webnovel

Gadis pendiam

Meski pun waktu sangat sebentar, aku bahagia telah mengenal dan jatuh cinta padamu. Hal yang tidak akan pernah aku lupa saat akhir hayatku ini, dan betapa sangat beruntungnya aku bisa memiliki dirimu sebelum aku menghembuskan nafas terakhir ini. ~Gadis Pendiam

Rumusbumi · Urban
Not enough ratings
6 Chs

Cemburu

Keesokan paginya, semua Dokter dan para perawat sedang berolahraga sebelum memulai kegiatan mereka.

"Bukankah dia dokter itu?" gumam gadis itu melihat Dokter muda tersebut dari jendela kamarnya.

Putri terus memperhatikan Dokter muda itu.

"kamu lihat siapa ?" Tegur Ayu yang baru keluar dari kamar mandi.

Gadis itu menoleh kaget dan menggeleng pelan.

"tidak ada" jawabnya.

"Benarkah?" goda Ayu.

Gadis itu menatap dengan dingin.

"Jangan menatap ku seperti itu!" ujar Ayu ketakutan.

Putri hanya tertawa kecil melihat tingkah sepupunya.

"Ini, minumlah" tukas Dokter manis itu memberi botol mineral untuk Dokter muda tersebut.

"Terimakasih"

"Hari ini aku akan ikut shift denganmu" ucap Dokter manis itu dan membuat Dokter muda tersebut sangat kaget.

"apa?!"

"Aku sangat penasaran dengan gadis itu, jadi aku minta izin sama ayah untuk melakukan shift bersamamu" jelas Dokter manis sambil tersenyum.

"Kau ini?!" kesal Dokter muda itu, lalu pergi dari hadapan temannya itu.

"Hey!, Tunggu!" teriak Dokter manis itu kesal.

Ruangan Melati

Suster pun membuka pintu kamar gadis pediam itu.

"Selamat pagi" sapa suster.

"Pagi" jawab Ayu dengan ramah.

Dokter muda itu pun menghampiri Putri dan langsung memeriksanya.

"Hai!" sapa Dokter manis tersebut pada gadis pendiam itu.

Gadis itu hanya menatapnya, tanpa menjawab sapaan dari Dokter manis itu.

"sudah ku bilang, jangan bersikap dekatnya" bisik Dokter muda itu.

Dokter manis itu hanya menatap kesal.

"Kau menyukai bunga?" tukasnya berusaha untuk akrab.

Lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk.

Setelah selesai melakukan shift, mereka pun keluar dari kamar gadis pendiam itu.

"Sungguh seleramu aneh" kesal Dokter manis itu.

Dokter muda itu tertawa kecil.

"sudah ku bilang bukan, kamu aja yang keras kepala" jawabnya dengan santai.

Dokter manis itu memanyunkan bibirnya merasa tidak senang.

"serius kamu suka dengannya?" ucap Dokter manis itu tiba-tiba.

"tidak!, sudah ah aku mau makan" tukas Dokter muda itu.

"Kau ini?!" kesal Dokter manis itu.

Dokter muda itu pun mengajak temannya untuk pergi mencari makan bersama, namun mereka tidak sengaja bertemu dengan gadis pendiam dan sepupunya.

"Dari mana kalian?" tanya Dokter muda itu.

"Dari kantin Dok" jawab Ayu.

Dokter muda itu menoleh kearah gadis pendiam tersebut.

"kamu itu tidak boleh pergi jauh dari rumah sakit" jelas Dokter muda itu sedikit kesal.

Gadis itu hanya diam.

"Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganmu?" sambung Dokter muda itu mengomel.

Gadis itu menoleh kearah Dokter muda tersebut.

"maaf Dok" tukas Ayu merasa bersalah.

"Biar saya antar"

Namun saat Dokter muda itu hendak mendorong kursi roda, gadis pendiam itu menghalanginya.

"Pergilah, kekasihmu sudah menunggu" ujarnya melihat Dokter manis yang berbeda di belakang Dokter muda tersebut. .

Gadis itu mengajak sepupunya untuk masuk ke dalam rumah sakit.

Dokter muda itu menoleh kebelakang.

"dia bilang apa tadi?" tanya Dokter muda itu kaget.

Dokter manis itu melihat gadis pendiam yang sudah jauh dari mereka.

"Sepertinya dia cemburu"

"Apa?!" kaget Dokter muda itu.

"Sudahlah ayo, aku sudah lapar" jawab Dokter manis itu, lalu berjalan lebih dulu.

"kekasih?" gumamnya bingung.

Malam harinya, gadis itu terbangun dari tidurnya, ia beranjak dari ranjang tidurnya dan berjalan kearah jendela.

