webnovel

Game Offline World ( Indonesia )

(Cerita sudah dihentikan, Author pindah) Ayu Octaviani Ningsih Putri Nartono Ningratmojo Hayunda Astari, adalah pemain game offline. Dia hanya menghabiskan waktu bermain game Virtual Reality (VR) offline yang rilis di tahun 2050. Dia tidak bisa bangun dari tempat tidur rumah sakit, tubuhnya sangat kurus bahkan makan dan minum harus menggunakan alat bantu berupa selang Nasogastrik melalui hidungnya, dan infus tak pernah berhenti menopang kehidupannya, dia sudah seperti itu sejak berumur 10 tahun. Dia hanya bisa terbaring lemah saat bermain game offline, dunianya hanya dalam game sampai waktu mengikisnya hingga akhir hayatnya. Di dalam game, dia adalah seorang Apoteker sekaligus penyihir dengan Class Necromancer level 100 (level limit) dia begitu kuat dalam game offline yang dia mainkan bahkan Red Dragon, bisa tumbang melawannya. Tapi, game offline tetap game offline, semua penghuni di game hanya mengucapkan dialog yang sama berulang-ulang tapi kali ini berbeda ketika dia bereinkarnasi di game offline yang di kenal sebagai (G.O.W).

Yayang_ · Fantasy
Not enough ratings
147 Chs

10. Niat Baik Gadis Muda

Ada empat kursi, satu meja terbuat dari kayu di tingkat yang sederhana. Anak laki-laki yang ragu-ragu untuk mendekat mulai berjalan karena Ruri menyuruhnya datang. "Kemarilah, jangan hanya berdiri di sana!" Anak laki-laki bernama Ruro terlihat takut karena dia tipe pemalu, Ayu mendekat dan meminta untuk berbicara tetapi anak itu berlari kembali ke kamar. Sang kakek bernama 'Ota' mengatakan bahwa Ruro sangat pemalu berbeda dengan kakak perempuannya yang begitu mudah bergaul dengan orang lain. Kakek tiba-tiba mengubah topik pembicaraan dengan percakapan yang terdengar serius, menceritakan situasi di mana dia tinggal. Di sini banyak orang yang sangat kekurangan bahkan ada yang nekat mencuri untuk mencari nafkah.

Ayu mulai berpikir serius dan sebuah ide muncul di benaknya, dia punya saran jika dia melaporkan semua ini ke pemerintah kota. Kakek Ota, terdiam sejenak lalu menghela nafas pelan karena itu tidak akan mudah, dimana ada pemerintah kota yang ingin mengurus orang buangan.

"Walaupun kota kerajaan ini tidak sebesar Jakarta dan Surabaya, tapi pemerintahannya sangat buruk," keluh Ayu.

"Jakarta dan Surabaya?" Kakek Ota dan Hiro berkata bersamaan.

Ayu hanya menjelaskan bahwa kedua kota tersebut merupakan kota besar tempat tinggalnya. Hiro percaya bahwa kedua kota itu pastilah tempat tinggal Ayu di kehidupan sebelumnya. Pikiran manusia pasti memiliki keinginan untuk membantu orang lain seperti yang dirasakan Ayu. Kakek Ota terus bercerita, Ayu sangat senang mendengarnya sesekali menanyakan pendapat Hiro, yang sepertinya sedang memikirkan solusi Kakek Ota.

"Orang tua ini pasti membosankan karena dia terlalu banyak bicara," kata Kakek Ota.

"Tidak, tidak apa-apa Kakek, aku suka mendengar ceritamu," kata Ayu.

"Kakek, jangan merasa risih karena Ayu gadis yang baik, gadisku selalu seperti ini," kata Hiro.

"Ahh," gumam Ayu malu.

Tentu tidak ada solusi jika meminta bantuan pemerintah kota, Ayu dan Hiro memikirkan rencana untuk membantu orang buangan. Ayu menyarankan kepada Hiro jika dia membantu dengan menyisihkan pendapatan dari berburu monster karena pendapatan dari sana cukup banyak. Mengumpulkan orang untuk memberikan sumbangan pasti sangat sulit di dunia lain kecuali mengandalkan diri sendiri dan bantuan teman yang dapat dipercaya. Kakek Ota merasa aneh bahwa kedua anak muda itu sangat bersemangat membantu orang lain dan sangat jelas bahwa gadis muda di depannya adalah yang paling antusias. Setelah Ayu dan Hiro kembali ke penginapan mereka berdua meminta pendapat, Argeta dan Zenku. Zenku tersentak pada awalnya karena tidak ada yang berpikir untuk membantu siapa pun apalagi orang buangan. Ayu membuat rencana bahwa setiap 1 keping emas dari pendapatan akan dibagikan kepada orang-orang buangan setiap bulan. Zenku merasa tidak nyaman karena terlalu banyak, sebaiknya satu perunggu per hari, Ayu memelototi Zenku karena begitu pelit menghabiskan uang untuk saling membantu.

"Kita semua bisa menghasilkan 5 keping emas per hari, sudah aku hitung minimal pendapatannya," kata Ayu.

