2 Seseorang yang Tidak di Terima Kehadirannya

Klak ... 

Membuka pintu gerbang pertama, Mina berjalan memasuki halaman rumahnya yang kelewat luas. 

Jalanan setapak yang terbuat dari susunan batu marmer menjadi pilihannya untuk menapak. Sementara di sisi samping jalanan kecil itu, ada sebuah jalanan aspal sejauh 500 meter untuk sampai ke gerbang utama. 

Tapi jika melewati jalan setapak yang disusun dari batu marmer di atas rerumputan ini, Mina hanya perlu berjalan sejauh 30 meter saja karena ia tidak  perlu memutar untuk melewati halaman utama rumahnya yang luasnya hampir beberapa hektar sawah.

"Selamat pagi Non," ucap seorang lelaki, dari jarak 100 meter dari tempatnya berdiri.

Lelaki itu mengenakan jas hitam dengan penampilan rambut dan seragam yang rapi. Ia adalah salah sati seorang pengawal yang batu saja di rekrut untuk menjadi penjaga rumahnya dan Mina cukup akrab dengan lelaki itu karena ia adalah kakak tingkatnya di sekolah.

"Pagi Kak Ichsan," balas Mina, tersenyum manis. "Owh, tumben sekali Kakak dapat jadwal pagi? Apa ada keperluan mendesak yang harus dilakukan sore hari? Atau memang sedang kesambet setan rajin, hahaha ...."

Ichsan yang melihat bagaimana tengilnya adik tingkatnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya ampun dan merogoh jas bagian  dalamnya untuk mengambil sesuatu.

"Nah, ini untukmu. Dan jangan panggil aku Kakak saat aku sedang bekerja  di rumahmu untuk bekerja, Nona Mina. Itu akan membuatku terlihat tidak profesional!" ucap Ichsan, menyunggingkan senyum profesional.

"Baiklah ... baiklah ...," jawab Mina, dengan menatap sebuah kotak perhiasan mungil di dalam tangannya. "Lalu apa ini?" tanyanya, memandang wajah Ichsan.

Ichsan pun mengulas senyuman yang semakin lebar dengan mengusap-usap puncak kepala Mina. 

"Selamat atas kelulusanmu. Setelah 5 tahun duduk di bangku SMA akhirnya kamu lulus juga, hahaha ... adik kelas yang hanya tahu cara menonjok muka orang ini akhirnya lolos di bidang akademis ya? Syukurlah. Aku kira kamu tidak punya otak. Bahkan  aku pernah berpikir jika kamu otakmu itu seperti udang. Badan saja yang besar, otaknya tidak ada. Hahaha ...," tawa Ichsan, mencemooh.

Mina hanya mendenguskan napasnya kasar dan tidak memprotesnya. Karena dirinya memang bodoh. Dan dia tidak akan sakit hati selama itu memang fakta mengenai dirinya. Dia lebih senang dengan kejujuran yang pahit daripada gombalan manis tanpa isi. Dengan begini, Mina bisa membedakan. Apakah temannya kurang ajar atau tidak kepada dirinya.

Mina mengeratkan genggaman tangan di hadapan Ichsan dan membuat lelaki itu semakin terbahak melihat tingkahnya yang kesal tapi tidak menunjukkannya melalui lisan.

"Jangan awali harimu dengan menghajarku. Atau jika tidak, kamu akan semakin terlambat untuk sampai ke sekolah. Ini hari yang penting. Jadi mandi dan berdandanlah sedikit agar bagus saat di foto. Walaupun wajahmu sudah cantik, bukannya keterlaluan  jika kamu pergi ke acara wisuda dengan hanya memakai bedak dan lip tint? Berdandanlah sedikit, Nak. Dan ada seseorang yang sudah menunggumu di dalam rumah," ucap Ichsan, sambil mengedipkan matanya genit saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

Itu membuat Mina mengerutkan keningnya dalam dan bertanya-tanya. Orang gila mana yang berani bertamu di rumahnya sepagi ini? Jika tidak hanya satu orang yang berani melakukannya.

Tidak banyak berbasa-basi lagi. Mina langsung mengambil langkah seribu untuk sampai di rumahnya setelah mengucapkan terima kasih kepada Ichsan atas hadiah kelulusannya. 

Walaupun sebenarnya tidak perlu karena ini hal yang memalukan. Masa di usia 20 tahun Mina baru lulus SMA?  Sementara teman-temannya yang lain sudah pada kuliah dan bekerja untuk bertahan hidup. Haih ... benar-benar memalukan untuk siapa saja!

