1 FUN

"Ayah..."

"Hm? Ada apa Anna?"

"Liburan ini aku mendapatkan tugas dari guruku untuk menggambarkan sifat dari orang tua masing-masing..."

"Lalu, apa yang salah dari tugas itu?"

"Tentu saja salah! Karena, aku tidak tahu sifat ibuku..."

Seketika aku menghentikan langkahku untuk pulang ke rumah yang masih cukup jauh jaraknya. Aku menggenggam tangan kanan Anna yang sedikit dingin dengan sangat erat, mengingat saat ini adalah musim dingin.

"Ayah? Ada apa?" mataku tertuju pada anakku yang baru saja menginjak usia 6 tahun pada hari ini. Gadis kecil berambut pendek berwarna cokelat, bermata biru, berkulit putih dan yang tidak ketinggalan adalah pipi gemuknya yang membuatku gemas.

"Ayah akan menceritakan semuanya tentang Ibumu, agar kau tahu seperti apa dirinya..."

"Hm? Baiklah..." Anna adalah gadis yang sangat pintar, sama seperti mendiang Ibunya yang sudah meninggal 6 tahun yang lalu setelah melahirkan Anna. Hari dan bulan yang sama, perayaan ulang tahun sekaligus hari di mana aku mengunjungi makam istriku.

Kami berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan bersalju di kota London di sore hari, salju dengan sangat lembut berjatuhan mengenai kepala Anna, aku yang melihatnya pun memberikan topiku untuk melindungi kepalanya dari dinginnya salju.

"Ayah!" geramnya. Terlihat sangat lucu pada saat dia menatapku dengan topi milikku yang cukup besar untuk dirinya. Anna pun berlari meninggalkanku lalu masuk ke sebuah toko bunga di dekat taman.

"Tuan Albert! Kami ingin membeli bunga mawar berwarna putih!" seru Anna dengan sangat keras di depan meja kasir. Aku pun berjalan masuk mengikuti Anna ke dalam toko, terlihat seorang pria tua dengan kacamata bulat, berambut putih yang baru saja keluar dari dalam ruangannya berjalan mendekati Anna.

"Anna? Apa itu kau?" tanya tuan Albert kepadanya sembari meraba wajah Anna dan menepuk pipi gemuk miliknya.

"Tuan Albert, mungkin lebih baik anda mengganti kacamata di usia anda yang sudah tua" ucapnya. Sifatnya sama seperti Ibunya selalu mengkritik orang lain dengan sangat pedas.

"Mungkin kau benar... Dengan begitu aku bisa mencubit pipimu dengan mudah" ucapnya sembari menggelitik Anna yang tentu saja membuatnya tertawa geli. Tuan Albert kemudian berjalan menuju ke beberapa tangkai bunga yang ada di dalam toko miliknya.

"Selamat ulang tahun Anna, berapa usiamu saat ini? 20 tahun?"

"6 tahun, jika umurku 20, tentu aku sudah menikah dengan pria yang tampan, sama seperti ayahku" ucapnya dengan polos yang tentu membuat aku dan juga tuan Albert tertawa mendengarkan jawabannya. Setelah mendapatkan apa yang kami inginkan, kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju ke suatu tempat di mana sudah bertahun-tahun kami selalu melakukannya.

Terlihat sesekali Anna menciumi bunga tersebut dan sesekali pula dia menempelkannya di bibir, aku harap dia tidak memakannya, tahun lalu aku membawa Anna sembari menggendongnya, namun saat ini dia sudah mulai tumbuh menjadi gadis dewasa, sama seperti Ibunya. Akhirnya kami pun sampai di sebuah pemakaman tua di pinggir kota, Anna dengan semangatnya berlari menuju ke salah satu makam yang memang tidak jauh dari gerbang masuk. Anna kemudian berjongkok di salah satu makam tersebut lalu membaca nama yang tertera pada batu nisan tersebut. Dengan bantuan telunjuknya, dia menunjuk kata demi kata yang di rangkainya agar dia tahu nama dari Ibunya sendiri.

