1 Dia Little Snow

Namanya Little Snow, sama seperti pemeran utama salah satu film Disney, Snow White.

Disaat semua orang menyukai Snow di negeri Disney, sangat berbeda dengan Snow di dunia nyata. Dia banyak dibenci dan juga tidak disukai oleh semua orang.

Ah... Nama panggilannya Snow atau terkadang dia dipanggil Salju.

Snow juga berbeda dengan Snow yang ada di dunia Disney.

Kulitnya tak seputih Snow di dunia Disney dan juga tak memiliki wajah yang mulus dan putih seperti Snow di dunia Disney.

Snow di dunia nyata ini memiliki kulit yang eksotis dan juga wajah yang kasar karena jerawat, mulai dari jerawat batu dan bahkan jerawat yang sangat menjijikkan disertai nanah. Sungguh akan membuat semua orang yang melihatnya akan merasa jijik dan juga merasa tidak suka.

Penampilan Snow tak se anggun dan juga tak secantik penampilan Snow yang ada di dunia Disney.

Snow di dunia Disney menggunakan gaun berwarna biru navy dan bercampur beberapa warna lainnya, sangat anggun dan juga sangat cantik.

Berbeda dengan Snow di dunia nyata ini hanya menggunakan pakaian kasual saja, baku kaos polos berwarna merah muda seadanya yang akan dia kenakan tiga kali dalam seminggu dan diganti dengan kaos polos berwarna lainnya. Sungguh, Snow tak memiliki banyak pakaian untuk digunakan di setiap harinya.

Rok yang digunakan Snow bahkan sudah ditambal berkali-kali. Uhm... Mungkin sekitar tiga atau empat kali, tetapi Snow masih menggunakannya selagi rok kesukaannya yang berwarna krem itu masih bisa digunakan.

Ah... Snow juga hanya memiliki beberapa rok dan beberapa celana saja, bahkan bisa dihitung tangan.

Snow di dunia nyata dan di dunia Disney sangat berbeda, kan?

***

"Snow! Turun ke ruang makan anak pemalas!" teriak seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar tiga pulu tahunan lebih.

"Astaga! Anak sialan yang sangat pemalas!" teriak wanita paruh baya itu lagi karena Snow tak kunjung datang.

Seorang gadis remaja yang berumur sekitar enam enam belas tahun lebih berlari dengan cepat menuruni anak tangga dan menghampiri wanita paruh baya yang sedari tadi memanggil namanya dengan keras. Ya, dia adalah Snow.

Plak!

Baru beberapa langkah Snow berjalan mendekati Andin, ibu tirinya, Snow sudah mendapatkan tamparan yang begitu keras pada pipi kanannya.

Andin Acheyya, yang tak lain adalah ibu tiri Snow yang dinikahi oleh Pamungkas Prakoso, ayah kandung Snow yang sudah meninggal saat setelah sebulan dirinya menikah dengan Andin.

"Bukannya saya sudah bilang kalau kamu harus masak kari ayam?! HA?!" bentak Andin.

"Ma... Maaf, Mama. Stok ayam di kulkas sudah habis..." jawab Snow dengan pelan.

Plak!

Tamparan kedua kembali diterima oleh Snow dan ringisan kecil keluar dari dalam mulutnya.

"Apa uang yang saya berikan ke kamu dua hari yang lalu kamu makan?!" tanya Andin, lalu mendorong kening Snow dengan cukup keras.

"Uang itu bahkan cukup untuk kamu pakai beli banyak bahan masakan setelah membeli ayam, Sialan!" kata Andin lagi dengan emosi, lalu mendorong tubuh mungil Snow dengan kasar.

Hampir saja Snow terjatuh di atas lantai, tetapi untung saja dia berpegangan pada lemari yang ada di belakangnya, sehingga dia tidak terjerembab di atas lantai.

Snow menundukkan kepalanya sambil duduk bersimpuh di atas lantai.

"Uang yang mama berikan untuk Snow hanya empat puluh ribu, sedangkan harga ayam di pasar lebih murah empat puluh ribu. Uangnya tidak cukup, Mama..." kata Snow pelan.

Andin menggertakkan giginya dengan emosi.

"Ck... Jadi, untuk apa pekerjaan kamu sebagai pengedar jasa cuci piring keliling?" tanya Andin sinis.

Snow terdiam.

