18 I'll Catch You

Melia meraih telepon genggamnya. Lelah seharian menemani Bobby belanja, eh lebih tepatnya lelaki itu yang menemaninya belanja. Hari ini ia hanya membeli dompet, clutch, 8 baju, celana, 4 rok, beberapa gelang dan anting. Tidak banyak.

"Ya, Beb?" suara genit Imelda yang tiada duanya.

"Mel, ada cowok yang bisa gue gaet gak di pesta Kelly? Lo tau kan selera gue?" tanya Melia.

"Wait, gue thingking dulu ya. Yang lain sih, kagak ada yang setajir dan seroyal Bobby. But, ada satu kandidat cucok meong. Mungkin kagak seroyal Bobby, tapi juga gak pelit kok. Nilai plusnya adalah dia ganteng, Beb. Negatifnya, he has a girlfriend," Imelda memang layak jadi ensiklopedia jodoh. Dia punya banyak teman dan selalu up to date tentang status dan kisah percintaan mereka.

"Good, malah lebih oke kalo dia ada pacar," sambut Melia penuh semangat. Itulah kenapa Melia merasa beruntung punya intelijen pribadi sekelas Imelda yang informasinya selalu akurat dan sangat jarang meleset.

"How come, Beb? Do you mean, lo mau jadi secret lover gitu?" Imelda tidak paham dengan perkataan sahabatnya satu ini.

"Ya iyalah, Mel. Kalo kita mo ngegaet cowok jomblo, saingan kita banyak di luaran sana. Terus lagi, selera dia belum ketahuan kaya gimana. Susah. Kudu meraba-raba, kan? Nah, sudah punya girlfriend means saingan kita cuma satu orang, dan kita bisa pelajari tipe kesukaan dia yang gimana. Lebih terukur. Selanjutnya, cari kelemahan tu pacarnya baik fisik maupun non fisik, kita ungguli, menang deh," penjelasan Melia demikian gamblang.

"Make sense banget. Lo emang dewi cinta, Beb," Imelda terkekeh.

Selanjutnya Imelda menjelaskan semua informasi yang ia tahu mengenai Levy, pria blasteran Indo Belanda yang Melia incar, juga tentang pacarnya.

"But, you have to ready kalo dia asking you untuk making love loh, Beb. Are you ready?" tanya Imelda.

"Hah, emang dia suka minta seks ma pacarnya?" Melia kaget.

"Ya iyalah. Udah terkenal dia tuh doyan seks. Belalainya aja ulala. Masih pules aja udah menggoda, gimana kalo udah telolet. Gue aja, kagak jadi pacarnya gak papa. Kalo dia ngajakin, mana tahan," cerocos Imelda. "Sayangnya dia kagak minat ama body kaya gue. Huh, dia cuma liat bentuk luar doang, belum tahu getarannya, brrrrr...." lanjutnya.

Melia tertawa keras mendengar celoteh Imelda. Sahabatnya ini memang bertubuh sintal mendekati gemuk, dengan tinggi badan hanya 160 sentimeter. Jauh berbeda dengan dirinya yang tinggi langsing, tapi bukan kurus kering. Melia memiliki tubuh ramping tapi cukup berisi dan terkesan seksi dengan lekuk tubuh sempurna sebagai seorang wanita.

Seberapapun seringnya Melia berganti pasangan, belum pernah sama sekali ia melakukan lebih dari sekedar kissing. Berita tentang kegemaran Levy soal seks membuatnya sedikit ragu untuk melangkah lebih jauh.

"Kalo gitu, gue pikir-pikir dulu deh, Mel. Gue belum siap kalo harus seks," kata Melia.

"Ih, lo aja belum liat dia, Beb. Kalo udah liat paling juga berdenyut. Dia tuh sempurna banget buat you iket jadi suami. Handsome, seksi, tajir, apalagi yang kurang. Selagi lo siap digoyang setiap saat, ough," cerocos Imelda dengan mendesah.

"Gila lo. Hahaha. Cinta itu disayang, bukan digoyang. Lo sangean apa baperan?" balas Melia sambil tertawa terbahak-bahak.

