webnovel

Game Offline World ( Indonesia )

(Cerita sudah dihentikan, Author pindah) Ayu Octaviani Ningsih Putri Nartono Ningratmojo Hayunda Astari, adalah pemain game offline. Dia hanya menghabiskan waktu bermain game Virtual Reality (VR) offline yang rilis di tahun 2050. Dia tidak bisa bangun dari tempat tidur rumah sakit, tubuhnya sangat kurus bahkan makan dan minum harus menggunakan alat bantu berupa selang Nasogastrik melalui hidungnya, dan infus tak pernah berhenti menopang kehidupannya, dia sudah seperti itu sejak berumur 10 tahun. Dia hanya bisa terbaring lemah saat bermain game offline, dunianya hanya dalam game sampai waktu mengikisnya hingga akhir hayatnya. Di dalam game, dia adalah seorang Apoteker sekaligus penyihir dengan Class Necromancer level 100 (level limit) dia begitu kuat dalam game offline yang dia mainkan bahkan Red Dragon, bisa tumbang melawannya. Tapi, game offline tetap game offline, semua penghuni di game hanya mengucapkan dialog yang sama berulang-ulang tapi kali ini berbeda ketika dia bereinkarnasi di game offline yang di kenal sebagai (G.O.W).

Yayang_ · Fantasy
Not enough ratings
147 Chs

Vivian Nelo

Seorang pemuda meratapi paginya dengan cara duduk di pojok ruangan, dia masih mengingat kejadian semalam. "Aku tidak sanggup melihatnya! Sial, semalam apa-apaan yang aku lakukan! Dasar idiot tangan ini!" Pemuda itu menyalahkan tangannya sendiri karena memegang sesuatu yang seharusnya tidak dipegangnya. Pemuda yang sedang gundah ini tidak lain adalah Hiro Gordan, dia menatap telapak tangannya sendiri dengan serius. "Mudah-mudahan Ayu tidak marah karena apa yang terjadi." Hiro menghela napas panjang, ia yakin Ayu tidak marah, lagipula gadis itu masih terlalu kecil untuk mengetahui perbuatan tidak senonoh itu meski tidak disengaja oleh Hiro. "Aku harus bersikap biasa saja, aku tidak boleh gugup di hadapannya!"

{Tok, tok, tok.}

"Hiro, kamu sudah bangun kan? Jika kamu sudah bangun, tolong bukan pintunya, aku ingin bicara denganmu."

Hiro terkejut, sebenarnya dia belum siap jika tiba-tiba seperti ini. Dia bergegas ke pintu dan ketika dia membuka pintu betapa leganya dia melihat Ayu tersenyum padanya, dia pikir pasti tidak ada masalah.

"Ay-Ayu, aku mau mandi dulu, aku mau ke kamar mandi umum sebentar, ya?"

"Kamu nanti saja mandinya, aku ingin bicara denganmu," kata Ayu lalu masuk. "Karena masalah tadi malam, aku tidak menyangka kamu akan seperti itu."

"Maaf..."

"Aku masih belum berpikir sejauh itu."

"Aku benar-benar minta maaf Ayu, aku mabuk waktu itu bukanya aku sengaja memegangnya, kamu pasti marah padaku sekarang..."

"Aku marah dan sedih," kata Ayu. "Aku sedih karena aku belum bisa memasak. Aku marah karena aku belum menikah tapi sudah mau punya anak!"

"Weh?"

Tiba-tiba pikiran Hiro menjadi kosong karena kata-kata Ayu sulit dimengerti. Apa hubungannya antara apa yang terjadi tadi malam dengan tidak bisa memasak dan belum menikah? Ayu menceritakan bahwa Mokul mengatakan apa yang terjadi semalam membuat Ayu bisa punya anak. Hiro pun tercengang seketika itu juga, dia tidak habis pikir dengan Mokul yang punya waktu untuk mengerjai Ayu yang tidak tahu apa-apa dengan cara itu. Hiro menjelaskan bahwa Ayu dibohongi oleh Mokul. Ayu hanya mengedipkan matanya beberapa kali lalu cemberut. "Jadi itu hanya bohong?"

"Ya itu hanya bohong, kamu tidak akan punya anak karena kejadian kemarin malam." Ayu segera mengangkat kakinya dan bergegas menemui Mokul. Hiro hanya bisa menggelengkan kepalanya dan merasa lega karena Ayu tidak membicarakan masalah itu. Ruang makan tersedia di penginapan. Mokul, Argeta dan Vivian sedang mengobrol. Mokul datang lebih awal ke penginapan karena ingin mengetahui kabar di Guild saat Argeta dan Ayu pergi ke Guild untuk menemui Guild Master. Misi mereka gagal tetapi Guild Master menghadiahi mereka dengan dua keping emas untuk informasi yang mereka dapatkan.

Beralih ke Vivian dia bercerita tentang keempat pahlawan dan juga hal-hal buruk apa yang dilakukan para pahlawan. Mokul terkejut bahwa moral pahlawan sangat rendah. "Sial, apa mereka masih pantas disebut pahlawan!" Mokul memukul meja cukup keras sehingga suara benturan terdengar oleh banyak orang di sana. Vivian menceritakan lebih detail dan mendesak meminta bantuan untuk mengurus masalah pahlawan.

