webnovel

Datang Lagi

Malam ini hujan turun membasahi seluruh Kota Seoul, seakan-akan hujan pun tahu tentang bagaimana perasaanku saat ini. Aku kembali memikirkan lelaki itu lagi. Padahal aku pun tak pernah menginginkan bayangannya hadir di setiap malam ku. Aku berjalan untuk menyalakan turntable dan mencoba menghibur diri dengan mendengarkan musik.

I'm invincible

Yeah, I win every single game

I'm so powerful

I don't need batteries to play

I'm so confident, yeah, I'm unstoppable today

Sia - Unstoppable

"Oh? Apa aku perlu menelfon Suji?"

Aku tinggal sendirian di apartemen yang letaknya berada di tengah-tengah kota Seoul. Orang tuaku berada di Swiss untuk mengurus perusahaan keluarga kami. Bisa dibilang mereka jarang sekali menghampiriku kemari, setahun hanya dua atau tiga kali saja kami dapat bertemu. Saat kembali ke Korea pun mereka langsung menuju ke Ilsan, kampung halamanku.

Ya, seperti ini lah kehidupanku sunyi dan sendiri.

"Suji-ah, apa kau bisa menginap di rumah ku? Aku membutuhkan seseorang saat ini, aku takut."

Dia adalah sahabatku yang berasal dari Seoul, rumahnya hanya berjarak beberapa kilometer saja dari apartemenku. Dia sangat sering menginap di apartemenku, entah itu karena aku yang meminta atau dia yang menginginkannya sendiri.

"Tentu saja Yunji, tunggu beberapa menit lagi aku akan menuju kesana. Sepertinya akan ada banyak hal yang kau ceritakan malam ini denganku. Apa aku salah?"

"Haha kau mengenalku dengan sangat baik, tentu saja kau tahu itu. Baiklah akan kutunggu, bawakan aku beberapa makanan dan jangan lupa minumannya" Kataku sambil tertawa, padahal tanpa diminta pun dia selalu datang ke rumahku dengan membawa sesuatu.

"Gadis ini selalu saja merepotkan, haha. Akan ku tutup telfonnya, sampai nanti" Dia pun mengakhiri percakapan kami. Aku sangat beruntung karena mempunyai sahabat sepertinya. Dia selalu ada untukku dalam kondisi apapun dan terlebih lagi dia selalu mendukung apapun yang aku lakukan.

Heningnya malam kembali kurasakan, bayangan lelaki itu pun belum juga hilang dari pikiranku. "Kenapa? Apa aku merindukannya? Haha itu hal yang sangat konyol. Dia saja sudah tidak perduli denganku" Aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku tapi apa itu? Mungkinkah aku benar-benar merindukannya? Pikiranku semakin kacau saja jika mengingat tentangnya.

DINGDONG!

Aku mendengar suara bel berbunyi, senyuman tercetak di wajahku. Aku sangat lega karena aku tahu siapa yang datang.

"Yunji-ah aku datang" Dia berteriak dari balik pintu, aku berlari menuju lantai utama dan segera membukakan pintu untuknya. Kami langsung berpelukan, aku memeluknya lama sekali dan Dia seperti merasakan hal yang aneh pada diriku.

"Yunji-ah? Kenapa?" Seketika itu air mataku turun membasahi pipi. Aku sudah tidak bisa membendungnya lagi, tembok pertahanan ku seketika runtuh dan menangis sejadi-jadinya.

"Aku merindukan dia," Kata-kata itu seperti keluar dengan sendirinya dari mulutku. Gila! Tetapi memang ini yang aku rasakan sekarang. Aku akan menarik kembali perkataan ku tadi, aku merindukan semua yang ada pada dirinya. "Aku harus apa? Bahkan aku sudah tidak tau harus mencarinya kemana? Bagaimana ini?" Aku hanya bisa menangis

Aku merasakan pundak ku di usap dengan pelan seakan mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kemudian dia membawaku masuk ke dalam rumah. Dia menatapku dengan tatapan sayu, aku hanya diam menahan air mata ini agar tidak mengalir terlalu deras.

"Apakah kau masih mencintai lelaki itu Yunji?" Saat pertanyaan itu terlontar dari bibir sahabatku, air mata yang tadinya hampir berhasil ku bendung dengan sempurna akhirnya runtuh lagi, hati ku seperti di tusuk-tusuk dengan jutaan duri. Pertanyaan itu membuat pikiranku kembali kacau. Apa istimewanya lelaki itu sampai bisa membuatku seperti ini.

