1 Haidar dan Raina

"Raina..."

Raina yang baru saja keluar dari dalam rumahnya menoleh pada cowok yang berdiri didepan gerbang rumahnya itu, "Haidar." sapa balik Raina sambil melambaikan tangannya pada Haidar.

"Lo ada kelas pagi?." tanya Haidar.

"Iya, memangnya kenapa?." Raina berjalan menghampiri Haidar.

"Nggak papa sih. Ehmm gue mau minta tolong sama lo boleh nggak, Rain?." Haidar ikut menolong Raina yang terlihat kesulitan mendorong pintu gerbang itu agar cepat terbuka.

"Kayaknya ayah lupa ngasih minyak deh, gerbangnya susah banget dibuka." ujar Raina setelah berhasil membuka pintu gerbang itu dan tentunya atas bantuan Haidar, "Oh iya, kamu mau minta tolong apa?."

Haidar segera merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sepucuk surat, "Tolong kasih ini sama Gamma ya." diberikannya surat itu pada Raina.

"Surat apa ini?." tanya Raina sambil menerima surat itu dari Haidar.

Cowok itu kembali memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket, "Itu surat ijin gue hari ini."

"Lho memangnya kamu nggak masuk?."

Cowok dengan rambut berwarna hitam kecoklatan itu mengangguk, "Iya, tolong kasih ke Gamma ya dan bilang kalau gue nggak bisa ikut latihan band untuk 3 hari ke depan mungkin."

"Kok sampe 3 hari? Kamu mau pergi kemana memangnya?."

Haidar menatap wajah cantik Raina sebentar, "Kenapa kalau lama, lo takut kangen sama gue ya?." tanya Haidar jail lalu setelahnya cowok itu terkekeh dengan pertanyaannya sendiri.

Raina mendengus geli lalu memasukkan surat itu kedalam tasnya, "Aku nanya serius malah kamunya bercanda, kamu mau pergi kemana kok sampe ijin 3 hari?."

"Gue mau ke Bandung karena saudara sepupu gue hari ini balik dari luar negeri jadi nenek nyuruh gue, ayah sama bunda buat kesana."

"Mas Rendy?."

Haidar mengangguk lalu memakai tudung jaket pada kepalanya, perasaan Haidar aja atau Raina mungkin juga ngerasain kalau pagi ini udaranya dingin banget, "Lo mau kan gue titipin surat ijin buat dikasihin ke Gamma?."

"Kalau aku nggak mau udah pasti suratnya aku balikin lagi ke kamu."

Cowok itu mengulas senyum, "Lo emang baik banget deh, Rain."

"Yaudah aku berangkat ya, udah janjian sama Carissa soalnya mau ke perpustakaan dulu." ujar Raina sebelum berjalan meninggalkan Haidar yang masih berdiri didepan gerbang rumahnya.

"Rain... "

Raina menolehkan kepalanya lagi ke belakang, "Hmmm, ada apa?."

"Lo cantik banget pakek pashmina kayak gitu." puji Haidar tak sadar.

Raina yang sudah sering mendapat pujian 'cantik' dari Haidar hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, "Alah udah biasa, jangan gombal deh haha."

Haidar tertegun melihat tawa ringan dari seorang Raina Dewi Malik, jujur aja tawa ringan Raina itu terdengar lembut banget ditelinga Haidar ditambah lagi wajah cantik Raina saat tertawa membuat kinerja jantung Haidar bekerja diatas batas normal.

Karena Haidar tidak menyahuti perkataannya membuat Raina langsung menghentikan tawanya, "Kok kamu diem aja si, Dar."

"Andai lo tau Rain kalau ini bukan hanya sekedar gombalan tapi asli terucap dari lubuk hati gue yang paling dalam." ucap Haidar dalam hatinya.

Raina melambaikan tangannya didepan wajah Haidar, "Hey, kok malah bengong."

Sontak Haidar mengerjapkan kedua matanya, "E-enggak kok"

"Yaudah aku berangkat ya." Raina berjalan meninggalkan Haidar.

Haidar hanya diam saat punggung Raina mulai menjauhinya, "Kenapa gue cemen banget sih, Rain. Gue nggak berani ngungkapin perasaan gue sama lo. Mau sampai kapan gue nyimpen rasa ini sendirian, kalo gue ungkapin setidaknya lo bisa tau perasaan gue. Ya tapi kapan." ujarnya dalam hati sambil melihat punggung Raina dengan tatapan sendu.

"Raina..."

Raina lagi-lagi menolehkan kepalanya ke belakang "Apa lagi sih, kalau kamu manggil aku terus kayak gini bisa-bisa aku telat berangkat ke kampus."

Haidar terkekeh lalu melangkahkan kakinya untuk menyamakan langkah kakinya dengan Raina.

"Ih Haidar, jangan rangkul - rangkul kenapa sih udah berapa kali aku bilang sama kamu." sungut Raina marah saat Haidar tiba-tiba merangkul pundaknya, bahkan sekarang Raina sudah menyingkirkan tangan Haidar dengan kasar dari pundaknya.

"Sorry, Rain. Gue reflek aja tadi jadi gue ngerangkul lo. Maaf ya."