"Mokul beraninya kamu membohongi aku!" Suara yang sangat nyaring yang mengagetkan semua orang, itu tak lain adalah Ayu yang kini berlari menuju ke arah Mokul. Mokul meminta maaf karena itu semua hanya lelucon, Argeta lalu menyalahkan Mokul atas lelucon itu. Ayu duduk dengan ekspresi marah dia sangat malu karena dia terlihat sangat bodoh untuk digunakan lelucon. Ayu mendengarkan saat Argeta berbicara, Vivian menjelaskan detailnya mengenai masalah yang menyangkut pahlawan. Ayu menganggap masalah ini cukup sulit karena Raja sendiri cukup mendukung para pahlawan, belum lagi ada bangsawan yang sebagian mendukung mereka, jika ini dalam permainan tidak akan rumit, tinggal mencari saja dan bertarung, semuanya sudah berakhir.

Hiro yang baru saja tiba, duduk dan menatap Mokul dengan tatapan dingin. Mokul hanya membuang muka, sesekali bersiul. Ketika Hiro melihat Ayu, Ayu membuang muka dia tidak ingin melihat wajah Hiro. Hiro merasa diabaikan dan mungkin apa yang Hiro pikir salah jika semua akan baik-baik saja. Cukup banyak orang yang tidak menyukai keempat pahlawan karena perilakunya, sayangnya hanya mereka yang bisa mengalahkan Raja Iblis, namun kini ada harapan karena adanya Ayu tidak perlu lagi tergantung oleh keempat pahlawan tersebut.

"Aku mohon pada kalian untuk ikut denganku ke Holy Kingdom."

"Ini akan sulit, Argeta apakah kamu punya rencana?"

"Ya, sebaiknya kita menunggu mereka. Vivian, kamu bisa menuntun mereka keluar dari Holy Kingdom dengan bantuan tuanmu, kan?"

"Aku akan menberitahu tuanku kalau begitu, aku harap itu bisa terjadi nanti aku akan kabari kalian."

"Bagus, jadi kami tinggal menunggu kabarmu."

Argeta mengatur rencana masalah pahlawan mereka untuk dilakukan bulan depan karena mereka masih memiliki masalah untuk dipecahkan mengenai masalah Naga Merah. Membahas masalah Naga Merah, suasana menjadi tegang karena kemungkinan besar mereka harus melawannya, bukan karena takut. Mereka merasa tidak nyaman jika mereka membunuh Naga Merah dan kedua putrinya.

"Memang benar bahwa Guild Master sendiri tidak mengatakan kita harus membunuhnya, tetapi kemungkinan itu akan terjadi," kata Argeta.

"Jadi semakin rumit," gumam Ayu.

"Kalau begitu apa kita hanya bisa menerima kalau kita harus membunuh mereka?" Hiro, yang telah lama terdiam dan mendengarkan, angkat bicara.

"Mau bagaimana lagi jika itu tugas Guild, kita hanya bisa patuh," kata Mokul yang angkat bicara. Vivian tidak bisa menahan diri untuk tidak diam, dia tidak menyangka bahwa dia akan diizinkan untuk mendengar semua percakapan yang sangat penting. Argeta tidak khawatir jika Vivian mendengar semuanya, itu akan menjadi penilaian kekuatan mereka sehingga Vivian dapat yakin bahwa mereka dapat menangani pahlawan dengan mudah.

Mokul diam-diam meihat Ayu dan Hiro secara bergantian, entah apa yang terjadi, mereka berdua terlihat canggung? Mokul tersenyum, dia sangat menikmati dua pasangan lugu yang sangat menarik untuk dijahili.

"Kenapa kalian berdua hanya diam?"

Argeta menoleh ke arah Mokul lalu ke Hiro dan Ayu. Argeta menyadari memang ada yang aneh dengan mereka berdua. Tugas ini adalah yang paling sulit menurut Agerta, di mana seseorang menyukai dan bahkan mencintai seseorang yang lebih muda yang tidak tahu apa-apa yang tentang cinta. "Sudahlah, jangan menggoda mereka berdua."

"Ayolah Geta, mereka sangat menarik unt-."

"Jangan panggil aku Geta, sialan!"

Mokul menelan ludahnya sendiri karena Argeta sangat menakutkan setiap kali Mokul menyingkat nama Argeta menjadi Geta. Vivian mengamati Hiro dan Ayu, mereka sangat cocok sebagai sepasang kekasih. Vivian awalnya terpesona oleh Hiro ketika kemunculannya, dia langsung putus asa, ternyata pemuda itu menyukai Ayu, pahlawan Desa Pemula. Meskipun dia bermaksud untuk berkenalan setelah berbicara tentang masalah pahlawan, tetapi dia harus rela kalau yang membuatnya tertarik sudah ada yang punya.

(Update: Minggu, 6 Februari 2022)

Sabar ya, alurnya emang lambat. Emang aku buat begini, nikmatin aja ya!