"Ck... Kamu tinggal di rumah saya, bukan berarti saya bakalan penuhi kebutuhan kamu juga! Masih untung kamu numpang di rumah saya, nggak usah banyak tingkah!" final Andin, lalu kemudian berjalan pergi meninggalkan Snow yang tertunduk.

Brak!

Bantingan pintu yang begitu keras terdengar yang bersumber dari kamar Andin, Snow hanya bisa menghela nafas panjang sambil berusaha untuk berlapang dada saja. Dia sudah terbiasa diperlakukan dengan tidak baik oleh Andin.

"Mama... Papa..." lirihnya yang kembali mengingat mendiang kedua orang tuanya.

***

Snow tengah berjalan di koridor sekolah sambil sesekali tersenyum kepada semua murid maupun guru yang dia lewati saat berjalan.

Terkadang ada yang membalas senyuman Snow dan terkadang juga ada yang memandang Snow dengan mimik wajah yang begitu jijik.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Snow antusias kepada sang satpam sekolah.

"Eh... Ada neng Snow atuh. Selamat pagi juga atuh, Neng!" sapa balik sang satpam sekolah.

"Saya masuk ke dalam dulu atuh pak. Permisi..." kata Snow sopan dan sang satpam sekolah hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Snow kembali berjalan masuk ke dalam sekolah, tetapi baru beberapa langkah dia hampir sampai di kelasnya, Snow sudah mendapatkan perlakuan tidak enak saja.

Brugh!

Snow terpeleset tepat di depan kelasnya, detik berikutnya Snow bisa mendengarkan semua orang tengah menertawakan dirinya dengan begitu keras.

Snow memejamkan matanya dan menghiraukan tawa tersebut, dia berusaha untuk menahan sakit pada bagian bokongnya.

"Masih pagi cuy! Ngapain lo malah ngerangkak aja, sih?!" pekik salah seorang murid pria yang tadinya berdiri di belakang Snow.

"Ini lagi belajar buat jadi mermaid nggak, sih?" tanya salah satu murid perempuan.

"Ya kali aja mermaid mukanya jerawatan kayak gitu?! sambung salah seorang murid perempuan dan berhasil mengundang tawa semua orang yang ada disana.

Snow hanya bisa menundukkan kepalanya sambil menerima semua cacian itu.

Snow berusaha untuk berdiri karena tak ada siapapun yang ingin menolong dirinya, tetapi dia kembali terjatuh karena licinnya lantai yang dia pijak.

"Wanjirrrr! Anaknya nyungsep lagi dong!" pekik seorang murid pria dan berhasil membuat tawa semua murid disana semakin pecah.

"Kayaknya, dia paling doyan buat ngepel lantai pakai pantat deh," kata seorang murid perempuan meledek.

"Bukannya lantai bersih. Eh, malah banyak virus sama bakteri. Dia aja seragam sekolahnya gak tentu dicuci apa nggak," ledek seorang murid perempuan lainnya sambil tertawa.

Snow menundukkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisannya yang ingin pecah, dia sangat malu.

"Kok, banyak sampah yang pada ngumpul disini, sih?" tanya seseorang tiba-tiba kepada semua murid yang berdiri di depan Snow.

Snow kenal betul dengan suara itu dan dia mengangkat pandangannya dengan cepat untuk melirik murid pria yang tadinya bertanya kepada semua murid yang menghina Snow.

"Aldean?" tanya seorang murid perempuan saat melihat murid pria itu.

Murid pria yang bernama Aldean Pranegara itu tidak menggubris semua orang disana, tetapi dia lebih memilih untuk menatap Snow.

"Sini gue bantu..." kata Aldean lembut sambil mengulurkan tangannya kepada Snow.

Snow mengerutkan keningnya keheranan karena baru kali ini Aldean ingin membantunya, tetapi dia menampik pikirannya dengan cepat karena merasa senang ada yang membantunya, apalagi itu Aldean.

Snow berusaha menerima uluran tangan Aldean, tetapi Aldean tiba-tiba menarik tangannya dengan cepat dan berhasil membuat tubuh Snow tak seimbang dan terjerembab di atas lantai. Semuanya kembali tertawa.

Snow mengangkat pandangannya dan menatap Aldean dengan nanar.

"Wanita gak guna kayak lo itu nggak patut ditolong," kata Aldean sarkas, lalu berjalan pergi tanpa peduli hati Snow yang sakit karena kalimatnya.

avataravatar
Next chapter