1 1. Biseksual

Apa itu biseksual? Biseksual adalah orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama kuat pada laki-laki dan perempuan, baik secara emosional, romantis, intelektual, dan/ atau seksual. Ketertarikan ini bisa terjadi pada dua orang di saat yang bersamaan atau satu orang dan lainnya berlainan waktu.

__***__

Lelaki itu bernama Yoga Pratama. Seorang karyawan sebuah pabrik di salah satu kota Jakarta. Dia lahir di kota Kebumen, Jawa Tengah, 27 tahun silam. Memiliki postur tubuh gempal dengan tinggi sekitar 170 cm. Otot bisep dan trisepnya cukup menonjol. Dada bidang dan perut yang datar. Walau tidak kotak-kotak. Wajahnya bulat telor. Mempunyai alis yang cukup tebal seperti koloni semut hitam. Hidungnya tidak pesek, tetapi tidak mancung juga. Besar. Seperti terong Belanda. Kumisnya tipis-tipis. Rajin dicukur setiap hari. Bibirnya sensual. Merah kecoklatan. Karena doyan merokok. Orang bilang bibirnya itu cipokanable. Enak untuk dicipok.

Lelaki bermata belo ini berstatus duda, setelah dia bercerai dengan istrinya beberapa tahun yang lalu. Bersama mantan istrinya itu, dia dikarunia seorang anak perempuan yang lahir akibat hubungan terlarang. Jadi, mereka menikah bukan atas dasar cinta yang kuat, tetapi karena kebobolan saat bermadu kasih. Mereka married by accident. Menikah karena hamil duluan.

Kok bisa?

Peristiwa itu bermula dari perkenalan mereka berdua. Saat mereka berjumpa di warung yang dekat dengan tempat mereka bekerja.

''Hai cantik, boleh kenalan?'' ujar Yoga menggoda saat seorang gadis melintas di depannya.

Gadis itu tersenyum malu-malu, ''boleh ...'' jawabnya singkat.

Kemudian mereka berdua bersalaman.

''Yoga ...''

''Minul ...''

Dua insan itu saling menyebutkan nama mereka masing-masing. Sambil berjabatan tangan, mata mereka saling berpandangan. Saling mengirimkan sinyal ketertarikan. Saling mengagumi dalam hati. Saling jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sejak perkenalan pada waktu itu, mereka kian hari semakin dekat. Semakin akrab. Semakin terjerat dan semakin nekat. Hingga adegan nikmat di luar batas itu akhirnya tercatat dalam buku harian laknat. Memek basah bertemu dengan kontol tersunat ketat. Ah ... keparat!

Di siang itu. Kala cuaca panas menebar di sudut-sudut ruang ibu kota. Yoga berkunjung ke tempat kontrakan Minul. Untuk mengenal lebih jauh. Untuk menjajaki lebih dalam. Untuk menjelajahi setiap relung hati. Mereka bertemu empat mata. Empat telinga. Dua mulut. Dua indra penciuman. Dua kelamin. Laki-laki dan perempuan. Jantan dan betina. Batang dan lubang. Kontol dan memek.

Tok ... Tok ... Tok!!!

Yoga mengetuk pintu kontrakan Minul. Namun, beberapa saat tidak ada jawaban. Yoga mencoba mengetuk pintu kembali.

Tok ... Tok ... Tok!!!

Dan tak lama kemudian, terdengar suara lembut seorang perempuan dari dalam.

''Ya, tunggu sebentar!'' Itu suara indah Minul. Serak-serak basah. Menggoda iman. Membangkitkan gairah. Setidaknya itu yang dirasakan Yoga. Mendengar suara Minul yang seksi saja, kontol Yoga langsung konak. Berontak. Bergerak-gerak di balik celana dalamnya.

KLEK!

Pintunya terbuka setengah bagian. Menampakan tubuh bohai Minul yang hanya diselimuti kain handuk. Wanita berkulit putih itu baru selesai mandi. Sekujur tubuhnya masih tampak kuyup penuh dengan butiran air.

