang jelas melihat keanehan Issei tersenyum misterius dan berpikir, 'Satu poin untukku Issei. Rasa itu hanya permulaan dan...kukuku, kita lihat berapa lama kau akan bertahan? Protagonis dunia ini, Hahaha'

avataravatar
Next chapter