Berada di Tokyo.
Ketika lampu toko adalah penuntun jalan perkotaan.
Ketika suara ramai pejalan kaku yang tak kunjung meredam.
Aku pikir ini mimpi buruk, ketika aku seorang pembenci keramaian.
Namun, detak jantungku tak berpikir demikian.
Aku pikir ini mimpi, ketika menggandeng tanganmu di tengah kota.
Ketika sorot tertuju pada kita.
Kamu, Aku. Tersenyum seakan hari takkan pernah pudar.
Hingga akhirnta kita duduk di pojok kota.
Di bawa lampu taman yang menyorot.
Dan, salju sang pengiring malam panjang.
Romantisme yang tak ada di sejarah kelam.