"Kamu benar, tapi itu terlalu banyak bagi mereka jika kita mengumpulkan 1 bulan menjadi 120 keping emas itu banyak, Ayu!"

"Kamu dan aku mendapatkan lebih dari itu selama sebulan, lagipula kamu hanya menghabiskan 1 koin emas jika digunakan secara boros untuk jajan dan membayar makan di penginapan," kata Ayu.

"Jujur, aku hanya bisa menghemat 1 koin emas per hari, saya perlu minum dan bermain gadis."

"Bermain gadis?"

"Makanya aku bilang terlalu banyak lebih baik per hari 1 perunggu."

"Kalau begitu kamu bisa berhenti bermain perempuan."

"Hah?!"

"Zenku, kamu harus menuruti permintaan Ayu karena dia ketua kelompoknya," kata Hiro.

"Kamu, kamu mengatakan itu dengan mudah, itu terlalu banyak untuk diberikan kepada mereka! Lebih baik aku meninggalkan grup ini jika hari ini memberi mereka 1 koin emas!"

"Kalau mau keluar, keluar saja, aku tidak masalah," kata Ayu.

Zenku memilih keluar dari grup, tidak ada gunanya mengikuti keinginan Ayu yang ingin membantu orang lain. Ayu menundukkan kepalanya sambil menekan meja dengan kedua tangan dia tetap teguh atas kemauannya sendiri. Argeta yang cukup lama terdiam, wanita berambut merah itu menyarankan agar Ayu lebih memikirkan keputusannya. Pendapat Argeta lebih mendukung saran Zenku untuk menyisihkan 1 perunggu per hari jika 1 keping emas per hari terlalu banyak untuk total sebulan. Ayu tidak menyangka Argeta mengatakan itu, Ayu hanya memasang wajah sedih saat melihat Hiro yang membalas dengan senyuman. "Aku selalu mendukungmu." Ayu tiba-tiba memeluk Hiro, Argeta menghela nafas dan meninggalkan mereka berdua.

"Aku senang kamu masih mendukungku ketika mereka berdua tidak tahu betapa sulitnya hidup orang lain," kata Ayu.

"Mungkin karena cara berpikir dunia kita berbeda dengan dunia yang kau tinggali," jawab Hiro.

"Mungkin, tetapi jika semua orang tidak saling membantu, akan ada banyak orang dalam kesulitan, aku menyadari bahwa dunia ini tidak memiliki sistem untuk membantu orang miskin."

"..." Hiro hanya mendengarkannya mencoba memahami cara berpikir orang di dunia tempat Ayu hidup di kehidupan sebelumnya.

Zenku kesal, dia memilih pergi ke bar yang tidak jauh dari penginapan. "Sial, Ayu sangat egois, dia harus tahu bahwa setiap orang memiliki kebutuhan untuk dipenuhi!" Zenku ingat masa lalu tidak ada yang akan membalas perbuatan baik mereka, mereka akan menusuk dari belakang. Zenku sangat menyadari bahwa Ayu adalah gadis yang baik tetapi kebaikannya akan menjadi bumerang jika dia salah mengambil keputusan. "Tolong tambahkan lebih banyak bir!" Di dunia ini yang sebenarnya lebih buruk dari yang terburuk, Zenku telah merasakan sakit dan kepahitan dalam hidup dia tidak pernah mempercayai siapa pun kecuali satu orang yang telah meninggalkannya untuk selamanya. "Sampai sekarang aku belum menemukan petunjuk keberadaan mereka, sialan."

Argeta melapor kepada Raja Iblis, kemungkinan Ayu akan datang untuk waktu yang sangat lama karena ada banyak hal yang mungkin menghalanginya di masa depan. Raja iblis membelai dagunya sambil berpikir dengan hati-hati dia tidak ingin memaksa Ayu untuk datang lebih cepat, tetapi jika mereka berdua tidak segera bertemu maka itu akan menjadi masalah di masa depan.

"Aku akan menemui gadis itu," kata Raja Iblis.

"Rajaku akan menemukannya!"

"Ya, jika aku menunggu terlalu lama itu akan membuang banyak waktu sepertinya gadis itu terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak penting."

Tanpa sepengetahuan Ayu dan Raja Iblis, keempat pahlawan itu mulai menyusun rencana untuk meningkatkan kemampuan mereka dengan cepat. 'Matsuya Takumi' adalah pemimpin dari empat pahlawan, dia memiliki tatapan tajam di matanya, dia mendapatkan pedang hitam dari Raja untuk memperkuat keterampilannya sebagai pendekar pedang.

"Saya memberi Anda pedang pahlawan sebelumnya, saya harap Anda dapat membasmi demi-human dan iblis termasuk Raja Iblis Diablo Varkan yang paling penting!"

"Aku tidak akan mengecewakanmu, Tuanku."

"Bagus, jika Anda selesai dengan tugas ini, saya akan menikahkan Anda dengan putri saya, Erena Vin Dely."

"Baiklah, serahkan padaku!"