webnovel

Tropaeolum

Monster itu menangkap Rashuna dengan mulutnya.

"AAARRGGHH!!" Teriak Rashuna kesakitan.

Alvaros langsung menyuruh para penduduk untuk menutup gerbang.

"TUTUP GERBANGNYA!"

Monster itu hampir saja keluar melalui gerbang, untunglah para penduduk lebih dulu menutupnya.

Setelah mereka menutup gerbang, mereka segera kocar-kacir ketakutan.

Alvaros turun dari atap.

"Sial, bagaimana monster itu bisa masuk!?." Tanya Alvaros dalam hati.

Ia melihat sekitar, mencari benda yang bisa ia gunakan.

Ia melihat sebuah palu godam, cukup besar.

Tanpa pikir panjang ia segera meraihnya dan bergegas berlari menuju Rashuna.

Monster itu melompat tinggi hendak keluar dari dinding.

"T...Tonitrus!" Rashuna melancarkan sihirnya hingga mengenai mata monster itu.

Lompatan monster itu gagal, monster itu terjatuh dan melepaskan gigitannya.

"Bagus!"

Alvaros tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia menambah kecepatan larinya.

Monster itu bangun, terlihat cukup kesakitan

"HYAAAHHH!!" Alvaros melayangkan palu ke kepala monster tersebut.

BUAK! Sebuah pukulan keras mendarat di tanah. Monster itu ternyata menghindari serangan Alvaros.

Monster itu membalas serangan Alvaros, beruntung Alvaros bisa menghindar.

"Huh… Hampir saja." Namun, bajunya sedikit sobek terkena cakaran monster tersebut.

Alvaros kembali memasang kuda-kuda.

Monster itu kembali menyerang. Alvaros berhasil menghindar dan melayangkan sebuah pukulan yang cukup keras ke badan monster tersebut.

"GRAAAA!!" Erang monster tersebut kesakitan.

"Rasakan itu!" Alvaros kembali fokus dan bersiap.

Monster itu menjadi lebih ganas, ia berlari kearah Alvaros. Meski kakinya terluka, namun monster itu malah menjadi lebih cepat.

Kali ini Alvaros tidak bisa menghindarinya. Tubuhnya diinjak oleh monster itu.

"S..Sial…"

Monster itu menerkam Alvaros.

Sesaat sebelum mulut monster itu sampai ke Alvaros, terlihat sebuah cahaya berwarna ungu menggores kepalanya.

Rupanya Rashuna menyerang monster itu dengan sihirnya.

Menyadari Rashuna menyerangnya, monster itu berbalik menuju Rashuna dengan kecepatan tinggi.

Rashuna yang terluka tidak bisa menghindar dari kecepatan monster itu.

Monster itu menyeruduk Rashuna hingga membuatnya terjatuh.

Monster itu lalu menginjak Rashuna dengan satu kakinya kemudian melolong.

Rashuna berteriak kesakitan.

Dari kejauhan, Alvaros melihat Rashuna yang tidak berdaya diinjak monster itu.

"Apa sekarang saja? Toh juga sebenarnya ini bukan urusanku." Pikir Alvaros.

Ia hendak melarikan diri lewat celah yang ia buat sebelumnya.

Saat ia hendak berbalik, tiba-tiba Rashuna berteriak,

"ARANEELL! TOLOONG!"

Alvaros yang tadinya mau kabur, mengurungkan niatnya.

Ia teringat Rashuna sudah merawatnya ketika terdampar.

Ia lalu berdiri dan bergumam,

"Dasar tukang ngerepotin orang."

Monster itu berhenti melolong dan hendak menerkam Rashuna.

Alvaros berteriak ke monster itu

"HEI BAJINGAN! URUSAN KITA BELUM SELESAI!"

Monster itu menoleh ke arah Alvaros, ia menggeram lalu berlari ke arahnya meninggalkan Rashuna.

Alvaros bersiap, memegang palu godamnya erat-erat.

Monster itu berlari dengan kecepatan tinggi.

Alvaros menghindar dan kembali melayangkan pukulannya ke arah monster itu.

Pukulannya mengenai kaki monster tersebut, membuat kaki depannya patah.

Monster itu jatuh ke tanah dan mengerang kesakitan.

Alvaros mendekati monster tersebut dan melayangkan pukulan ke kepalanya.