Raina tidak menjawab namun memilih untuk memberi tatapan marah pada Haidar sambil mengusap pundaknya, "Aelah Rain, maaf kali gue bener-bener nggak sengaja tadi."

"Yaudah iya aku maafin tapi jangan di ulangi lagi."

Cowok itu menganggukkan kepalanya dengan cepat, "Baik Bu!."

Raina memutar kedua bola matanya malas, "Kenapa tadi manggil?."

"Gue temenin jalan ke halte ya, ini masih pagi banget mana dingin lagi gue kasian sama lo kalo jalan sendirian." Haidar berjalan mendului Raina.

Raina menarik lengan jaket Haidar membuat cowok itu tertarik ke belakang, "Eh nggak usah, bukannya kamu mau berangkat ke Bandung?."

Haidar menoleh pada Raina, "Bunda sama ayah gue aja masih molor, santai aja kali Rain." ujarnya sambil tersenyum.

"Tapi beneran nggak papa nih? Aku bisa berangkat sendiri."

"Ya nggak papa Rain, itung-itung sama olah raga."

"Yaudah kalau gitu, ayok."

Karena Haidar tidak kunjung mengambil langkah akhirnya Raina memutuskan untuk berjalan mendului Haidar, kalau dia nungguin Haidar bisa-bisa Raina telat berangkat ke kampus.

"Dasar mbak Rainanya aja yang nggak peka, jelas-jelas mas Haidar pengen pdkt sama dia eh malah dicuekin." ujar Zayyan yang baru saja keluar dari pekarangan rumahnya sambil menuntun sepeda ontel miliknya itu.

Zayyan yang sekarang sudah berumur 17 tahun itu adalah adik dari Raina, remaja baru gede itu sedari tadi memperhatikan interaksi antara Raina sama Haidar dari balik jendela kamarnya.

"Lagipula kenapa sih mas Haidar nggak cepet-cepet nembak mbak Raina. Kalau nggak cepet-cepet ngejedor, sampe lebaran monyet juga mbak Raina nggak bakalan peka."

Kok seakan-akan Zayyan tahu kalau Haidar naruh hati sama kakaknya, apa Haidar pernah cerita ke Zayyan?

Ya, Haidar emang pernah cerita sama Zayyan tentang perasaannya ke Raina saat mereka lagi main game bareng di rumah Zayyan dan Haidar juga pernah minta Zayyan buat ngebantu dia deket sama Raina.

Zayyan yang baru aja tahu kalau Haidar ternyata suka sama kakaknya langsung kaget, karena dia belum sepenuhnya percaya kalau Haidar yang selama ini Zayyan anggap sebagai abangnya sendiri ternyata naruh hati sama Raina. Kakak kandungnya?.

Awalnya Zayyan juga sempet curiga sama perhatian-perhatian kecil yang sering Haidar kasih ke Raina, Zayyan pernah menduga-duga kalau Haidar suka sama kakaknya dan ternyata emamg bener!.

"Mas Haidar tuh baik banget loh sama gue, yakali gue nggak ngebantuin dia buat deket sama mbak Raina." pikir Zayyan saat itu.

"Ah uweslah ojo ngurusi urusane cah gede (udahlah jangan ikut campur urusan orang dewasa) Zayyan masih kecil, kata bunda Zayyan harus fokus dulu sama sekolah biar bisa jadi gamer handal." Zayyan mulai mengayuh sepedanya.

Zayyan sekarang udah kelas 2 SMK dia ambil jurusan TKJ atas keinginannya dan keinginan Raina.

Kenapa Raina nyaranin Zayyan buat masuk SMK dan ambil jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan)?

Karena Raina tahu minat dan bakat adik cowoknya itu.

Zayyan tuh pinter kalau masalah teknologi-teknologi gitu dan anaknya juga pengen nyiptain game sendiri jadi ya Raina nyaranin Zayyan buat masuk SMK dan ambil jurusan TKJ.

Menurut Raina sih kalau TKJ kan jurusan yang mempelajari tentang perakitan komputer dan menginstalasi program komputer jadi ya pas lah sama minat bakat yang dimiliki sama Zayyan.

"Zayyan harus bisa banggain ayah sama bunda dan mbak Raina."

Zayyan menghentikan sepedanya saat mendapati Haidar dan Raina berjalan tidak jauh didepannya, Zayyan emang sengaja nggak mau nyalip mereka berdua karena remaja baru gede itu berniat menguping pembicaraan keduanya.

"Mas Haidar ayolah tembak mbak Rainanya, Zayyan setuju kok semisal mas Haidar yang jadi kakak ipar Zayyan. Kalau nanti mas Haidar beneran jadi kakak iparnya Zayyan nanti kita bisa main game setiap hari."

Zayyan sedikit bersembunyi di pepohonan agar saat Raina atau Haidar menengok ke belakang keberadaan Zayyan tidak diketahui, "Kalau emang bener mas Haidar serius sama mbak Raina, Zayyan yakin pasti ayah sama bunda langsung setuju karena kan mas Haidar juga orangnya baik terus juga udah deket banget sama ayah sama bunda"

avataravatar
Next chapter