1 Episode 41

Kabar pernikahan Leo pun terdengar ke seluruh penjuru. Si Dokter dengan wajah oriental yang tirus, mata sipit, hidung mancung dan bibir tebal itu menjadi buah bibir seluruh Regium. Tiap departemen pun tahu kabar kalau Leo akan menikah.

Mulai dari departemen UGD, penyakit dalam, jantung, bahkan sampai anak pun mengetahui kabarnya. Leo hanya bisa mengangguk, dan pamit saja bila ada yang menanyakan soal pernikahannya di rumah sakit.

Sementara di rumahnya. Leo masih tinggal dengan ayahnya yang hanya seorang pembuat tahu dan tempe, dan membuka kios kecil di depan rumahnya yang terletak berdekatan dengan pasar. Sementara ibunya sudah lama meninggal, saat melahirkan adiknya, Davies.

Kakaknya, Lea adalah seorang sekretaris di sebuah perusahaan ternama, yang saat ini sudah berhasil luluh di hadapan bosnya, Heru. Sebelumnya Lea tidak bisa melupakan mantan kekasihnya yang memutuskan untuk menikah dengan orang lain setelah tiga tahun berkencan. Kakaknya terjebak dengan perasaan sakit hatinya terhadap orang itu selama 13 tahun, dan bertemu dengan Heru, merupakan malapetaka baginya, pada awalnya. Tapi ia pun sekarang mulai membuka hatinya.

Lain halnya dengan Davies, yang meneruskan pekerjaan ayahnya bersama kekasihnya yang tinggal satu rumah dengan mereka, Lita. Davies tidak secemerlang Lea maupun secerdas Leo, tapi dia ingin menjadi seperti ayahnya. Dan Alita, adalah seorang gadis yang juga merupakan teman masa kecio Davies, cinta pertamanya pula. Sehingga saat datang ke rumah mereka Lita di terima dengan oleh ayah, apalagi Lita sudah lama menjadi yatim piatu.

Sementara itu, ada pula Bibi Linda, yang sudah lama menjanda. Adik Ayah yang satu itu akhirnya tinggal bersama Ayah, dan Amel, anaknya pun ikut juga, begitu pula suami anaknya, Reza.

Seisi rumah pun geger mendengar keputusan Leo untuk menikah.

"Coba kau ulangi lagi, dengan siapa kau akan menikah?" Tanya Bibi. "Putri dari Presdir rumah sakit tempatmu bekerja?"

"Wah! Hebat sekali, Kak! Kau mendapat jackpot!" Seru Davies.

Sementara anggota keluarga yang lainnya heboh dengan berita itu, Ayah malah menanyakan dengan tenang suatu hal yang penting baginya.

"Kalian sudah memutuskan tanggalnya?" Tanya Ayah.

Leo bergeming. Bibi, kakak, sepupu, iparnya, adiknya dan bahkan Lita menentang keputusan Leo yang mendadak ini, namun berbeda dengan Ayah yang malah sepertinya setuju dengan keputusan yang Leo mendadak tersebut.

"Belum, tapi secepatnya akan aku beritahukan setelah Presdir dan keluarganya memastikan ulang tanggalnya."

Ayah mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah, kalian semua akan terlambat bekerja bila terus-terusan disini! Ayo, ayo bergerak!"

Rapat keluarga singkat itupun bubar setelah Ayah memerintahkan untuk semuanya bekerja. Ayah dan Davies langsung kembali ke toko.

Lea dan Leo keluar bersama, kebetulan mereka berdua berjalan ke arah yang sama untuk keluar komplek rumah mereka.

"Jadi kau benar-benar menikah dengan keluarga kaya pada akhirnya, Le?" Tanya Lea sambil berjalan.

"Oh, iya. Maaf jika aku harus mendahuluimu, Kak. Atau kau ingin aku menunggu sampai kau menikah dulu--"

"Tidak usah. Kau malah menambah lama waktumu jika menungguku menikah," kata Lea, "Aku doakan yang terbaik untuk adikku ini. Kau bisa menjadi suami yang baik kelak."

Mereka berhenti di persimpangan jalan, dimana Lea dan Leo sudah berpisah halauan.