''Mas Yoga ...'' desah Minul melihat laki-laki gagah di hadapannya.

''Hai, Dek ...'' sapa Yoga gugup. Matanya liar menekuri setiap lekuk tubuh bahenol Minul. Rambutnya lepek. Lehernya jenjang. Payudaranya padat membusung. Seperti buah melon. Sekal. Penuh berisi.

''Mari masuk, Mas ...'' ujar Minul dengan gestur yang kemayu. Gemulai. Melambai-lambai. Seperti putri Solo.

Yoga terdiam. Mengatur napasnya yang mendadak ngos-ngosan seperti habis lari marathon. Jakunnya naik turun. Kontolnya semakin mengeras. Memanjang dan mengganas. Menatap pemandangan yang terasa memanas. Otaknya langsung kotor. Penuh dengan pikiran cabul. Ingin menjamah wanita itu. Ingin mencicipinya. Ingin menggagahinya.

''Kau cantik sekali, Dek ...''

''Iihh ... gombal, ah ...'' Minul tersipu sambil mencubit gemas perut Yoga.

''Serius, Dek ... Mas jadi pengen nih ...'' ucap Yoga ceplas-ceplos. Tak bisa menahan diri.

''Pengen apa sih, Mas ...'' Tubuh Minul menggeliat manja. Seolah sengaja untuk memancing dan menggoda.

''Itu ...'' Mata Yoga melirik mesum ke arah dua gunung kembar Minul yang terbelah mentolos.

''Nakal!'' Minul mencolek hidung besar Yoga dan berusaha menutupi belahan dadanya dengan telapak tangannya.

''Tapi kamu mau, 'kan? Hehehe ...'' Mata Yoga genit kedap-kedip dengan senyuman yang ganjen.

''Jangan, Mas ... Adek masih perawan ...''

''Masa seeh ... ''

''Iya ...''

''Ah, yang bener ...''

''Kalau gak percaya .... buktikan aja!''

''Bener nih, Mas boleh membuktikan?''

''Hehehe ...'' Minul meringis malu-malu meong.

Yoga mendekati Minul. Dia merasa mendapatkan lampu hijau. Saatnya beraksi. Tak ingin buang-buang waktu. Lelaki berkulit eksotis itu memeluk tubuh Minul dengan sangat erat. Hingga tubuh ramping gadis itu tak dapat bergerak. Terjerat. Perempuan berambut panjang ini hanya melengkuh manja.

Yoga mencumbui gadis itu. Menciumi bibirnya. Menggigit telinganya. Menjilati lehernya. AAAHHH ... Minul hanya mendesah-desah. Pasrah. Membiarkan Yoga mengerayangi sekujur tubuhnya.

Sambil melumat bibir tebal Minul, tangan Yoga meremas-remas nenen gadis cantik itu dengan pijitan sensual yang menggairahkan. Membakar gejolak. Membangkitkan nafsu membara. Memgobarkan gelora asmara yang meletup-letup di ubun-ubun.

Uuuhhh ... perempuan bertubuh semok ini hanya bisa merancau menikmati setiap sentuhan tangan Yoga yang mulai nakal menjelajahi area terlarangnya. Jari-jemari Yoga diam-diam menyelusup ke dalam lubang basah Minul. Dengan gerakan lembut, jar-jari itu keluar masuk menusuk-nusuk memek Minul yang mulai becek. Penuh cairan kewanitaan. Bening dan lengket.

Ough ... ah ... ah ... Minul hanya bisa mendesah dengan tubuh menggelinjang tak karuan. Menikmati sensasi kenikmatan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Yoga menarik kain handuk yang menyelimuti tubuh Minul. Hingga perempuan berparas ayu itu telanjang bulat. Tak ada satu lembar kain pun yang menempel di tubuh seksinya. Buah dadanya yang sekal bergelantungan bagai dua buah pepaya yang masak. Putingnya melenting. Coklat kemerahan. Seperti buah cerry. Ranum menggoda. Membuat kontol Yoga berkedat-kedut beringas ingin keluar dari kandangnya.