Monster itu menghindar dengan berguling.

Alvaros kembali memukul kepalanya, namun sekali lagi monster itu menghindar dengan berguling.

Merasa dipermainkan, Alvaros sedikit marah.

Ia memukul monster itu berkali-kali, namun monster itu selalu menghindar dengan berguling.

Hingga akhirnya monster itu terjatuh ke lubang jebakan yang dibuat oleh para penduduk.

Di tepi lubang, Alvaros tersenyum melihat ke arah monster tersebut.

Tiba-tiba, tanah tempat Alvaros berpijak runtuh.

Alvaros terperosok ke lubang itu.

Monster itu berusaha untuk kembali berdiri, meski kakinya sudah patah satu. Ia bisa berdiri namun kurang seimbang.

"Yang benar saja…" Alvaros bergumam melihat monster itu berdiri.

Alvaros mencoba untuk bersikap tenang.

Monster itu sudah bersiap kembali untuk menyerang.

Dengan palu yang masih ia genggam, Alvaros memasang kuda-kuda.

Monster itu lari ke arahnya dengan kecepatan yang kencang namun tidak secepat tadi karena kakinya pincang.

Alvaros menghindar, namun ternyata Gerakan Alvaros bisa dibaca oleh monster itu. Monster itu mengarahkan mulutnya ke arah Alvaros menghindar.

Karena terkejut, Alvaros panik namun bisa menangkis serangan monster dengan palunya.

Sialnya, palu itu patah dan Alvaros terlempar ke belakang.

"S..Sial…"

Monster itu menyerang lagi dengan buas. Kali ini Alvaros tidak bisa menghindar.

Monster itu berhasil menginjak badan Alvaros, ia bersiap untuk menerkamnya.

Alvaros merasa terpojok, ia berusaha berpikir bagaimana caranya mengalahkan monster satu ini.

Monster itu lalu mulai menerkam Alvaros.

Ketika kepala monster itu hampir menyemtuh Alvaros, ia menusukkan gagang palu yang patah ke mata monster itu.

Monster itu menarik kepalanya dan meraung kesakitan.

Alvaros segera menjauh dari monster itu, dan berusaha naik ke atas, namun tidak bisa karena terlalu curam.

Tanpa sadar, monster itu berlari menuju Alvaros.

Alvaros terkejut, dan secara refleks Alvaros menendang dinding tanah lubang tersebut dan melompat ke atas monster.

Secara kebetulan, Alvaros berhasil mendarat di punggung monster itu.

"Heh…Hehe…." Alvaros terkekeh karena merasa bisa menangani monster itu dari posisinya sekarang.

Monster itu berontak, mencoba membuat Alvaros turun.

Alvaros memegangi kayu yang tertancap di mata monster itu, sehingga monster itu semakin kesakitan.

Monster itu semakin berontak lebih brutal, namun Alvaros bisa bertahan dengan berpegangan pada telinganya.

Alvaros menusuk punggung monster itu beberapa kali.

Tusukan-tusukan Alvaros semakin membuat monster itu brutal.

Kali ini Alvaros terjatuh, ia segera berguling menghindari injakan kaki monster selagi monster itu membabi buta karena kesakitan.

Alvaros bersiap, melihat kayu yang sudah mulai tumpul di tangannya. Ia berniat untuk menusukkan kayu itu ke perut monster kemudian merobeknya.

Melihat sebuah celah, Alvaros segera berlari secepat mungkin ke arah monster itu.

Ia menusukkan kayu itu ke perut monster, namun gagal.

Alvaros terhempas ke dinding lubang.

"S…Sialan…" Gumamnya.

Monster itu berlari lagi ke arah Alvaros.

"MORTALIS BESTIA!"

Sebuah cahaya putih mengenai monster itu.

Seketika, Gerakan monster itu berhenti.

Monster itu berubah menjadi abu dan menghilang.

Alvaros yang masih terkejut melihat ke atas.

Ternyata itu Rashuna, meski terluka cukup parah namun ia berhasil melancarkan serangan pamungkas.

Rashuna mengacungkan jempolnya ke Alvaros, lalu dibalasnya dengan jempol pula.

Rashuna pingsan.

Alvaros yang menjadi lemas, mengumpulkan seluruh tenaganya dan berteriak:

"KITA MENAANG!"

Disusul oleh seruan para penduduk.

