3 Preparation for Welcoming Princess Mc. Kenzie

Pesta penyambutan kembalinya putri Mc. Kenzie disambut secara besar – besaran hingga pesta tersebut di adakan diatas kapal pesiar. Sang tuan rumah - Mr. Adelard Mc. Kenzie - memastikan secara langsung setiap dekorasi yang terpasang. Lelaki yang sudah tak lagi muda tersebut menginginkan semuanya berjalan perfect.

"Lebih baik Papa istirahat. Biar Andrian saja yang pantau."

"Tidak, Adrian. Papa, harus memastikannya sendiri. Papa, harus menebus kepahitan Adrianna selama 17 tahun ini."

"Nyatanya Mr. Marco tidak memperlakukan Adrianna dengan buruk. Dia dan Istri nya telah menyayangi Adrianna layaknya Putri kandung sendiri hingga menjadikan Adrianna seorang model."

"Itu saja tidak cukup, Adrian. Kekayaan Marco tak sebanding, dan Adrianna telah kehilangan kemewahannya selama 17 tahun ini."

Yang dikatakan oleh ayah nya ini memang sangat tepat. Rasanya tidak adil jika Adrian melarang sang ayah memastikan secara langsung mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan pesta penyambutan putri Mc. Kenzie.

Dan ... berbicara tentang Adrianna hanya mengiringi wajah tampan terlihat gusar. Entah apa yang Adrian pikirkan yang jelas dia merasa tak rela jika malam ini kecantikan Adrianna menjadi santapan liar para kumbang. Adrian tidak akan pernah rela jika Adrianna di tatap dengan penuh minat. Uh, membayangkannya saja sudah membuat darah Adrian berdesir hebat lalu, bagaimana jika di hadapkan secara langsung? Mungkin seorang Adrian akan kalap sehingga langsung mematahkan hidung para lelaki hidung belang tersebut.

"Apa yang kau pikirkan?" Suara bariton yang sangat mendominasi dengan arogansi telah membuat Adrian tersentak sehingga menolehkan wajahnya dengan segera. Sebuah senyuman tersungging sebagai jawaban atas pertanyaan sang ayah.

"Lebih baik kembali ke kantor!" Perintah sang ayah. Adrian pun langsung menyipitkan sebelah matanya. "Lalu, Dad di sini, hum?" Cibirnya.

"Hm, pergilah!"

Tanpa mengucapkan satu patah kata pun Adrian langsung melenggang begitu saja menuju Bugatti Chiron. Di lajukannya mobil sport tersebut dengan kecepatan tinggi membelah kota Sidney, Australia hingga tak berselang lama mobil yang membawanya pergi telah sampai pada gedung menjulang tinggi bertuliskan Mc. Kenzie Company.

Para bodyguard bergegas mendekat lalu, membukakan pintu mobil sembari membungkukkan badan. "Selamat datang, Mr. Adrian. Silahkan." Adrian terlihat turun dari mobil dengan auranya yang memikat. Dengan segera memasang kaca mata hitam bersamaan dengan itu melemparkan kunci mobil ke arah bodyguard untuk memarkirkan mobilnya ke tempat yang seharusnya.

Adrian terlihat memasuki gedung menjulang tinggi dengan di ekori oleh para bodyguard. Para karyawan pun di buat tak berkedip dengan kedatangan putra Mc. Kenzie tersebut. Rahang tegas, tatapan tajam, hidung mancung, serta auranya yang memikat menjadikan ketampanan seorang Adrian sempurna.

Tidak sedikit dari para karyawan yang di buat meleleh hingga enggan mengalihkan tatapannya dari ketampanan Putra Mc. Kenzie.

Meskipun tubuh Adrian sudah tenggelam di antara pintu lift, akan tetapi tatapan karyawan masih penuh dengan pemujaan. Uh, sungguh beruntung seorang wanita yang bisa menyanding Putra Mc. Kenzie saat ini.

Ketika pintu lift terbuka langsung di suguhi wanita bertubuh seksi dengan pakaian yang sangat minim. "Selamat datang, Sir." Ucapnya sembari menggigit ujung bibirnya. Tanpa memperdulikan sapaan dari sekretaris nya tersebut, dia pun langsung melenggang masuk menuju ruangannya. Dengan segera mendudukkan bokongnya pada kursi kebesaran sembari menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dengan mata terpejam.

Entah apa yang bersarang di dalam otaknya saat ini, yang jelas manik perak kembali terbuka sempurna. "Uh, Adrianna ... kenapa bayang mu selalu datang menggodaku sayang ku. Dan desiran apa ini hingga merasuk ke setiap aliran darah ku."

Tidak mau terus menerus di hantui tentang Adrianna. Dia pun langsung menenggelamkan diri ke dalam pekerjaan. Larut ke dalam pekerjaan telah membuat seorang Adrian lupa waktu. Beruntung Mark yang menjabat posisi penting sebagai orang kepercayaan pun mengingatkan bahwa waktu pesta tinggal 4 jam lagi.

