1 Masa Kecil Ara Puji Lesmana

Ara Puji Lesmana, bocah cilik yg cerdas serta periang. Kecerdasan IQ dan EQ nya berimbang. Ia memiliki segala hal yg siapapun melihatnya akan menaruh rasa iri akan kehidupannya yg nyaris sempurna.

Ara, demikian gadis cilik itu biasa disebut. gadis cilik berkulit putih itu memiliki mata bundar yg besar dengan bulu mata yg lentik dan alis sedikit tebal membentuk sempurna. Hidung mancung dan bibir tipis yg selalu terlihat tersenyum turut mempertegas bahwa kelak saat ia tumbuh dewasa, maka ia akan menjadi rebutan para lelaki untuk bisa berada disisinya.

Kecantikan yg ia miliki diturunkan dari nenek pihak ibu kandungnya. Neneknya seorang keturunan Spanyol. Maka sejak masih usia balita kecil, Ara diajarkan oleh neneknya berbahasa Spanyol. Ketika usianya 10 tahun, nenek Ara meninggal dunia.

Ara sangat kehilangan sosok nenek yg selalu melindunginya. Ibu Ara sangat syok, tidak dapat menerima kepergian neneknya.

Seminggu kemudian, kedatangan 3 orang pengacara kepercayaan neneknya di rumah mereka, telah mengubah segalanya.

Ara kecil mendapatkan seluruh harta warisan neneknya. Meliputi, saham-saham di luar negeri yg dikelola oleh tangan kanan neneknya, yaitu pengacara Handoko, SH.

Paman Handoko sangat dekat dengan Ara. 5 % saham neneknya berikan pada paman Handoko sebagai gaji yg ia tinggalkan untuk menjaga Ara.

2 % saham di perusahaan restoran cepat saji yg didirikan oleh kakek dan nenek Ara menjadi milik ibunya.

Dan seluruh restoran serta aset milik neneknya saat ini dikelola oleh adik bungsu nenek Ara, sampai Ara cukup umur untuk mengelolanya sendiri.

Ibu Ara sama sekali tidak kaget mendengarnya. Dikarenakan, pernikahan ayah dan ibu Ara tidak direstui. Sehingga kakek Ara meninggal karena serangan jantung. Penyebabnya adalah ibu Ara yg kabur dari rumah untuk menikahi ayahnya.

Sedangkan untuk ayah Ara, neneknya tidak meninggalkan sepersen pun warisan. Sebab, ayahnya sejak menikahi ibunya hanya menumpang hidup pada ibunya.

Tidak pernah memberi nafkah. Ibunya lah yg selama ini membiayai kebutuhan hidup mereka dengan bekerja sebagai marketing konsultan mobil ternama.

Sejak itulah, ayah Ara semakin berubah brutal kepada ibunya. Tapi kepada Ara, ia sangat lembut dan perhatian. Karena menurut ayahnya, Ara adalah aset penting yg harus ia jaga. Sebab, Ara adalah pewaris tunggal seluruh harta kekayaan neneknya.

...

Namun, kejadian pada satu malam itu, adalah malam terakhir ia melihat ibunya. Ara kecil terbangun karena mendengar suara ribut yg berasal dari ruang tamu. Sejenak ia coba mendengarkan suara apa itu.

Setelah yakin itu adalah suara ayah dan ibunya yg sedang bertengkar, maka ia pun coba untuk kembali tidur. Bukan karena Ara kecil tidak perduli, tetapi karena ia telah terbiasa dengan pertengkaran ayah dan ibunya.

Tapi tunggu 'suara siapa itu?' Ara kecil bergegas menuju pintu kamar dan membuka sedikit agar ia dapat membuat celah untuk mengintip.

'' tante Ratna?" Ara terkejut melihat sahabat perempuan mamanya sedang berada di sana bersama ayahnya untuk membully ibu kandungnya.

Mata Ara memerah bukan karena ingin menangis. Ia mencoba menahan amarahnya pada tante Ratna. Meskipun saat itu Ara masih berusia 11 tahun, tapi ia mengerti apa yg terjadi.

Ara kembali menutup pintu kamarnya, lalu menuju meja belajar dan menulis sesuatu di buku hariannya.

Dengan sorot mata yg masih sama, ia menulis dengan pena yg tertekan kuat. Setelah selesai ia pun menggembok kembali buku hariannya.

Ara sengaja meletakkan kunci kecil itu di gelang perak miliknya hadiah dari nenek pihak ayahnya, karena ibu Ara adalah anak yatim piatu, sehingga segala keresahan dan kebahagiaan ibunya selalu diceritakan pda neneknya tersebut.

Ara sering mendengar ibunya bercerita, tertawa, menangis bersama dengan neneknya. Gelang perak itu memiliki beberapa bentuk hiasan yg mengelilinginya.

Ara tidak mendengar suara keributan itu lagi. Kemudian ia kembali untuk tidur. Saat ia berjalan menuju kasurnya, ia melirik ke kasur di sebelahnya. Terlihat adiknya yg masih berusia 3 thn terlelap tidur.

Ara menghampiri dan membetulkan selimut adiknya yg terbuka. Ia lalu mengecup lembut kening adiknya. Ia tidak pernah menduga, kecupan hangatnya itu adalah yg terakhir kali ia berikan pada adiknya.

Sayup-sayup ia mendengar sebuah bisikan parau dan tangan hangat yg membelai rambutnya. Mata Ara sangat lelah, sehingga rasanya sulit sekali membuka mata ketika itu.

Suara pintu yg terbuka memaksa Ara untuk membuka matanya. Tapi wajahnya yg terasa panas, dan kaki yg dingin seperti membeku tidak mengijinkan tubuh Ara untuk bergerak. Ara sedang demam.

Dalam remang cahaya lampu tidur, ia seperti melihat ibunya menggendong adiknya dengan membawa sebuah koper besar.

avataravatar