1 Chapter 1: The Trouble Maker

Layaknya pelukan ibu yang hangat dan menenangkan. Hutan memiliki kehangatan yang menenangkan, sekaligus mengerikan dimana bisa saja terdapat banya makhluk lain yang tak kita sadari. Termasuk hutan pinus misterius yang memiliki keindahan luar biasa, hanya saja karena kemisteriusan dan aura mistis penduduk setempat memilih untuk menjauhinya. Tapi hal itu tidak berlaku pada Suho, menurutnya semakin penduduk menjauhi suatu tempat semakin baiklah untuk dia tinggali.

Hari ini adalah hari ke 83 dia menjelajahi bumi setelah dengan terpaksa turun ke bumi atas perintah Zeus yang tidak lain adalah pamanya sendiri. Suho adalah anak seorang dewa, dewa Poseidon lebih tepatnya. Nama aslinya adalah Fýlakas. Tidak seperti sodara saudaranya yang lain Theseus, Triton, Polifemos atau Agenor, dia tidak terlalu terkenal di kalangan manusia karena dia tidak tertarik untuk turun ke bumi dan menjadi pahlawan, lagi pula Suho merasa tidak sehebat saudaranya yang lain karena dia hanya anak setengah dewa setengah manusia. "manusia adalah mahluk yang lemah dan mudah mati" itu yang suho muda pikirkan saat itu setelah dia melihat ibundanya tergeletak tak bernyawa. Sejak saat itu dia selalu berfikir dalam waktu dekat hidupnya juga akan berakhir sama seperti ibunya, tapi takdir berkata lain, darah ayahnya lebih kental mengalir dalam dirinya, setelah 100 tahun berlalu Suho tetap terlihat seperti remaja 19 tahun sama seperti di hari ibundanya meninggal.

Sampai akhirnya sebuah ramalan tentang anak anak yang dapat menghancurkan bumi menggangu ketenagan pamannya Zeus dan menyeretnya untuk datang ke planet biru ini. Misinya adalah untuk menemukan anak-anak yang di ramalkan Zeus akan menghancurkan bumi karena pertengkaran hebat yang mereka ciptakan. Sebenarnya perintah zeus adalah untuk membunuh mereka setelah Suho, menemukanya, tapi sialnya Suho adalah salah satu anak dalam ramalan tersebut, itu berarti dirinya pun akan ikut terbunuh dalam misi kali ini. Hal ini tentu saja membuatnya kesal "kenapa aku harus terbunuh hanya karena sesuatu yang belum terjadi" pikinya saat itu.

Karena itu dia memutuskan untuk turun ke bumi dan menemukan anak anak dalam ramalan tersebut, hanya saja tidak untuk di bunuh tapi untuk menyatukan mereka, dia meyakini jika mereka bersatu maka tidak akan ada pertengkaran yang dapat mengancam keselamatan bumi, dan tidak ada alasan untuk dirinya mati.

Setelah berpindah pindah tempat selama 83 hari dia berharap kali ini dia datang ke tempat yang benar. Dengan perlahan dia menjejakan kakinya ke tanah.

"Hoaaa... Ini tempat yang sangat indah... Jotta*..."

(*Jotta ungkapan untuk menyukai sesuatu)

Suho menarik nafas panjang, menghirup udara segar yang tak dapat dihirupnya sebebas dan semenyenangkan ini. ia berbalik, memutar badan, mengamati dan merasakan bahwa dirinya hidup dan akan tetap hidup...

Seorang anak kecil yang entah datang dari mena berlari kearahnya. Matanya biru bening, rambut pirangnya yang tertiup angin, ditambah tubuhnya yang bersinar terkena cahaya manahari membuatnya terlihat seperti malaikat. Suho terpana. Tanpa sadar Suho merentangkan tangan. Seperti ayah yang sedang bermain bersama sang anak, Suho menunggu anak itu berlari kepelukannya

Sayangnya...

Roooaaarrrr.....

Hwussss...

Prang...

Khayalan Suho pecah, hancur berkeping-keping sesaat setelah malaikatnya menyemburkan api tepat ke tubuh Suho. Kaget, sontak tubuhnya bergulingan di tanah, berusaha memadamkan api. Anak tadi terdiam memperhatikan dan menggelengkan kepala mengikuti gerak tubuh Suho.

"Kris hyung... Mwohae* ?"

(* Mwohae = apa yang kamu lakukan)

Dibalik puggung Kris ada seorang anak lelaki yang lebih kecil. Ia menatap lekat-lekat Suho, lalu dengan santai sambil menggoyangkan ekornya berjalan mendekat. Senyum iblis nampak jelas terpampang di wajahnya. Tanpa aba-aba ia meniupkan angin yang cukup kencang hingga membuat api berkobar lebih besar.

Fuhh... Pukk...

