6 Wanita Misterius

"Di mana Victor? Aku ingin bertemu dengannya."

"Dia ada di ruangannya."

"Antar aku ke sana, Kayle."

Setelah puas mengamati apa yang terjadi, Arnold meminta Kyle untuk mengantarkannya ke ruangan kerja milik Victor. Pria ini adalah salah satu sahabat karib Arnold. Ialah yang bertanggung jawab atas semua batu bara yang dimuat maupun dibongkar di pelabuhan baru. Victor dan Arnold memiliki hubungan khusus. Di satu sisi mereka adalah rekan kerja yang saling menguntungkan satu sama lain. Mereka juga menjalin hubungan layaknya sahabat masa kecil. Memang mereka berdua pernah menempuh pendidikan tinggi di kampus yang sama, tapi mereka memilih jurusan yang berbeda. Setelah tamat dan menyandang gelar sarjana, hidup mereka berdua terpisah oleh kesibukan masing-masing. Sampai suatu ketika mereka kembali dipertemukan dalam pekerjaan ini.

Arnold dan Kyle kembali menuruni tangga dan melewati ruangan pengawas. Lalu, mereka memasuki sebuah lorong untuk menuju ruang kerja Victor. Pintu di ujung lorong menjadi tujuan mereka. Namun, ketika Kyle memanggil Victor, tak ada jawaban apapun dari dalam ruangan.

"Victor?" kata Kyle seraya mengetuk pintu. "Victor?" Belum ada jawaban apapun dari dalam ruangan. Kyle pun mencoba menarik gagang pintunya dan mendapati jika pintu ruangan tak dikunci. Tapi, sayangnya ketika Kyle memeriksa ke dalam ruangan, tak seorang pun ada di sana.

"Tidak ketemu?" tanya Arnold. Kyle pun hanya menggeleng pelan.

Tak lama berselang, samar-samar terdengar suara langkah kaki dan gumaman pelan banyak orang. Suara itu datang dari ruangan sebelah. Sepertinya sebuah rapat baru saja dilangsungkan di sana. Kyle pun memeriksa ruangan itu dan menemukan Victor yang tengah berdiri termenung di depan jendela.

"Victor?"

Panggilan dari Kyle seketika membuat lamunannya buyar. Pria itu pun menoleh ke arah dua orang pria yang tengah berdiri di dekat pintu. "Kurasa kau tengah membawa seorang tamu kemari, Kyle," kata Victor.

"Arnold ingin bertemu denganmu." Tak lama berselang, Kyle pun pamit undur diri. "Aku akan kembali ke pelabuhan."

"Baiklah, terima kasih Kyle," ucap Arnold. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan dan menutup pintunya.

"Sudah beberapa minggu kita tidak berjumpa, Kawan. Apakah kau semakin sibuk mengurus pertambanganmu di Distrik 9? Kemari dan duduklah sebentar."

Arnold pun menggeser kursi dan mengambil posisi duduk tepat di samping Victor. Lantas, tiba-tiba saja hujan deras turun di pelabuhan baru. Hujan disertai angin yang cukup kencang membuat seluruh aktivitas bongkar muat di pelabuhan itu harus tertunda. Memang beginilah jadinya kalau pekerjaan berdampingan langsung dengan alam yang sulit ditebak. Kadang aktivitas bongkar muat bisa berjalan cepat jika cuaca tengah mendukung. Jika tidak, terpaksa kapal-kapal akan berlabuh lebih lama. Mereka juga tidak akan mengambil resiko dengan melaut memasuki badai.

"Hujan yang sendu," lirih Victor sambil melirik ke arah jendela.

"Hm, kau masih seperti dulu, Victor. Si anak indie yang selalu terkagum akan semesta," celetuk Arnold.

"Memang aku selalu mengaguminya. Semesta memiliki banyak sekali kejutan yang pantas kita nantikan. Walau terkadang kenyataan memang tak seindah realita, namun semesta memiliki caranya tersendiri untuk mengajarkan kepada kita soal banyak hal, terutama mengenai pelajaran hidup." Tanpa sadar, Victor malah bermonolog dengan dirinya sendiri. "Oh, maafkan aku, Arnold. Aku hampir tak bisa mengendalikan pikiranku di kala hujan. Omong-omong, apa yang membawamu kemari?"

