1 Prolog

Di sebuah rumah besar di kawasan elite Jakarta, tinggal lah seorang anak remaja laki-laki berusia 17tahun, bersama dengan seorang assistant rumah tangga dan seorang supir. Kedua orang tuanya tidak bercerai, namun mereka hidup berpisah. Ayahnya sesekali pulang. Namun ibu nya sudah lama tidak pulang karena ibunya tinggal di Amerika.

Anak remaja itu bernama Gery, putra dari orang terkaya nomor 2 di Indonesia. Karena ayahnya sangat kaya, ia tidak pernah kekurangan uang. Yang kurang darinya hanyalah kasih sayang. Ia selalu merasa kesepian di rumah yang besar dan mewah itu.

Karena hidup dalam kesepian, Gery tumbuh menjadi anak indigo. Ia mampu melihat hantu, tidak seperti kebanyakan manusia lainnya. Tetapi karena Gery anak yang baik, ia tidak pernah dijahili oleh hantu manapun, bahkan para hantu yang berada di halaman rumahnya ikut merasa sedih karena melihat Gery yang selalu kesepian.

Tetapi ia tidak pernah membayangkan, hingga suatu hari ia bertemu arwah pendendam. Kisah arwah pendendam itu berawal dari sini.

***

Pada Abad ke 17, ada sebuah kerajaan kecil yang sangat damai dan tentram. Kerajaan itu  berlokasi di Pulau Jawa. Namun tidak banyak yang mengetahui sejarah nya. Kerajaan itu bernama Kasaktian. Dahulu kala, kerajaan itu dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Jayasakti. Dalam menjalankan pemerintahannya, Prabu Jayasakti didampingi oleh Mahapatih Tjokro Adi Kusumo. Dia adalah seorang patih amangku bumi yang sangat disegani pada jamannya, karena kecerdasan dan kesaktiannya yang tiada tanding.

Namun sayang nya kedamaian dan ketentraman di wilayah Kerajaan Kasaktian mulai terganggu semenjak Ratu belanda datang dan menguasai Batavia. Ratu belanda ingin melebarkan sayapnya dan memiliki ambisi untuk menjajah Kasaktian.

Pada tahun 1570 saka, Ratu Belanda mengirim mata – mata dan menempatkannya di perbatasan antara Batavia dan Kasaktian. Ia membangunkan rumah untuk panglima perangnya yang bernama Jendral Stephen Van De Rulls. Jendral Stephen tinggal bersama adiknya yang bernama Diana Van De Rulls.

Namun Diana terkenal sangat baik hati dimata rakyat kasaktian, sehingga tidak ada kecurigaan oleh masyarakat tentang kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh Diana maupun Jendral Stephen. Diana sering kali pergi ke kasaktian untuk membeli barang – barang seperti kendi dan barang - barang antik lain nya. Tepatnya ia sering mengunjungi Pasar Jojoleksono.

Berita tentang mata – mata yang dikirim oleh ratu belanda telah sampai di telinga Patih Tjokro. Ia langsung menghadap ke singgah sana raja dan memohon izin untuk keluar istana dan melihat – lihat apa yang terjadi di luar. Prabu Jayasakti memberikan izin kepada Patih Tjokro. Di hari berikutnya patih Tjokro keluar istana dengan menaiki kuda. Tujuan pertamanya adalah Pasar Jojoleksono.

Sesampainya di pasar, ia menaruh kudanya lalu ia berjalan – jalan memutari pasar. Saat ia sedang berjalan dan mengamati sekitar, ia melihat seorang noni belanda yang cantik jelita. Dia adalah Diana Van De Rulls. Patih Tjokro memiliki rasa keingin tahuan atas apa yang Diana lakukan, lalu ia datang menghampiri Diana, dan kemudian mereka pun berkenalan.

Beberapa hari kemudian, Ratu Belanda datang ke kediaman Jendral Steven Van De Rulls. Ia meminta Jendral Steven untuk segera mengatur strategi perang demi merebut wilayah kekuasaan Kasaktian. Tidak sengaja Diana mendengar segala pembicaraan itu. Ia merasa bersalah pada Tjokro dan berniat untuk memberitahu Tjokro.

Ke esokan harinya, Diana pergi ke Pasar Jojoleksono. Ia mencari Patih Tjokro namun sepertinya ia tidak berhasil menemui Patih. Setiap hari ia datang ke pasar, namun ia belum juga berhasil menemui Tjokro. Sampai akhirnya ia berhasil menemui Patih Tjokro beberapa hari sebelum pasukan koloni belanda menyerang keraton kasaktian. Diana memperingati Tjokro untuk berhati – hati dengan orang belanda.

Pada bulan ke 8 tahun 1570 saka (abad 17), pasukan koloni belanda yang dipimpin oleh Jendral Stephen van de rulls datang menyerbu keraton kasaktian. Ia meminta Patih Tjokro untuk menyerahkan wilayah kekuasaan kasaktian ke tangan belanda. Tetapi Patih Tjokro tetap bertahan, sehingga terjadilah peperangan.

Jendral Stephen menembak dada Patih Tjokro hingga ia terjatuh dari kuda nya, namun pada saat itu Prabu Jayasakti berhasil melarikan diri. Istana kerajaan itu pun hancur akibat serangan pasukan koloni belanda. Jendral Stephen dan pasukannya dengan sangat kejam menghabisi seluruh tentara kerajaan yang dipimpin oleh Patih Tjokro.

Dalam sakaratul mautnya, Patih Tjokro mengucapkan sumpah bahwa ia akan bangkit kembali suatu hari nanti untuk membalaskan dendamnya pada Jendral Stephen. Ia berjanji akan membunuh keturunan Jendral Stephen di masa yang akan datang. Setelah peperangan itu terjadi, wilayah kekuasaan kasaktian diambil alih oleh Ratu Belanda. Kemudian atas perintah sang Ratu, bangunan keraton kerajaan kasaktian di hancurkan pada awal Abad ke 18.

avataravatar
Next chapter