webnovel

EP. 002 - Persepsi

"Saya siap untuk bertanggung jawab dengan apa yang terjadi hari ini", jawab Adeline dengan tegas. "Tapi sebelum Yang Mulia menghukum saya, izinkan saya menyerahkan bukti bahwa bukan Ratu yang menyebar rumor bahwa anda telah membunuh Raja sebelumnya dan hasil otopsi menyatakan bahwa Raja sebelumnya tidak meninggal karena dibunuh. Artinya, rumor bahwa Yang Mulia telah membunuh ayah Anda sendiri demi tahta itu tidak benar dan bukan Ratu juga yang membunuh raja yang sebelumnya", lanjut Adeline.

Segala sesuatu berawal dari persepsi. Persepsi mempengaruhi pikiran, tindakan, perilaku, dan kebiasaan kita. Saat persepsi terhadap orang lain buruk maka segala sesuatu yang dilakukan orang tersebut akan terlihat buruk walaupun orang itu melakukan hal yang baik.

"Ini, cetakan tangan milik Yang Mulia Ratu saat pemeriksaan pertama", ucap Adeline.

"Dia bukan seorang Ratu lagi. Dia hanyalah seorang Rin", jawab Raja Ehren dengan sinis.

"Saat ayah anda, Yang Mulia Raja Cedric meninggal, Alatariel masih menyelam di bawah danau dan itu benar. Jika darah yang ada di cetakan getah nyatu ini dibersihkan maka terlihat bahwa tangannya keriput. Jika kita kontak terlalu lama dengan air akan muncul kerutan di tangan. Masalahnya adalah... Entah bagaimana cetakan nyatu ini ada di Kepanu. Kami sudah cek sidik jarinya dan cetakan tangan ini benar-benar milik Alatariel. Tapi,cetakan nyatu yang kemarin dicek di pengadilan itu juga memiliki sidik jari Alatariel. Jadi, ada dua cetakan nyatu dan saya tidak tahu mana yang valid", kata Adeline.

"Ada 250 orang yang bekerja di istana ini dan ada 55 orang yang bekerja di bawah komando Rin. Mengapa Rin tidak memerintahkan satu dari sekian banyak orang yang ada untuk menyelam di danau? Mengapa dia menyelam sendirian di danau? Sudah jelas bahwa dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin dia melakukan itu untuk menyingkirkan barang bukti", ucap Raja Ehren.

Flashback, 4 tahun yang lalu...

Saat itu, Raja Cedric sedang memainkan harpa di sebuah gazebo di dekat danau Abbot. Sebelah kiri Raja ada pemandangan indah dari danau sedangkan di sebelah kanannya ada pemandangan kota dan istana Kerajaan Tirtanu.

"Ternyata, Yang Mulia di sini", ucap seseorang yang ada di belakang Raja Cedric.

" Oh, ternyata anakku Ehren sudah datang. Duduklah, aku sudah berhasil menyelesaikan satu lagu", jawab Raja Cedric.

"Sebentar lagi, hari ulang tahun perusahaan kapal kita. Tapi lucunya… saya masih belum tahu, baju apa yang sebaiknya dipakai", jawab Ehren kebingungan.

Ehren masih menjabat sebagai putra mahkota pada tahun 1344. Usia Ehren kala itu 23 tahun. Ehren tahu bahwa sudah menjadi kebiasaan Raja Cedric untuk bersantai di tepi Danau Abbot pada Sabtu sore. Raja Cedric sangat menyukai musik terutama alunan musik dari harpa.

"Lalu Rin bilang apa?" tanya Raja.

"Saya belum tanya Rin, sih. Tapi, mengapa Yang Mulia memanggilnya dengan Rin? Hanya ada satu orang di dunia ini yang bisa memanggilnya, Rin", protes Ehren.

"Hahaha… aku tidak menyangka lho kalau aku punya anak yang cemburuan. Ok, baiklah. Sesayang itu ya kamu pada Rin, eh… Alatariel? Sebenarnya, ayah juga senang melihat kalian berdua akur. Jadi kapan ayah bisa gendong cucu?" tanya Raja.

"Ayah, tolonglah… Ayah adalah orang ke 1051 yang menanyakan hal itu. Tidak ku sangka waktu berjalan secepat ini. Usia saya masih 6 tahun saat bertemu Rin untuk pertama kalinya", jawab Ehren.

"Yah, aku ingat kalian suka bermain di halaman rumput istana dan membuat staf histeris karena pakaian kalian kotor", ucap Raja.

Dinginnya angin musim gugur mulai menembus pakaian dan menyentuh kulit Raja Cedric Alsaki dan putra mahkota Ehren Enzi Alsaki. Walaupun begitu, usapan angin dingin tidak menghentikan obrolan mereka di sore hari. Terdengar tawa mereka dan suara burung bersahutan dari tepi Danau Abbot. Tak jauh dari gazebo, ada banyak pengawal dan dua orang penulis catatan harian raja berbaris rapi mengamati dan menemani raja dan putra mahkota.