"Oh my God, hari gini bicara cinta? Lo mau dapet suami cinta mati, tapi miskin trilili?" tak sadar Imelda menjawab setengah berteriak.

"Cinta itu ibarat tanaman, Mel. Kudu dirawat, dijaga, disiram dan dipupuk. Kalo nggak, ya mati deh. Nah, cinta gue tuh disiramnya pake DU-IT, dipupuknya dengan BE-LAN-JA," Melia menegaskan.

"Cucok. Buat apa married kalo cuma buat hidup syusyah, ye kan?" dukung Imelda.

"Yes, absolutely sista,"

Selama satu jam berikutnya mereka berdua tak henti bercanda dan tertawa sampai Imelda sudah tak kuat lagi membuka matanya dan pamit untuk tidur.

Karena belum mengantuk, Melia memutuskan untuk stalking media sosial Levy. Ya, setidaknya ia bisa mempelajari beberapa hal dari pria itu.

Pria ini memang tampan, tinggi badan 182 sentimeter dan berat badan 68 kilogram seperti ditulisnya di biodata, dan pahatan tubuh sempurna hasil kerja di gym center. Tampak foto-foto yang diunggahnya kebanyakan di gym dan rumahnya sendiri, menampilkan dia sedang berolahraga.

Wow! Kata itu yang terlontar dari mulut Melia, ketika ia melihat kebanyakan foto yang diunggah adalah shirtless, bahkan hanya mengenakan celana dalam.

Benar kata Imelda, belalainya ulala, katanya dalam hati sambil menahan tawa.

Lelaki itu sangat layak untuk menjadi model, terutama model majalah dewasa. Daya tariknya luar biasa. Dilihatnya pengunjung yang memberikan "like" dan komentar mencapai ribuan bahkan puluhan ribu di beberapa postingan.

Pasti banyak yang gagal fokus melihat tonjolannya, Melia tersenyum genit.

Melia melanjutkan penelitiannya terhadap pria seksi ini. Ia berusaha memahami watak dan karakter Levy dari unggahan foto maupun kalimat yang menyertai, juga cara pria ini membalas komentar para pengagumnya.

Tak luput dari perhatian Melia tentu saja rumah, mobil, merk baju yang dikenakan dan hal-hal berharga lainnya. Rumah mewah, mobil sport impor, barang-barang branded semua. Sangat layak untuk untuk dijadikan pasangan.

Hati Melia mulai goyah. Dia mulai bimbang mempertahankan keperawanannya.

Ini bibit unggul, nggak bisa dilewatin. Kalo perlu gue hamil sekalian, tekadnya.

Tiba-tiba Melia teringat untuk stalking juga pacar Levy. Dicarinya di daftar orang yang difollow Levy, Aleandra. Dan muncul sebuah profil dengan nama tersebut.

Diamatinya gambar dan kalimat yang ditulis gadis itu. Jauh berbeda dengan Levy yang tak pernah mengunggah foto berdua, wanita ini justru sebaliknya. Beberapa puluh postingan terakhir dia lebih banyak menunjukkan kemesraan mereka kepada publik.

Ada satu kesimpulan pasti yang bisa diambil oleh Melia. Aleandra sangat bangga atau mungkin cinta pada Levy, tapi tidak dengan pria itu.

Melia makin bersemangat menelusuri dua orang itu.

Ada peluang besar buat gue, katanya dalam hati.

Dia terus membuat catatan-catatan kecil. Ditulisnya hal-hal yang sekiranya penting untuk membantu dia memperkirakan watak dan kesukaan Levy tentang sesuatu ataupun seseorang. Cara itu memang kerap dilakukan Melia saat memiliki target yang dituju. Terbukti selama ini berhasil.

Setelah menulis banyak sekali data dan fakta yang ia kumpulkan, Melia merasa cukup. Besok ia akan mulai memikirkan beberapa kesimpulan dan hasil pengamatan, juga langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan targetnya.

Pastinya, seks juga menjadi salah satu faktor penting yang harus dipikirkan dengan matang oleh Melia. Karena itu ia bertekad untuk mempelajari dan memikirkan strategi seksual juga.

Harus bisa, kata gadis itu sambil berusaha untuk segera terlelap.

avataravatar
Next chapter