1 Berdoa sebelum makan

Kedai tak begitu riuh seperti biasa. Aku mengambil tempat duduk di dekat jendela, tepat di pojok paling belakang. Nisa datang membawa nampan berisi dua porsi ayam crispy dan teh hangat. Ia segera mengambil tempat duduk disampingku.

Mataku lekat mengikuti setiap gerak geriknya. Nisa mengambil garpuku, mengelapnya dengan tisu. Setelahnya ia meladeniku dengan menuangkan sedikit saus tomat.

''Cepat makan!'' katanya seperti ibuku. Gadis satu ini....

Aku justru mengalihkan pandangan pada dua sejoli cilik. Sepasang sejoli yang masih mengenakan pakain putih merahnya. Dari tinggi badannya mungkin kelas 5 atau 6 Sekolah Dasar. Mereka saling pandang, saling melempar senyum. Tangan gadis kecil itu tak kikuk menyuapkan sepotong ayam crispy ke mulut anak lelaki yang bahkan mungkin belum berani di sunat.

''Disini hanya kita yang bukan pasangan,'' kataku. Nisa mengangkat mukanya dan mengedarkan pandangan. Sepasang muda-mudi kasmaran di meja nomor sepuluh, keluarga bahagia di meja paling depan, serta sepasang sejoli kecil di samping mereka.

''Jangan mulai! Sudah kubilang aku ingin punya pacar yang...''

''Lima tahun lebih tua?,'' selaku, ''Lulusan S3 luar negeri, putih, tinggi, dan yang terpenting masih berdarah biru sepertimu. Bukan begitu?'' Kriteria yang terllalu spesifik.

Nisa tersenyum bahagia karna aku masih mengingat setiap katanya, huruf dan titik komanya. Ingin rasanya saat itu aku berkata padanya, tak kan kau temui orang macam itu yang benar-benar mencintaimu. Karena aku yang benar-benar mencintaimu, menyayangimu tanpa sarat, meski kau selalu menganggapku sahabat. Doaku mungkin terlalu kejam bagimu Nisa....

Meski demikian tetap kuamini harapanku di dalam hati dan mulai menyantap makan siangku.

***

avataravatar
Next chapter