webnovel

Pemungutan Suara

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Dalam sekejap mata, pagi telah berlalu, Qin Sheng pun menginap di sekolah, dia berbagi kamar dengan Huang Xiaoyan.

Sarana dan prasarana SMA kota H sangat bagus. Satu kamar diisi oleh dua orang, tidak besar, tapi cukup untuk dua orang.

Siangnya, Huang Xiaoyan mengajak Qin Sheng makan siang bersama.

Di kafeteria lantai dua, Qin Sheng dan Huang Xiaoyan sedang mengantri untuk mengambil makan.

Qin Churou berjalan masuk. Dia dikelilingi oleh beberapa siswi. Mereka saling bercengkrama dan tertawa.

Ketika Zhao Jia melihat Qin Sheng, dia merendahkan suaranya kemudian berkata kepada Qin Sheng, "Chu Rou, itu Qin Sheng, katanya dia adalah wanita simpanan pria tua. Masih sangat muda tapi sudah belajar menjadi seorang wanita simpanan. Beberapa hari lalu, ada yang bilang dia lebih cantik darimu. Aku rasa Qin Sheng itu bahkan tidak pantas untuk disandingkan dengan sepatumu."

Qin Churou adalah wanita yang cantik, berbakat, dan kaya. Dia diam-diam disebut sebagai bunga sekolah oleh siswa tersebut.

Tentunya setelah Qin Sheng datang ke sekolah tersebut, banyak orang yang membandingkan penampilan Qin Sheng dan Qin Churou. Qin Churou yang menurut mereka sangat cantik ternyata masih kalah jika dibandingkan dengan Qin Sheng. Dia terlihat sangat biasa.

Beberapa orang bahkan mengusulkan untuk mengadakan pemungutan suara. Tak ada yang tidak suka melihat kecantikan. Banyak orang memilih Qin Sheng sebagai bunga sekolah.

Hasil suara untuk Qin Sheng bahkan diatas Qin Churou. Tetapi karena rumor yang tersebar pagi ini, Qin Sheng jadi ada di bawah Qin Churou.

Qin Churou juga sangat memperhatikan Qin Sheng. Saat dia masuk, dia melihat Qin Sheng dalam antrean. Dia juga melihat mata para siswa laki-laki tertuju pada Qin Sheng terus menerus.

Dalam hatinya, Qin Churou merasa iri pada Qin Sheng.

Bahkan dia harus mengakui bahwa Qin Sheng sangat cantik. Jenis kecantikan yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Dia juga sangat menarik.

Ketika dia mendengar kata-kata Zhao Jia, dia tersenyum lembut, "Jangan bicara seperti itu, dia sangat cantik."

Setelah jeda beberapa lama, dia berkata lagi, "Sayangnya dia seorang wanita simpanan."

Saat mengatakan ini, Qin Churou diam-diam mengepalkan tangannya.

Rumor itu dia yang membuatnya, jadi dia jelas tahu tentang kebenaran rumor tersebut.

Jelas, rumor itu palsu. Tetapi Qin Sheng memiliki hubungan yang baik dengan pria tampan dengan temperamen yang dingin itu. Hubungan mereka begitu baik sampai membuatnya cemburu.

Saat dia melacaknya, dia tidak bisa menemukan identitas pria itu. Tapi dia menemukan informasi mobil yang dinaiki pria itu. Mobil itu harganya ratusan juta.

Semua pakaiannya dari merek ternama. Jam dan mobilnya pun sangat mahal. Jelas latar belakang keluarganya bukan sembarangan, dan dia juga tampan. Wanita manapun pun pasti akan jatuh hati padanya.

Dia sangat sesuai dengan standar suami idaman Qin Churou.

Sayangnya, dia memiliki hubungan yang baik dengan Qin Sheng, bahkan pria itu tidak ragu-ragu untuk mengejeknya demi Qin Sheng.

Qin Churou menahan kemarahannya. Ketika dia datang ke sekolah, dia diam-diam memberitahu seorang siswa bahwa Qin Sheng tidak hanya berasal dari desa, tetapi juga wanita simpanan seorang lelaki tua.

Tidak banyak siswa di tahun ketiga. Hanya dalam waktu 20 menit, hampir semua siswa yang sudah datang ke sekolah telah mendengar rumor ini.

"Chu Rou, kamu sangat baik. Kamu cantik dan baik hati." Zhao Jia menghela nafas.

"Ayo mengantri." Qin Churou tersenyum.

Huang Xiaoyan sedang berbicara, dan Qin Sheng mendengarkan. Tanpa disadari sudah sampai giliran mereka untuk mengambil makanan.

Huang Xiaoyan menatap makanan di depannya. Matanya tidak bisa bergerak. Dia menatap makanan di piring itu.

Makanan di SMA kota H sangat enak. Semua koki yang dipekerjakan adalah koki bintang lima, dan hidangannya beragam. Huang Xiaoyan adalah seorang pecinta makanan. Semua pesanannya adalah daging.

Ketika Qin Sheng sedang memesan, Huang Xiaoyan berdiri di belakangnya, matanya terus berputar-putar di sekitar makanan. Dengan cepat dia telah menentukan makanan mana yang harus dipesan.

Saat tiba gilirannya, jari-jarinya menunjuk ke hidangan satu per satu, "Bibi, aku mau ini, ini, ini, dan yang ini."