Ia menarik nafas kecil, dan menepuk dadanya bangga. Sedang hyung disebelahnya terpana menatap kobaran api.

"Sehun~ah..."

"Gwaenchanha hyung, Ini akan jadi makan siang kita hari ini!! hahaha" kata anak kecil itu polos.

"...."

Belum jua padam, api ditubuh Suho membeku, menjadi es.

"Apa kau gila. Mwoya? Nugu-ya ige*?"

(*Mwoya? Nugu-ya ige artinya Apa apaan sih ? Ini siapa ?)

Seorang lelaki tampan memukul kepala kedua adiknya. Mungkin usianya sekitar 12 tahun, lebih tua dari kedua bocah tadi. Telinganya yang dibalut bulu putih terang membuatnya tampak elegan namun sorot mata yang lembut menyiratkan kehangatannya.

"Bukan aku yang melakukannya hyung..." Kris protes memungkiri kesalahannya.

"Benar, hyung. Aku sedang membuat makan siang untuk kita, kenapa kau bekukan? Huh...?" Dengan arogannya Sehun memalingkan muka, bocah lima tahunan itu memajukan bibir membentuk letter O, lalu angkuh menyilangkan tangan di dada, sebal.

"Hya, apa kalian tahu bagaimana jadinya bila manusia ini adalah penduduk setempat?" Teriak Xiumin.

"Manusia? Siapa? Aku?"

Suho yang masih beku ahirnya sadar bahwa ia adalah dewa tentu saja untuk memadamkan api atau keluar dari es tipis ini tak harus membuatnya bergulingan menjadi tontonan. Dan yang paling membuatnya kesal adalah fakta bahwa mereka menyamakannya dengan para manusia.

"Kenapa memangnya? Apa salah bila memakan satu diantara mereka saat spesiesnya masih banyak? Sedang kita sudah kehilangan semuanya dan butuh makan? Dia hanya manusia hyung, aku hanya ingin membalas dendam keluarga kita yang di bun... hiks"

Sehun menghentikan ucapannya, menggigit bibir menahan tangis. Telinganya turun kebawah, sedang ekornya melingkari tubuh. Sehun merasa bersalah sekaligus sedih. Ia tahu benar hyungnya teramat sensitif akan kejadian tersebut. Bahkan ia sendiri bersedih.

Daun telinga Xiumin naik turun, tangannya mengepal, menahan emosi.

Bukan, bukan kejadian masa lalu yang di sesalinya, tapi masa depan yang akan di hadapi bila para penduduk terutama para penjajah mengetahui keberadaan mereka.

Cukup sudah ia kehilangan keluarga akibat perang antar manusia, Meski tak terikat darah dengan Kris maupun Sehun, baginya mereka adalah masa depan yang harus di lindunginya. Begitupula manusia itu. Ia pasti punya keluarga yang harus dilindungi atau ingin melindunginya.

Crek...

Brukkk...

Kris terjatuh memecah keheningan.

"Hyung!!!" katanya sambil menunjuk ke belakang Xiumin.

prakk.. Prang..

Es milik Xiumin pecah.

"Hahahahaha.... Apa kalian sudah selesai bicara bocah."

Suho sudah lelah mendengar percakapan mereka. Tangannya saling mengepal membuat suara retakkan yang menyeramkan.

Layaknya tiga saudara yang sedang di hukum ibunya karena nakal. Mereka duduk simpul dengan kedua tangan ke atas. Ocehan Suho yang tak habisnya membuat Sehun kesal dan kabur. Beda dengan Kris yang terpana. Terutama saat Suho menyatakan dirinya sebagai Dewa, lalu menunjukkan kekuatan airnya.

***

Dua bulan sudah Suho tinggal bersama mereka. Meski awalnya sulit mendekati Sehun yang arogan dan keras kepala, perhatian Suho nyatanya mampu meluluhkan srigala muda itu.

Usia yang masih amat muda membuat mereka sulit mengontrol kekuatan. Hingga Suho mulai melatih mereka, agar tidak terlalu menunjukkan kekuatan maupun wujud aslinya setidaknya untuk dapat berbaur bersama penduduk yang mulai mengisi lahan kosong tak jauh dari rumah mereka.

Suho harus mendidik Sehun untuk menyembunyikan telinga juga ekor yang selalu bergoyang kesana kemari seperti anak anjing, belum lagi bila sudah bermain bersama Kris ia akan berlari dengan kaki serta tangannya. Atau mengajarkan Kris dan Xiumin untuk menggunakan kekuatan hanya pada saat-saat tertentu saja.

"Hyunggggg..... Aku dapat teman baru, dan mereka tidak takut padaku!!"

Sehun semangat bercerita pada Kris dan Xiumin. Kedua hyungnya hanya tersenyum, menahan tawa sebenarnya. Sehun yang sudah kehilangan keluarga diusia 3 tahun dan selama ini di jauhi oleh penduduk karena dianggap sebagai siluman, kini jingkrak-jingkrak kegirangan, tanpa sadar mengeluarkan telinga dan ekornya yang terus bergerak kesana kemari.