Berjalan mendekati pekarangan rumahnya yang sesungguhnya. Mina mulai menampakkan kakinya di atas jalanan yang terbuat dari lantai marmer setelah keluar dari hutan buatan, tempat ia melawati jalanan alternatif untuk sampai di bagunan rumahnya yang megah ini.

Mina berjalan lurus untuk sampai di latar rumahnya. Dan benar saja, dia melihat sebuah motor balap yang sudah kelewat hafal baginya, sedang terparkir di depan bangunan rumahnya dengan rapi.

Krt ... 

Mina mengepalkan tangannya dan membuat giginya menggeretak dengan kuat karena ia sangat marah dengan kehadiran lelaki itu di hari membahagiakannya dan siapa pula yang berani membukakan pintu untuk tamu seperti dirinya di dalam rumah? Apakah pelayan itu minta di pecat sekarang juga?

Bahkan keluarganya tidak berani membukakan pintu untuk lelaki itu karena kejadian yang cukup buruk dan mengganggu mental Mina di masa lalu, jadi keluarganya selalu mengusir lelaki itu dari rumah mereka sebelum Mina melihatnya dan marah karena kehadirannya.

Namun situasi apa ini? Siapa yang berani membukakan pintu untuk lelaki biadab tanpa seizin dari dirinya.

Dengan langkah tegas, Mina berjalan mendekati bangunan rumahnya yang begitu mewah dan langsung masuk ke dalam sana dengan menggebrak pintu tanpa memperdulikan pelayan yang bertugas membuka pintu dan menyambung kedatangan para tamu yang baru saja masuk ke dalam rumah.

BRAK ... 

Mina membanting pintunya cukup keras hingga membuat para pelayan itu menundukkan kepalanya dalam karena mereka sudah tahu apa penyebab dari kemarahan Nona muda mereka.

"Siapa yang berani mengambil tindakan untuk mempersilakan lelaki itu masuk? Bahkan membiarkan kendaraannya di parkir di depan pintu? Kenapa tidak langsung dilempar ke jurang atau di hancurkan saja!" marah Mina, mengeratkan kedua genggaman tangannya.

"Hey ... hey ... santai saja, baby. Kenapa kamu memarahi mereka? Aku masuk dengan membuka pintu sendiri dan berjalan dengan kedua kakiku sendiri untuk masuk ke dalam rumah. Lalu mengapa kamu memarahi mereka yang tidak bersalah? Benar-benar tindakan yang kasar sebagai seorang Nona Muda yang Cantik," celetuk lelaki itu, sambil berjalan mendekati Mina dengan gelagat menyebalkan.

Grr ... 

Mina menatapnya dengan tatapan membunuh. Kedua tangannya sudah mengepal sangat kuat hingga buku-buku kukunya menjadi putih pucat.

"Tentu saja mereka semua salah karena tidak langsung mengusirmu dari rumah ini begitu tahu jika tampang menjijikan milikmu itu terlihat di dalam rumah ini!" ucap Mina, sangat marah.

Mina langsung melirik ke arah belakang dan menatap tajam para pengawalnya. 

"Kenapa tidak ada yang bergerak? Cepat seret dia keluar dari rumah ini. CEPAT!" teriak Mina, lantang.

Beberapa orang pengawal langsung berjalan mendekati lelaki itu dan hendak memegangi kedua bahunya untuk di seret pergi. Namun mereka langsung terdiam kaku saat melihat sorot mata tajam dari lelaki itu.

"Kenapa diam. CEPAT!!!" teriak Mina, sekali lagi.

Lelaki itu langsung mendekati Mina dengan cepat dan mencengkram erat wajahnya dengan melancarkan ekspresi wajah yang mengerikan.

"Hey bodoh! Bersikaplah yang sopan sedikit di depan calon suami masa depanmu. Kamu benar-benar terlihat menjijikan jika seperti ini. Diam dan patuhilah perkataanku agar kamu terlihat cantik seperti dulu, sayang!" 

Mina memandangnya dengan tatapan kalap. Kedua manik matanya menggelap dan ia langsung menyentak tangan lelaki itu agar menjauh dari wajahnya.

"Jangan keterlaluan! Dasar lelaki biadab. Siapa pula yang ingin menikahi lelaki busuk dan sampah sepertimu? Sadarlah. Kau benar-benar terlihat kasihan sekarang!" balas Mina, dengan tatapan dingin dan jijik.

Lelaki itu diam beberapa saat dengan menatap Mina dengan tatapan angkuh, sebelum akhirnya ia terbahak-bahak dengan sangat lantang.

Ia kembali mendekati Mina, dan ... 

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi Mina.

Dengan tatapan dingin nan menusuk lelaki itu pun berkata, "Sudah ku bilang, jaga sikapmu dasar menjijikan!"

avataravatar
Next chapter