1 PROLOG

Hari itu, Ratu dari Amberty, satu-satunya perempuan yang dicintai oleh Dewa alam bernama Amberty membuat pengumuman yang membuat Raja dari masing-masing 3 Kerajaan yang mengelilingi wilayah Amberty sebagai pusat, terkejut setengah mati.

Astrid Tyra Amberty, nama dari Ratu Amberty tersebut, berkata:

"Aku, Ratu yang diberkati nama, dan juga kasih sayang oleh Dewa Amberty, akan mundur dari posisiku sebagai Ratu Amberty saat ini." ucap Ratu tersebut.

Kedua tangannya terlihat penuh dengan sesuatu yang terbungkus di dalam selimut putih tipis.

"Namun." Ratu mengangkat sebungkus selimut dengan penuh hati-hati.

Terlihat jelas dari layar sihir yang menyala terang, wajah mungil yang timbul dari sela-sela bungkusan selimut.

Ketiga Raja dari 3 Kerajaan berbeda yang bersama-sama sedang melihat dari layar sihir besar yang melayang di langit aula itu langsung menyadari.

Seorang bayi. Bayi yang tampak sedang tertidur pulas seakan-akan tidak sadar sedang diperhatikan banyak orang.

"Aku menunjuk bayi mungil ini menjadi Ratu Amberty selanjutnya."

Ratu tersebut menempelkan keningnya terhadap kening bayi tersebut. Seperti sedang memberi berkat dan doa, walaupun sebenarnya yang dia lakukan hanyalah memberikan ciuman hangat.

Palendra, salah satu dari ke-3 Raja yang sedang berkumpul di aula cukup besar, tapi hanya diisi oleh mereka bertiga itu berteriak karena tidak bisa menahan keterkejutannya.

"Anda menjadikan seorang bayi baru lahir yang bahkan belum jelas akan mendapat kekuatan alamnya untuk menjadi Ratu selanjutnya?!"

Astrid, Ratu tersebut malah tersenyum lebar bukannya marah menanggapi protes dari salah satu Raja dengan warna rambut merah gelap dengan nuansa cokelat itu.

"Berarti anak ini sangat istimewa karena dia bisa disetujui menjadi Ratu sebelum memperoleh kekuatan alamnya." kata Astrid bangga sambil menggosokkan pipinya ke pipi gemuk milik bayi mungil yang masih tertidur pulas.

"A—A-pa...." Palendra tergagap tak bisa berkomentar apa pun melihat respon Astrid yang membicarakan hal serius dengan nada santai.

"Omong-omong, aku akan menyembunyikan bayi mungil ini sampai dia dewasa!"

Kepanikan mulai semakin menggerogoti pikiran ke-3 Raja yang mendengar ucapan riang Ratu Amberty.

Salah satu Raja yang hanya berdiri tegap melipat tangannya, mengangkat tangannya.

"Dimana anda akan menyembunyikannya?"

Astrid tertawa. "Jika aku memberitahumu di mana. Percuma saja aku menyembunyikannya kalau begitu, Agni."

Agni, yang berambut pirang seperti emas berkilauan itu mengangguk-angguk pada jawaban masuk akal Astrid.

Astrid hendak melanjutkan tetapi Raja terakhir yang sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraan mereka, akhirnya ikut angkat suara.

"Anda bilang bayi tersebut sudah disetujui menjadi Ratu. Kalau begitu apakah bayi itu akan mendapat nama Amberty seperti Ratu Amberty lainnya??"

Kedua Raja lainnya menatap laki-laki berambut biru gelap, Delon, yang berani bertanya pertanyaan paling terlarang karena tidak sopan untuk ditanyakan pada sosok yang memiliki gelar tertinggi sedunia: 'Ratu Amberty.'

Walaupun begitu, Astrid tidak tersinggung dan menjawab dengan penuh bangga, "Ya," lanjutnya dengan suara hangat, "bayi ini sudah mendapatkannya."

Ke-3 Raja itu mau tak mau kaget sampai rasanya jantung mereka berhenti berdetak untuk beberapa detik.

'Seorang bayi baru lahir langsung mendapat nama Amberty?'

'Bukankah itu berarti bayi ini akan menjadi Ratu Amberty yang paling termuda sepanjang sejarah?!'

'Apakah ini pertanda baik atau buruk....'

Ke-3 Raja tersebut memikirkan serius di dalam hati masing-masing.

Astrid ingat sesuatu yang diceritakan oleh Ratu Amberty sebelumnya, bahwa 100 tahun yang lalu ke-3 Saintess berkumpul untuk mengumpulkan potongan-potongan ramalan yang telah mereka terima.

"Bahwa Dewa Amberty kali ini akan menurunkan kasih sayang-Nya kepada seorang anak manusia."

"Konon, katanya kasih sayang-Nya kali ini paling terbesar di sepanjang sejarah benua Divolo."

Dan, sampai sekarang para pendeta masih sibuk berusaha memecahkan ramalan yang Dewa Amberty bisikkan pada mereka 100 tahun yang lalu.

Mereka saat ini tidak memiliki petunjuk siapa anak manusia yang akan dipenuhi kasih sayang dari Dewa yang sangat diagung-agungkan oleh seluruh makhluk hidup. Dewa yang telah menyelamatkan mereka dari kehancuran dunia.

Yang mereka yakini hanya anak manusia ini tidak akan menjadi Ratu dari Amberty selanjutnya, karena Dewa Amberty hanya menyebut 'anak manusia' bukan 'anak Amberty'.