"Bella, kami datang..." ucapku pada batu nisan istriku. Aku membersihkan sedikit salju yang menutupi salib dan batu nisannya. Di sana kami pun berdoa bersama, selepas doa, terlihat Anna meletakkan setangkai bunga mawar yang dia bawa di samping batu nisan tersebut.

"Ayah, apa Ibu tahu kita datang?" aku hanya tersenyum mendengarkan pertanyaan polos darinya. Aku melepaskan syal hangat milikku dan mengalungkannya di antara leher Anna untuk membuatnya hangat.

"Mungkin saat ini Ibumu sedang mengawasi kita sembari tersenyum di atas sana, jadi maka dari itu... Kau harus menjadi gadis yang baik dan pintar agar Ibumu dapat terus tersenyum untuk kita..."

"Di atas sana? Tapi, tidak ada apa-apa di langit?" liriknya sembari memperhatikan langit yang sedikit mendung.

"Maksud Ayah di surga, tapi tenang saja, selama kau terus mencintai Ibumu, Ibumu akan selalu dekat dengan kita..."

"Di mana?" tanya Anna sekali lagi. Aku meletakkan telapak tangan kananku di depan dadanya "Di dalam sini, di sanalah ibu akan ada untuk menghangatkan kita dan melindungi kita dari tempat yang sangat jauh..." jelasku kepadanya. Anna hanya terdiam sembari memeluk dirinya sendiri.

"Ho?! Ayah! Aku merasakannya! Terasa hangat sekali..." lirihnya dengan sangat senang.

Aku akan menjaga anak kita sesuai janjimu, kau sangat egois karena meninggalkan kami sendirian saat ini, kau sangat bodoh karena menutupi semuanya dariku dulu, kau sangat jahat karena belum mengganti popok dan juga harus bangun pagi untuk Anna untuk pertama kalinya.

"Ayah! Ayo kita pulang, aku sudah lapar..."

"Iya, tapi berpamitan pada Ibu dulu"

"Ibu, kami akan pulang karena saat ini turun salju dan aku sudah lapar jadi... Dah!" ucapnya lalu berjalan pergi. Aku pun menariknya kembali dan menggendongnya.

"Kau ini, apa kau sudah selapar itu?" tanyaku dan hanya dibalas anggukan kecil darinya "Huf, baiklah... Bella, kami akan pulang, kami akan berkunjung setiap waktu, jadi tunggu kami ya..." ucapku.

Setelah selesai dengan semuanya, kami pun berjalan keluar dari area pemakaman untuk pulang ke rumah, diperjalanan Anna menceritakan semua tentang apa yang sudah dilakukannya di sekolah dan pada saat bermain di rumah Bibinya, sangat berisik seperti Ibunya dulu, tenyata memang benar apa kata orang, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Diperjalanan, terlihat seorang gadis dengan rambut dan keseluruhan tubuhnya berwarna putih bercahaya di mana gadis tersebut hanya menggunakan gaun tipis pendek hingga sampai lutut tanpa lengan, berwarna putih dan tanpa alas kaki, padahal saat ini sedang musim dingin. Apa dia tersesat?

Aku berjalan ke arah gadis tersebut dan gadis tersebut pun kemudian bejalan mendekatiku hingga kami berpapasan "Jagalah Anna..." seketika aku pun terdiam dan memutar tubuhku dengan cepat untuk melihat gadis itu. Tidak ada siapa-siapa di sana, lalu siapa yang mengatakan itu tadi? Dan, di mana gadis itu?

"Hm? Ayah? Ada apa?" tanya Anna. Mataku pun tertuju pada Anna yang saat ini tengah aku gendong, mungkin itu hanya khayalanku saja atau mungkin karena aku sudah kelelahan, sebaiknya aku kembali cepat untuk menyiapkan sarapan untuk Anna "Tidak apa-apa, ayo kita pulang..." ucapku. Kami pun berjalan kembali pulang ke rumah dengan salju yang terus berjatuhan mengiringi jalan kami.

"Selamat ulang tahun, Anna..."

"Hm? Oh! Dah!" ucap Anna.

"Ada apa Anna?"

"He?" liriknya menatapku.

"Ssssttt..."

"Hihihi... Tidak ada apa-apa" balasnya.

avataravatar