Istana Amayuni sedang kosong karena Raja Cedric sedang ada di tepi danau. Istana Amayuni merupakan kediaman raja. Di istana tersebut juga ada ruang kerja milik Raja Cedric. Pada jam kerja, Raja biasa bekerja di aula utama di belakang singgasana. Namun di luar jam kerja, Raja mengerjakan tugasnya di ruang kerja istana Amayuni

Seorang perempuan berbaju krem berhias sulaman bunga emas dan burung phoenix ungu sedang berjalan di lorong istana Amayuni yang sepi. Perempuan itu menggunakan cadar berbahan kain blackout hitam transparan. Perempuan itu memasuki kamar Raja Cedric dan mulai membongkar isi lemarinya. Dia mengambil botol oksigen mini yang tersimpan di lemari atas. Botol-botol itu diletakkan berjajar di atas meja.

Perempuan itu mulai mengambil cairan dalam botol kaca gelap yang disembunyikan dari balik baju. Cairan bening itu dituang kedalam botol oksigen mini di atas meja satu persatu. Saat mengambil botol terakhir tiba-tiba…

"Putri Mahkota Alatariel, apa yang anda…", suara seorang perempuan lain terdengar.

Perempuan bercadar kaget dan langsung berbalik dan menyiram perempuan itu dengan cairan bening sebelum menyelesaikan ucapannya. Ternyata, perempuan itu adalah dayang Raja Cedric. Entah cairan apa yang disiramkan. Cairan itu langsung membuat mulut berbusa. Dalam sekejap, dayang itu langsung kehilangan kesadarannya.

Sadar bahwa putri Mahkota sudah kehabisan waktu, dia langsung mengembalikan botol oksigen mini ke dalam lemari dan merapikan ruangan. Setelah semuanya rapi, dia segera membuka jendela kamar dan mengamati sekitarnya. Kondisi halaman di luar kamar Raja sedang sepi. Dengan cepat, putri Mahkota mengeluarkan kain merah dan mengibaskannya sebanyak tiga kali. Ternyata itu kode untuk memanggil seseorang.

"Tolong bereskan semua ini", perintah putri mahkota pada seseorang yang dia panggil tadi.

Malam sudah tiba, Raja Cedric dan Ehren sedang berjalan memasuki istana kerajaan Tirtanu. Jam sudah menunjukkan waktu untuk makan malam. Raja bergegas untuk mandi dan berganti pakaian agar bisa makan malam tepat waktu. Demikian juga dengan Ehren, dia kembali ke istana Okaru tempat kediaman putra mahkota dan istrinya.

Makan malam dimulai. Satu persatu keluarga anggota kerajaan mulai memasuki aula besar. Ada tiga meja makan besar di sana. Meja makan yang paling besar ada di tengah. Lalu diapit dia meja makan kecil tapi panjang. Ada empat orang yang duduk di meja besar, yaitu Raja Cedric, Putra Mahkota Ehren, dan Putri Mahkota Alatariel. Ratu sudah lama meninggal dan jika dia masih hidup, dia akan duduk di samping raja di balik meja besar. Sedangkan di meja samping ada saudara raja, serta saudara sepupu Ehren.

Makan malam yang sederhana dan khidmat telah selesai. Semua anggota kerajaan kembali ke kediamannya masing-masing. Begitu juga dengan Raja Cedric. Dia berjalan bersama Ehren menuju ke kediamannya di istana Amayuni.

"Kalau kamu masih bingung untuk memakai baju apa, kamu bisa memakai baju kembaran denganku untuk acara ulang tahun perusahaan kapal. Bajuku sudah jadi, mau lihat?" tanya Raja.

"Memangnya itu boleh?" Ehren tanya balik.

"Aish… Kau anak kandungku dan kau juga putra mahkota. Tidak akan ada orang yang berani protes tentang hal ini. Jika kau mau, ayo ikut aku ke kamar", jawab Raja.

"Baik, Yang Mulia", jawab Ehren.

Ehren mengikuti ayahnya untuk melihat baju. Sambil membicarakan ini dan itu, Ehren mencoba baju Raja satu persatu di kamar raja. Pengawal juga tidak berani berdiri terlalu dekat dengan itu, jadi mereka menunggu di lorong kamar dan berdiri sekitar 15 langkah dari pintu kamar Raja Cedric. Saat mereka asik bercerita, Tiba-tiba sesak napas Raja kambuh.

"Yang Mulia, Anda kenapa? Mana yang sakit?", Ehren langsung panik.

Sadar bahwa sesak napas Raja kambuh, Ehren segera mengambil botol oksigen mini yang ada di lemari. Raja memang punya asma tapi sesak napasnya jarang kambuh. Saat kambuh, biasanya dia menghirup udara dari botol oksigen mini yang berisi oksigen segar.

Sama seperti biasanya, Ehren langsung memasangkan botol oksigen mini pada Raja. Naasnya… setelah menghirup udara dalam botol dalam satu tarikan napas, Raja langsung mengeluarkan busa dari mulutnya dan tak sadarkan diri. Ehren kaget dan langsung teriak memanggil pengawalnya.

"Panggil tabib, cepat", perintah Ehren.

"Ada apa ini?" tiba-tiba putri Mahkota datang bersama paman Ehren yang bernama Alvaro

Berbeda dengan putri Mahkota yang berdiri kaget, paman Alvaro langsung memeriksa nadi Raja Cedric dan melakukan pertolongan pertama. Namun, paman Alvaro langsung terdiam dan berkata, "Yang Mulia sudah meninggalkan kita".

Ehren yang awalnya panik sekarang diam mematung. Mendadak keheningan menyelimuti istana ...