"Sebenarnya, aku mulai mencemaskan sebuah proyek besar yang sebentar lagi akan dimulai di Distrik 8. Kau sendiri pasti sudah tahu. Distrik 8 adalah konsumen terbesar penggunaan batu bara di perusahaan kita."

"Dan akan selalu begitu, Arnold. Kau jangan khawatir, semuanya akan aman terkendali. Lagipula, perusahaan itu hanya akan mengambil uang para penduduk tanpa mereka sadari."

"Apa maksudmu, Victor?"

Arnold mulai tak tahu ke mana arah pembicaraan sahabatnya itu. Lantas Victor pun mencondongkan tubuhnya ke arah Arnold, menyatukan kedua tangannya, dan mulai melirihkan volume suara. "Akan kuberitahu kau sebuah rahasia kecil, Arnold. Tapi, kau tak boleh memberitahukannya kepada siapa pun, termasuk keluarga atau rekan-rekan bisnismu."

"Ya, aku akan menjaga rahasia ini dengan baik."

"Baiklah, aku percaya padamu." Kemudian, Victor mulai membawa pembicaraan inu ke ranah yang lebih serius. "Kau pasti menghadiri jamuan makan malam Walikota, bukan? Nah, setelah itu, kau juga pasti bergabung dengan rapat internal para pembisnis yang ada di seluruh penjuru negeri. Kalian membahas soal keberadaan perusahaan ini dan bagaimana dampaknya kepada bisnis kalian masing-masing. Tapi, aku tidak mengikuti rapat itu. Aku lebih tertarik kepada sesuatu yang lain. Alih-alih bergabung denganmu, aku malah menemukan seorang wanita berparas rupawan yang berpakian ala Yunani Kuno. Karena penasaran, aku pun mengikuti langkahnya."

"Jangan bilang kalau kau telah bermalam dengan wanita ini."

"Tentu saja tidak, dia bukan penari atau pelacur. Dia adalah seorang wanita terhormat. Hanya saja, pakaiananya ketinggalan zaman ribuan abad. Tapi, aku tertarik pada wanita ini karena selama aku memperhatikan dia secara diam-diam, tenyata dia mendapat perlakuan khusus dari para perwakilan perusahaan baru yang akan membangun proyek besar itu. Mereka semua sangat menghormatinya, tak ada satu pun yang berani menatap matanya."

"Kenapa aku tidak melihat wanita ini semalam?"

"Karena dia selalu berada di dekat rekan-rekannya di satu ruangan khusus yang telah disediakan Walikota."

"Walikota tidak berkata jika ia telah mengundang beberapa wakil perusahaan itu."

"Nah, inilah rahasia kecilnya. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Walikota mengundang beberapa orang perwakilan perusahaan itu ke jamuan makan malamnya. Kau kira kenapa ia sedikit terlambat menghadiri jamuan itu? Karena Walikota menemui wanita ini terlebih dahulu."

"Dari mana kau mengetahui semua ini?"

"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Arnold. Semalam, aku sengaja datang lebih awal karena perjamuan ini terasa sangat janggal dari semua sisi. Saat aku sampai di sana, aku mengambil posisi pengintaian yang strategis. Delegasi perusahaan itu datang satu jam sebelum acara dimulai. Wanita Yunani ini memimpin rombongan di barisan paling depan. Mereka memasuki hotel melewati pintu belakang. Tak lama berselang, Walikota datang bersama dengan istrinya dan langsung memasuki ruangan yang sama dengan delegasi perusahaan. Kau tidak bertanya-tanya kenapa wajah Walikota dan istrinya begitu kelelahan?"

"Kukira mereka memang lelah."

"Yang benar saja? Entah apa yang terjadi pada mereka berdua, yang jelas Walikota telah dipengaruhi oleh wanita misterius itu. Saat jalannya acara perjamuan, ia juga diam-diam mengamati segalanya dari lantai dua aula. Saat rekan kerjanya berpapasan dengan si wanita, aku sempat mendengar mereka semua memanggilnya dengan nama yang sama."

"Siapa nama wanita itu?"

"Kalau tidak salah, namanya adalah Fortuna."

Alis Arnold terangkat sebelah, dahinya mulai mengerut. "Cukup aneh untuk nama seorang wanita."

***

avataravatar
Next chapter