-----

Fons café menjadi ramai pula dengan berita baru yang di dapat oleh David, Si Sumber Berita terpercaya mereka. Kali ini, Tatsuya, Alex, dan Carlos membawa istri mereka juga untuk berkumpul, selain itu, Kris baru membagi-bagikan oleh-oleh dari Jepang. Sehingga acara mengobrol mereka semakin seru.

"Apa?! Apa aku tidak salah dengar? Leonardo Shibasaki memutuskan untuk menikah?! M-E-N-I-K-A-H!?" Penekanan kata menikah yang diucapkan Carlos seakan membuat semua pendengar dalam lingkaran yang mereka buat itu melotot kesal.

"Los, jangan heboh seperti itu!!" Seru Rhea sambil memukul lengan Carlos. "Kau membuatku malu saja! Bayangkan saja perasaan orang lain saat kau memutuskan untuk menikah juga. Apa mereka semua tidak kaget?"

Carlos mengaduh kesakitan. "Aduh, sakit, Sayang.. tapi setidaknya aku memutuskan untuk menikahimu, sahabatku, cinta pertamaku. Bahkan Alex saja sudah tahu sejak lama!"

Alex mendengus, "Kalau tidak denganmu, dia tidak mau menikah, Rhe." Alex masih merangkul pundak istrinya, Steffi. Sudah cukup lama Steffi ke luar negeri dan dia pun merindukan istri, sekaligus teman adu mulutnya itu. "Jadi, kapan dia akan menikah?"

"Mana kutahu!" Seru David.

"Lalu, darimana kau tahu kalau Leo akan menikah tanpa bukti yang pasti?" Tanya Tatsuya seolah sedang bertanya pada seorang penuntut di pengadilan.

"Hei! Aku bukan seorang penuntut klienmu, Tatsuya!" Seru David kesal.

"Jangan mengatakan sesuatu tanpa bukti, Vid. Kau bisa di tuduh melakukan pencemaran nama baik. Kau tahu?" Balas Tatsuya

David mendengus sebal.

Steffi berpikir cepat, dia kemudian mengingat sebuah kejadian saat dia melihat Leo sedang mampir ke restoran dekat lokasi syutingnya.

"Oh, aku melihat Leo bersama dengan seorang perempuan cantik! Maksudku, Leo berada di restoran dekat tempat syutingku beberapa minggu lalu. Kurasa itu adalah gadis yang menjadi calonnya."

Semua menoleh ke arah Steffi. Begitu pula Alex yang memalingkan wajahnya langsung kepada istrinya, "Serius? Apa benar kau melihatnya?"

Steffi mengangguk yakin. "Ya. Gadis itu memiliki bentuk wajah bulat, namun manis, tidak terlalu mancung, matanya terlihat menarik, dan tubuhnya tidak terlalu kurus, cukup berisi. Singkatnya, gadis itu menarik."

Semuanya semakin antusias dengan cerita yang Steffi sampaikan, namun David sebaliknya. Dia merasa tersinggung karena yang lain menganggap ceritanya bohong. "Apa ku bilang! Kenapa kalian dengan mudah percaya pada Steffi? Memangnya aku berbohong?"

Alex tersenyum, "Bukan begitu, kau, David Kajima, seorang pelawak, ya aku tidak mungkin tahu di bagian mana kau sedang melawak dan serius. Lain halnya dengan Steffi yang tidak pernah menutupi hal dan tidak bisa berbohong."

David sebal, akhirnya dia memilih diam dan menyedot latte dingin pesanannya. Sementara yang lain tertawa puas karena David marah.

"Lagipula darimana kau tahu kalau aku akan menikah?" Tanya sebuah suara yang berat. Dengan kata 'aku' seluruh pemirsa meja yang dikelilingi oleh kawanan itu pun langsung menoleh ke asal sumber suara. "Kenapa diam? Aku tanya, kau, kalian semua, tahu darimana kalau aku akan menikah huh?"

Semuanya mengulum senyum. Namun detik berikutnya Leo duduk di sebelah kiri David, dan merangkulnya.

"Kau, yang paling banyak omong! Darimana kau tahu aku akan menikah?" Tanyanya mulai tak sabar.

Semuanya menegang. Leo memang selalu serius dan tak pernah main-main saat mengatakan sesuatu.