Saat mendengar ramalan itu, ke-3 Raja sebelumnya sangat senang mendengarnya karena mereka berpendapat bahwa anak itu nanti akan terlahir sebagai anak kandung mereka.

Tapi setelah lama menunggu, mereka tidak kunjung punya anak yang dicintai oleh Dewa Amberty.

"Mungkin, sekarang lah saatnya." Astrid bergumam.

Sekarang, ketiga Raja ini sangat panik mendengar pengumuman dari Ratu Amberty, yang menyatakan dia akan menyerahkan posisi dan wilayah Amberty, pusat dari segala berkat alam suci berkumpul ke tangan bayi mungil.

Walaupun Dewa Amberty katanya sudah menyetujuinya. Mereka belum bisa memastikan apakah bayi itu benar-benar memiliki kualifikasi untuk meneruskan 'berkat alam suci' dari Dewa Amberty.

Karena mereka membutuhkan berkat alam suci terutama untuk diberikan pada masing-masing penerus mereka.

Delon, kembali angkat suara lagi ketika yang lainnya masih dipenuhi berbagai macam jenis pikiran sulit.

"Bagaimana jika salah satu dari wilayah Kerajaan mengalami bahaya, dan Ratu baru itu tidak mampu membantu dengan benar 'karena masih kecil'??"

Astrid tidak marah padahal pertanyaan Delon bisa dikategorikan sebagai pertanyaan tidak sopan karena telah meragukan kekuatan seorang Ratu Amberty selanjutnya.

"Hahaha! Jika itu terjadi maka salahkan diri kalian sendiri!"

"Salahkan diri kalian sebagai Raja yang tidak mampu membuat Ratu Amberty yang baru tidak mau menggunakan kekuatannya untuk menyelamatkan Kerajaan kalian!" Astrid malah langsung menjawab dengan penuh antusias seakan-akan sudah menunggu pertanyaannya Delon.

"Bukankah berkat alam suci masih tetap ada melindungi ke-3 Kerajaan sampai kami mengangkat anak kami menjadi Raja selanjutnya?!"

"Bagaimana caranya penerus kami nanti bisa memperoleh berkat alam suci jika Ratu Amberty selanjutnya disembunyikan!!" Palendra akhirnya berhasil kembali menyuarakan ketidaksetujuannya setelah selesai mengatur pikiran kacaunya.

Astrid tersenyum lebar sampai-sampai kedua matanya yang berwarna biru cerah menyipit.

"Apakah kamu ingin tahu... bagaimana caranya??" suara Astrid terdengar lembut dan menggoda tapi ke-3 Raja tau itu nada yang membahayakan.

Astrid terkekeh melihat reaksi Palendra yang langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

"Oh, kalian tahu kenapa aku hanya memberitahu kalian bertiga saja dibanding membuat pengumuman untuk seluruh penduduk di Benua Divolo?"

Delon mengangguk. "Jika Yang Mulia mengumumkan alasan yang sebenarnya, Benua segera jatuh dalam kekacauan."

"Benar, jadi kalian pikiran cara agar Benua ini tidak terlalu kacau nanti, ya." Astrid kembali menambah pekerjaan untuk mereka bertiga.

"Baiklah, aku juga tidak memiliki banyak waktu lagi."

Wanita yang memiliki rambut Cyan yang panjang dan tebal seperti akar pohon dan melingkari tubuhnya sampai ke bawah kakinya, tubuhnya perlahan-lahan mulai berubah menjadi tembus pandang.

Sebungkus selimut putih yang dia gendong dari awal dengan lembut dan penuh hati-hati, perlahan-lahan mulai jatuh ke rerumputan dengan lembut.

"...."

Ke-3 Raja itu hanya bisa diam tidak berbuat apapun, karena mereka tidak bisa langsung teleport ke tempat Ratu Amberty berada.

"Oh, aku punya hadiah perpisahan untuk kalian bertiga! Aku akan memberikan satu informasi penting mengenai identitas Ratu mungil ini."

Tangannya yang sudah samar-samar menghilang, mengelus pipi gemuk bayi tersebut.

Ke-3 Raja itu memasang telinganya ketika mendengar kalimat 'informasi penting'.

Astrid, yang sudah hampir sepenuhnya hilang, tersenyum. "Anak ini adalah anak dari salah satu kalian bertiga."

Ekspresi mereka bertiga langsung memutih.

"Coba tebak siapa Ayahnya?"

"A—A—APA?!" Mereka bertiga langsung berteriak kaget bersamaan.

"Hahaha! Bukankah menarik Ratu Amberty selanjutnya ternyata seorang Putri dari salah satu dari 3 Kerajaan besar?!"

Suara tawa wanita yang terdengar sangat energik, terngiang-ngiang ditelinga mereka bertiga sebelum benar-benar menghilang.

Mata mereka kini hanya menatap layar sihir yang menampilkan bayi mungil yang tergeletak di atas rerumputan, yang dalam hitungan detik layar sihir berukuran besar itu mulai buram dan menghilang.

Pemandangan bayi mungil yang tengah tertidur pulas tidak terlihat lagi dimata mereka.

"...."

Hari itu setelah pengumuman mengejutkan akan pensiunnya Ratu Amberty saat ini, dan munculnya Ratu Amberty selanjutnya yang ternyata masih seorang bayi baru lahir.

Dan ternyata yang paling mengejutkan adalah bayi tersebut adalah anak dari salah satu diantara mereka bertiga, yang berhasil membuat ke-3 Raja itu tidak bisa tidur nyenyak untuk beberapa tahun kedepannya.

© Eyjafiya, 2021.

avataravatar
Next chapter