Tuing... Tuing...

Suho menyentuh ujung telinga Sehun dan sedikit menariknya.

"pfft..." Kris dan Xiumin menahan tawa.

"Akh.. Apa yang kau lakukan bodoh!!"

"Bodoh? Hya... sepertinya dua bulan terakhir aku terlalu memanjakanmu, jadi kau bersikap tidak sopan... ttarawa..."

Suho menyeret Sehun, membawanya kebelakang rumah. Meninggalkan hyungnya yang akhirnya dapat tertawa lepas.

Sesampainya di belakang rumah Suho duduk di atas batang pohon yang sudah ditebang hingga hanya tersisa sedikit sebelum sampai ujung pangkal akar. Sekarang mereka bertatapan.

"Sehun~ah, apa kau senang punya teman manusia?" Tanya Suho sambil menepuk bahu mungil Sehun.

"Tentu saja, mereka bahkan membiarkanku mengendarai sepedanya."

"Kalau begitu bisakah kau berjanji padaku satu hal? Anggaplah ini janji antar lelaki, dan lelaki harus menepati janjinya, kan?"

"janji? Kenapa aku harus berjanji padamu?"

"Karena sekarang kau adalah adikku, dan aku ingin menjagamu serta hyung-hyungmu. Mereka juga sudah berjanji padaku. Kali ini giliran kau."

Glup..

Sehun menelan ludah. Janji macam apa yang harus diucapkannya?

"Baiklah, janji seperti apa yang bahkan hyungku turuti?" Selidiknya.

"Haha... Aku hanya ingin kau berjanji padaku untuk tidak lupa bahwa kau bahagia dapat berbaur dengan manusia.!! Bagaimana? Simple kan?"

"Hah?? Hanya itu?? Ceh... aku kira apa -_-"

"Kau bisa menepati janji kan? Bukankah Sehun adalah anak yang baik? Berjanjilah padaku sekarang juga!!"

"Heun... geurae.. aku berjanji. Dan seorang werewolf akan selalu menepati janjinya."

"Haha... Jalhaesseo.." Suho mengusap kepala Sehun yang membuat tangannya di gigit.

"Ssseeehhh... Apa Sehun tipe tsundere? Haha... gwiyeowo..." Gumam Suho sambil menatap punggung kecil Sehun.

Suho sudah berhasil membuat ketiga keturunan makhluk mistis bahagia hidup berdampingan bersama manusia. Tinggal mennungu waktu yang tepat menjelaskan masalah rumit ini pada mereka sehingga rencana penaklukan the trouble maker bisa dimulai.

***

Waktu terus berlalu, hari berganti ke bulan-bulan yang berkumpul menjadi tahun-tahun yang membentuk jalinan waktu tak terhingga. Satu abad sudah mereka bersama, kehidupan dan peradaban semakin maju. Begitupula dengan Suho, Xiumin, Kris dan Sehun. Kehidupan mereka berubah mengikuti perkembangan jaman. Hidup hampir lebih dari seabat membuat mereka terus bepindah rumah, lingkungan juga sekolah.

Sehun yang selalu merasa tak cukup akan kesenangan terus memulai sekolah dari tahun ketahun di tempat berbeda. Mencari teman yang bisa dipercayanya untuk sekadar melepas topeng manusianya. Sayang ia tak kunjung menemukan manusia tersebut.

Xiumin fokus pada pekerjaannya dengan jual beli saham, sedang Kris memilih membantu hyung favoritnya mengurus rumah selama dia bekerja di rumah sakit. Kris akan membuat tamannya menjadi lahan untuk berkebun ria atau sekadar mendengarkan keluh hyungnya tentang segala pasien yang di temui.

Namun mereka masih tetap sama, Sehun yang polos dan arogan, Xiumin dengan jokes kolotnya atau Kris si pembuat onar yang cool, serta Suho yang menjadi orangtua tempat mereka mengadu. Semua sama, hanya waktu saja yang berlalu mendekatkan pada ramalan terdahulu.

Akhirnya, hari ini. Setelah penantian panjang, salah satu makhluk mistis yang akan menghancurkan bumi mulai menunjukkan gerakkannya. Suho harus membuka rahasia perjalan panjang ini agar dapat menjalankan rencana.

Di meja putih panjang, dengan 12 kursi coklat yang mengelilinginya, rahasia itu akan terbongkar. Sekali lagi setelah sarapan pagi yang ramai, Suho memulai pembicaraan.

"yedeul~ah*... Sebelum kita beraktivitas seperti biasa, ada yang ingin ku bicarakan dengan kalian!!"

(*yedeul = anak anak)

#Berlanjut di Chapter Selanjutnya

avataravatar