...

Keesokan harinya, Rashuna terbangun di tempat tidur yang sama saat Alvaros dirawat.

Alvaros masuk ke kamar.

"Sudah bangun, nona merepotkan?"

Rashuna menyadari kalau ia pingsan lalu dirawat oleh para penduduk.

Sebagian lukanya sudah membaik karena sihir penyembuhan yang dilakukan beberapa penduduk.

"Uughh… Berapa lama aku tertidur?" Tanya Rashuna.

"Beberapa jam." Sahut Alvaros.

Alvaros menaruh makanan dan minuman di meja sebelah tempat tidur.

"Aranel…"

"Hmm?"

"Bisakah… Aku minta tolong padamu?"

"(Ughh, jangan hal yang merepotkan lagi) Apa?"

"Sebelum itu, ke mana tujuanmu?"

Ditanya begitu, Alvaros agak kebingungan, haruskah ia bohong atau jujur.

"Strondum."

Terlihat senyum sumringah di wajah Rashuna, membuat Alvaros sedikit terganggu.

"Tujuan kita sama, bisakah… Kau mengantarku? Aku agak kesulitan berjalan dengan luka-luka ini."

Dengan memasang raut muka aneh, Alvaros menjawab, "Kenapa kau tidak istirahat dulu saja sampai sembuh?"

Alvaros berharap Rashuna berubah pikiran.

"Aku harus segera melapor ke markas sesudah misi selesai. Ini saja sudah terlalu molor, aku pasti akan dihukum kalau aku lebih molor lagi."

Alvaros menimbang-nimbang permintaan Rashuna.

Sangat mungkin apabila Rashuna akan bertanya hal macam-macam selama perjalanan, hingga dia tak bisa menjawab.

Namun bisa juga ia memperoleh banyak informasi darinya.

"Aku mohon…" Kata Rashuna sambil setengah merengek.

"Aku takut dengan atasanku, ia galak sekali." Rashuna memasang wajah memelas.

"Gak" Kata Alvaros

"UUUUHHH! BISA GAK SIH NOLONGIN ORANG, APA SUSAHNYA? GAK NGERUGIIN KAMU JUGA KAN?" Kata Rashuna, cemberut.

"Lagi-lagi pakai cara begini." Kata Alvaros dalam hati.

"LAGIAN KEMARIN JUGA BERAPA KALI AKU NOLONGIN KAMU? DASAR GATAU TERIMA KASIH!"

Mendengar jawaban Rashuna, Alvaros menjadi kesal.

"Heh, menurutmu aku gak nolongin kamu kemarin? Siapa yang kemarin teriak minta tolong pas diinjek?"

Rashuna masih cemberut.

"Tapi aku kan nolong kamu dua kali kemarin, kamu aja Cuma sekali."

"Anjir, perhitungan amat ni orang." Pikir Alvaros.

"Memangnya kamu tahu jalan ke sana?" Tanya Rashuna.

"Kan tinggal tanya ke orang-orang"

Rashuna tersenyum mengejek, "Huh, yang ada kamunya nyasar. Mau ke Strondum aja nyasar sampai Irenbelle, tenggelem lagi."

"Hah? Siapa bilang aku nyasar? Aku udah sesua…" Alvaros belum selesai berbicara sudah disela Rashuna.

"Hei, kamu pikir aku bodoh atau apa? Gaada rute perairan yang mengarah ke Irenbelle. Udah, kalau nyasar ya nyasar aja."

Mendengarnya Alvaros makin jengkel.

"Kan aku gak mau ke Irenbelle, tujuanku ke Strondum."

Rashuna tertawa mengejek.

"Hei, pakai otakmu dikit kenapa. Strondum gaada Pelabuhan, Strondum itu kota di tengah-tengah daratan, yang ada palingan sungai dan gaada rute kapal masuk situ."

Skak mat, Alvaros terdiam.

Alvaros berpikir sepertinya lebih aman kalau dirinya tidak membantah lagi, bisa-bisa identitasnya terbongkar.

Dengan senyum kecut, Alvaros lalu mengiyakan permintaan Rashuna.

"Iya deh iya, dasar ratu geografis. Tapi, awas aja kalau kamu sampai bikin aku terhambat."

Rashuna tersenyum dan berterima kasih.

Alvaros berdiri dan bersiap untuk melawan.