Ah, ralat, kecuali setelah kejadian itu, Leo tidak pernah mau berkomitmen lebih jauh dengan siapapun.

"I--itu..."

"Itu? Itu apa, Vid?!" Gertak Leo.

"Kemarin, rekan satu kerjaku mengalami kecelakaan, lalu dia di operasi. Kebetulan juga dia di bawa ke rumah sakit tempat kau bekerja," jelas David, "Saat aku berjalan ke ruang perawatan, aku mendengar ada beberapa perawat yang berbisik satu sama lainnya. Mereka bilang, 'beruntung sekali Dokter Leo, karena akan menikahi putri Presdir Gunawan.' Hanya itu saja yang kudengar."

Rangkulan maut Leo pun mengendur, dia melepaskan rangkulannya dan memesan sebuah vodka rasa favoritnya.

"Hei, Pak, ini masih sore," kata Rhea mengingatkan. "Lagi pula alkohol tidak baik untuk kesehatanmu!"

Leo tak menggubris komentar Rhea.

"Tunggu, kau benar-benar menikahi putri Presdir Regium Hospital?" Tanya Kris.

"Mmm!!" Jawabnya kesal. Leo sendiri juga sebenarnya belum bertemu lagi dengan Eugene, semenjak makan siangnya dua minggu lalu itu.

Tak ada asap, kalau tak ada api. Yang dia tahu, pasti ada saja orang-orang penyebar berita ini. Walaupun ini bukan kabar burung yang murahan, tetap saja Leo menjadi risih.

Tidak di tempat kerjanya, tidak juga saat dia berkumpul dengan teman-teman santainya ini.

"Bisakah kalian mengganti topik pembicaraan disini? Apa kalian sudah kehabisan bahan obrolan?" Protes Leo. "Baiklah, aku akui, aku memang akan menikah. Tapi bukan karena aku mencintainya."

Gaby yang sedari tadi diam pun akhirnya berani mengangkat suara saat Leo mulai membuka kartunya sedikit.

"Maksudmu apa?" Tanya Gaby hati-hati.

Leo menatap Gaby intens, dan menjawabnya dengan jawaban yang sangat mendalam. "Aku baru saja mengenalnya dua minggu lalu. Hanya namanya saja. Aku hanya tahu kalau dia anak dari pemilik tempat kerjaku. Cinta? Haruskah aku memikirkan hal itu? Setidaknya aku menikahinya untuk investasi masa depanku. Itu saja, dan tidak lebih."

Gaby, Steffi dan Rhea meringis ngeri, lalu melirik suami mereka masing-masing.

"Tidak Gaby! Aku mencintaimu apa adanya. Apa kau melupakan Clement? Hasil cinta kita?" Tanya Tatsuya.

"No, Stephanie! I hate you at first sight, but I have done my swear di altar gereja, dan berjanji untuk mencintaimu! Perlukah aku mengulanginya lagi?" Tanya Alex.

"Baiklah, aku tahu aku lelaki brengsek Sayang, tapi aku tidak sepicik itu! Aku mencintaimu sejak dulu, Sayang!" Kata Carlos meyakinkan Rhea.

"Sebaiknya kalian waspadalah," kata Leo. Carlos, Alex, dan Tatsuya melotot kesal. "Ups! Sepertinya aku salah bicara."

"Ah, tapi bagaimana dengan kabar residen yang menjadi kekasihmu dua tahun terakhir ini, Le?" Tanya Kris.

"Ah iya, bagaimana dengan Cindy?"

Leo tersenyum getir, "Dia tidak tahu. Setidaknya sampai saat ini belum tahu tentang berita pernikahanku."

"Lalu apa yang akan terjadi dengan hubungan kalian nantinya?" Tanya Kris lagi, kali ini dengan nada bicara yang sangat khawatir.

Leo melirik sekilas dengan tajam kearah Kris, "Hei, memangnya kau ibunya? Kenapa kau malah menerorku? Jelas aku akan memutuskan untuk meninggalkannya."

"Dasar lelaki kejam!" Desis Gaby.

"Gila!" Batin Steffi sebal.

"Aku tidak percaya kau jauh lebih brengsek dari Carlos!" Seru Rhea, "Tapi ku harap kekasihmu akan tahan banting saat mendengar beritanya."

avataravatar
Next chapter