Ekor mata Adrian langsung melirik pada arah jarum jam di pergelangan tangan dan bersamaan dengan itu langsung meraih kunci mobil beserta dengan jas kebesaran yang dia lingkarkan pada lengan sebelah kiri. Langkahnya terlihat tergesa menuju lift yang akan membawanya turun pada lantai di mana mobil kesayangan sudah menunggui kedatangannya. Dilajukannya Bugatti Chiron dengan kecepatan tinggi hingga tak berselang lama mobil yang membawanya pergi telah sampai ke tempat tujuan.

Langkah tegas terlihat tergesa memasuki kapal pesiar. Dan kedatangannya pun langsung di sambut oleh Sara selaku kepala maid. Wanita muda tersebut langsung membimbing Adrian menuju sebuah ruangan. Di sana sudah ada para perias yang menunggui kedatangannya. "Di mana, Nona Adrianna?"

Salah satu dari mereka memberitahu bahwa Adrianna sedang di rias di ruangan yang bersebelahan dengan ruangannya saat ini. Bibir kokoh pun langsung menyunggingkan senyum bahagia. Rasanya dia sudah tidak sabar bermanjakan kecantikan Adrianna malam ini.

Dan saat yang paling di tunggu - tunggu pun telah tiba. Di sinilah Adrian saat ini. Di sebuah ruangan dengan dekorasi serba putih. Tatapan Adrian mengunci pada pantulan wajah Adrianna melalui cermin. Entah sudah berapa lama bermanjakan kecantikan bak Putri Kerajaan yang jelas suara yang khas dengan logat Italia telah memenuhi pendengaran Adrian hingga membawa kesadarannya kembali. "Sampai kapan kau akan terus menerus memandangiku, hum?"

Adrian terkekeh kecil dan bersamaan dengan itu langsung mendekat. "Aku hampir tidak mengenali mu. Malam ini kau sangat cantik, sayang."

Adrianna tersenyum. "Jadi, kau mengakui kecantikan ku, hum?"

Adrian langsung meraih dagu Adriannya lalu, mendongakkannya ke atas dan bersamaan dengan itu mendaratkan kecupan lembut ke kening Adrianna.

Adrianna tersenyum atas perlakuan sang kakak. Tidak mau kalah dengan Adrian, dia pun menghadiahi pipi kokoh dengan kecupan lembut. Adrian tersentak atas perlakuan Adrianna hingga dia pun dibuat menelan kasar saliva.

Tatapan Adrianna memicing. "Katakan! Apakah kau menginginkan kecupan ku lagi, hum?" Sembari mengangkat sebelah alisnya. Adrian tersentak dan bersamaan dengan itu Adriannya terlihat beranjak dari duduknya. Dia pun mencondongkan wajahnya ke depan. Jarak yang sangat dekat telah membuat nafas hangat saling bersahutan. Adrian pun terpaksa menelan kasar saliva dan tanpa dapat tertutupi lagi wajahnya pun terlihat gusar dengan tatapan mendamba.

Disuguhi akan hal tersebut semakin memancing sisi jahil Adriannya. Sebelah tangannya meluncur bebas pada dada bidang, mengusapnya dengan gerakan sambil lalu. Setelah itu merambat ke atas dan mengalung pada leher kekar. Kini, tatapannya keduanya saling mengunci. Entah magnet apa yang bersarang di dalam manik keduanya yang jelas tak ada yang saling ingin menyudahi hingga terdengar pintu ruangan terbuka. "Apa yang kalian lakukan, hah?" Bentak Alyne.

Baik Adrian maupun Adrianna terlihat gusar hingga tidak tahu apa yang harus di katakan. Sementara Alyne terus menerus menghujani keduanya dengan kata - kata penuh peringatan. Adrian mendekat sembari mengusap pelan lengannya. "Dengarkan Adrian, Mom. Yang Mom lihat tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adrianna, hanya berusaha menjahili, Adrian."

Alyne pun menolehkan tatapannya. "Sungguh?" Adrian mengangguk mantap. Setelah itu tatapan Alyne beralih pada Adrianna. "Pesta sebentar lagi di mulai. Ayo, sayang." Sembari membimbing sang putri. Namun, sebelum keduanya melenggang ke lantai bawah sudah di hentikan oleh Adrian. "Biarkan Adrian yang membimbing Adrianna. Adrian, ga mau para lelaki hidung belang menatap Adik kesayangan Adrian ini dengan tatapan penuh minat."

"Jangan bilang kalau kau cemburu, Adrian."

Shitttt, kenapa harus kau katakan hal menjijikkan seperti ini di depan Mommy, Adrianna. Geram Adrian dalam hati.

"Sampai kapan kau akan terus melirikku, huh?" Lalu, tatapannya beralih pada Alyne. "Mom, kalau seperti ini kapan Adrianna sampai di ruang pesta?" Rajuknya dengan sangat manja. Alyne tersenyum sembari mengusap lengan sang putri berpadukan dengan perintah pada Adrian untuk segera membawa Adrianna turun.

Adrian tersenyum sembari mengalungkan sebelah tangan Adrianna di antara lengan kekar. "Mari Tuan Puteri Adrianna." Ucapnya beriringan dengan senyum khas. Dan entah kenapa Adrianna menjadi ketagihan dengan senyuman Adrian yang terasa meneduhkan dan juga mendamaikan jiwa.

🍁🍁🍁

Next chapter ...

avataravatar