"kamu ngapain tengah malam begini?" tanya Ayu ikut terbangun.

"Aku belum mengantuk" jawabnya.

"Apa kamu memikirkan Dokter itu?" ucap Ayu sedikit penasaran.

Gadis itu hanya menatap dingin sepupunya.

"Baiklah, aku akan tidur" ujar Ayu yang tau akan maksud sepupunya.

Di tempat lain, Dokter muda itu pun belum bisa tertidur, ia masih memikirkan perkataan gadis pendiam tersebut tadi pagi.

"Apa benar yang di katakan Vitra, gadis itu cemburu?" gumamnya sambil berbaring.

Tok tok~~

Seseorang mengetuk pintu kamar Dokter muda itu.

Crek!~

"ibu?"

"Kamu belum tidur?" tanya ibu.

"belum bu" jawabnya.

"apa kamu ingin ibu bikinkan susu hangat?" tawar ibu.

"Tidak usah bu" tolak Dokter muda itu sopan.

"terus, kenapa kamu belum tidur?" ujar ibu.

"Rizky hanya belum mengantuk saja bu, sebentar lagi aku tidur" jelasnya dengan lembut.

"Baiklah"

Keesokan paginya, Dokter muda itu datang lebih awal.

Putri sedang berjalan-jalan di halaman rumah sakit untuk menghirup udara segar.

"Kamu sendiri?" tanya Dokter muda itu duduk di bangku taman

Gadis itu hanya mengangguk pelan.

"Dia teman saya" jelas Dokter muda itu tiba-tiba.

Gadis itu menatap heran.

"Yah...sa-saya hanya ingin menjelaskan saja" sambungnya sedikit gugup.

Gadis itu hanya mengangguk saja.

"masuklah, sepertinya akan turun hujan" tukas Dokter muda itu melihat langit yang sudah mulai gelap.

Putri pun beranjak dari duduknya, namun hujan sudah turun begitu deras.

"Biar saya antar" ucapnya sambil melepas jas Dokter untuk melindungi tubuh gadis mungil itu.

Gadis itu mengangguk pelan, sambil menatap Dokter muda tersebut.

Sesampainya di depan kamar gadis itu.

"Masuklah" suruh Dokter muda itu.

Gadis itu mengangguk pelan, lalu masuk dan menutup pintu kamarnya, tanpa di sadari sebuah senyuman terukir di wajah gadis pendiam itu.

"Apa barusan kamu tersenyum?" tegur Ayu.

Gadis itu menoleh sedikit kaget.

"tidak"

"Iya!, kamu barusan tersenyum!" heboh Ayu.

Putri tertawa kecil melihat tingkah sepupunya.

"Ayu, apakah aku boleh menayangkan sesuatu?" tanyanya.

"tentu saja boleh, apa?" tukas Ayu.

"apa kamu pernah merasa tertarik dengan laki-laki?" ujar gadis itu sedikit polos.

"yah pernah lah, aku kan perempuan"

Gadis itu mengangguk pelan.

"tunggu?" ucap Ayu menatap wajah sepupunya itu.

Putri pun merasa sedikit bingung.

"apa kamu sekarang lagi tertarik sama laki-laki?" tukas Ayu menebak.

Gadis itu diam sejenak.

"sudahlah, aku ingin tidur" jawabnya, lalu berjalan tempat tidurnya.

"ih!...jawab dulu Putri!" kesal Ayu.

Gadis itu tidak memperdulikan perkataan sepupunya, dan malah tertidur.

Ruangan Dokter

Di ruang kerja, Dokter muda lebih sering tersenyum dan membuat temannya merasa curiga.

"Hari ini menang kupon lagi?" tegur Dokter manis itu menggoda.

Dokter muda itu menatap tajam kearah sahabatnya.

"kenapa kamu basah kuyup?" tukas Dokter manis itu melihat baju Dokter muda tersebut basah kuyup.

"oh ini, tadi terkena hujan saat mengantar gadis itu" jelasnya, dan membuat Dokter manis itu menatap dengan senyuman.

"ma-maksud ku-"

"jadi, kamu baru saja hujan-hujanan dengan gadis itu?" goda Dokter manis itu.

Tiba-tiba saja wajah Dokter muda itu memerah dan membuat temanya itu tertawa hebat.

"astaga Rizky, lihatlah wajah mu memerah" ucapnya sambil tertawa.

Dokter muda itu langsung menutup kedua pipinya dengan tangan, lalu pergi dari hadapan temannya itu. .

"Rizky Rizky, ternyata kamu gak berubah" gumamnya sambil tertawa kecil.

Apakah ini awal dari semuanya?, dan Apakah benar gadis pendiam itu sedang merasa tertarik dengan seorang laki-laki?.