Yoga menyandarkan tubuh Minul pada sebuah kulkas besar dua pintu. Kemudian dengan liar dia menjulurkan lidahnya memulai menjilati pentil Minul. Hingga mengeras kaku.

Ah ... Ah .. Ah ... rancau Minul keenakan setiap lidah basah Yoga meliuk-liuk di lingkaran hitam payudaranya.

Sesekali Yoga menggigit gemas pentil-pentil itu hingga Minul kelojotan. Matanya merem melek. Napasnya memburu. Kembang kempis. Tubuhnya bergidik seperti tersetrum aliran listrik. ''AAAAHHHHH .... Enak, Masssss ....'' desah Minul tak tertahankan.

Dengan semangat 45, Yoga mencecap puting gadis itu. Menyeruputnya. Menjilatinya. Mengenyotinya. Seperti seorang bayi yang sedang menyusu ibunya. Minul hanya menggelinjang. Kejang-kejang. Menggeliat seperti seekor ulat.

Lidah basah Yoga turun menyapu dengan saksama. Semili demi mili. Tak satu pun terlewati. Mulai dari dadanya. Perutnya. Pusarnya. Hingga bagian pubisnya. Dan terakhir di bagian bukit basahnya, memeknya.

Tanpa ragu Yoga menempelkan wajahnya di belahan gua becek Minul. Menciumnya tanpa rasa jijik. Kemudian menjilati dan menyeruput lendirnya. ''Ough ... ah ... ah ... nikmatnya Massss ... lanjutkan , Massss .... enak tenaaaaannnnn.''

Desahan demi desahan yang keluar dari mulut Minul menjadi pendobrak semangat bagi Yoga untuk terus melayani nafsu birahi perempuan itu, Hingga sekujur tubuhnya meregang dahsyat dan dari rahimnya keluar cairan bening yang memancar.

''Awww .... Adek mau pipis, Masssss .... Aah ... ah ... ahhhh ...'' jerit Minul tak terkendali saat lidah Yoga berselancar di rongga-rongga memeknya.

Puas menjilati lendir kenikmatan yang keluar dari memek Minul. Dengan sigap Yoga melorotkan celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah ngaceng sempurna. Panjang besar. Berurat. Tegak lurus. Keras dan panas. Seperti tongkat satpam. Siap tanding. Seperti pedang prajurit yang tak tahan menghunus tubuh lawan.

Yoga mengocok-ngocok kontolnya sebelum ditempelkan ke bibir memek Minul. Setelah merasa kontolnya cukup tegang, dia mengarahkan kepala plontosnya ke lubang kenikmatan Minul. Sret ... sret ... jleb! Kontol Yoga menancap tajam ke dalam goa becek Minul yang menganga kemerahan. Sensasi hangat dan menjepit langsung menyelimuti sekujur batang kontol Yoga.

''AAAAAHHHH ....'' jerit Minul saat Yoga mulai menggoyang pantatnya maju mundur sejalan dengan keluar masuknya kontol di liang memek gadis cantik itu.

Yoga terus melakukan aksi ngentotnya. Menghujamkan kontolnya dalam-dalam. Menggoyang bokongnya tanpa ampunan. Tak kenal lelah. Tak kenal menyerah. Meski keringatnya gobyos membasahi sekujur tubuh jantannya. Lelaki ini tak henti menyerang. Menyatukan kontolnya dengan memek Minul. Menusuk dan menggesek. Mengulik dan menukik. Dia gencar melakukan genjatan senjata. Hingga tubuhnya meregang hebat. Otot-ototnya memencar dahsyat dan pejuh dari kantong pelirnya muncrat-muncrat. Lewat lubang kontolnya CROTTT ... CROOOT ... CROOT ... sari madu kelelakiannya menyemprot di dinding rahim Minul.

Mereka puas. Mereka lemas. Mereka terhempas dan terduduk di depan kulkas. Sambil berciuman. Sambil berpelukan. Merasakan sisa-sisa kenikmatan dalam persenggamaan.

avataravatar
Next chapter