"Belum kah cukup air mataku ini menjawab semuanya? Perlukah aku untuk menjelaskannya lagi? Aku masih mencintainya, sampe detik ini aku juga sering kali merindukannya. Kenapa? Kenapa hal seperti ini terjadi padaku"

Suji hanya menatapku dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Dia tahu bagaimana kisah ku dengan lelaki ini. Lelaki yang baik? Tidak! Bahkan dia terlalu baik untukku, penyabar, penyayang, dan moodbooster terbaik yang pernah ku punya hingga saat ini. Dia yang bisa memberikan aku kenyamanan saat berada di dekatnya dan dia yang sampai saat ini masih mengganggu pikiranku, Bae Jio.

Setelah aku merasa tenang, kami berdua pergi ke tempat tidurku. Kemudian Suji menatapku seperti seseorang yang ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak bisa. "Apa kau ingin mengatakan sesuatu padaku?" Aku menatapnya dengan intens.

"Aku tidak tau apakah boleh bila mengatakan ini sekarang?" Bola matanya melihat kesana kemari.

"Ada apa sebenarnya Suji? Katakan saja, kau tak pernah seperti ini sebelumnya." Aku meyakinkannya karena sepertinya dia ragu dengan apa yang ingin dia katakan.

"Aku bertemu dengannya saat aku kemari, dia ada di depan rumahmu Yunji. Dia ada disini, di dekatmu." Aku yang mendengarnya hanya dapat diam dan tidak bereaksi apapun. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa dia datang lagi?

SUJI POV

Aku bergegas pergi menuju rumah Yunji dan tidak lupa mampir ke supermarket untuk membeli beberapa cemilan. Saat sampai di depan rumah Yunji aku melihat seseorang yang tampak tak asing berdiri di seberang jalan dan bersandar di badan mobilnya.

"Oh? Bae Jio. Sedang apa dia di depan rumah Yunji? Apa mereka berdua akan bertemu?" Aku bingung karena pada faktanya sudah 2 tahun dia pergi meninggalkan Korea dan tidak ada yang tau kabar dia seperti apa. Tapi, kenapa dia muncul secara tiba-tiba seperti ini.

Aku mencoba mendekatinya, dia menyadari kehadiran ku dan menyapaku.

"Suji-ah! Kau disini? Apa kabar?" Aku terkejut bagaimana tidak dia menyapaku seolah-olah tak ada yang berubah semenjak dia sudah tidak ada disini.

"Bae Jio bukan?" Tanyaku memastikan.

"Ya, kau masih mengingatku ternyata. Kau ingin pergi kemana?" Aku hanya menunjuk ke arah rumah Yunji dan dia pun menganggukkan kepala. "Kau? Bagaimana kabarmu? Tiba-tiba?" Dia tersenyum kepada ku

"Aku baik-baik saja seperti yang kau lihat sekarang. Aku merindukannya, selama ini aku hanya bisa melihat layar ponselku saja." Dia menunjukkan layar ponselnya padaku. Aku hanya diam, karena dia menggunakan foto Yunji di wallpaper ponselnya.

"Jadi aku kemari untuk sekedar tau dia baik-baik saja. Jangan menatapku seperti itu, aku terlihat seperti orang jahat disini" katanya sambil tertawa.

"Maaf, aku hanya terkejut melihatmu ada disini Jio. Kau kemana saja selama ini?"

"Aku pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiranku, tapi hasilnya nihil aku masih saja merindukannya bahkan sampai detik ini. Apa kau tidak masuk? Mau disini saja bersamaku?" Dia tertawa.

"Ah, aku sampai lupa. Jaga dirimu aku akan masuk, mungkin dia sudah menunggu ku."

Aku meninggalkannya, dia masih sama baiknya seperti dulu. Tidak ada yang berubah sedikit pun darinya. Apa aku harus mengatakan ini pada Yunji? Tapi sepertinya dia sudah tidak mau tau tentang Bae Jio lagi. Setelah sampai di rumah Yunji dia membukakan pintu untukku tapi kenapa dia? Seperti ada yang aneh, auranya berbeda. Dia datang dan langsung memelukku, ketika aku tanya kenapa. Yunji menangis, aku terkejut dan mencoba menenangkannya.

Aku berusaha membawanya masuk karena aku masih melihat Jio ada disana, dia yang awalnya berdiri santai sekarang berubah menjadi tegap seolah-olah dia tau apa yang terjadi. Aku hanya menganggukkan kepalaku kearahnya dan dia membalas anggukkan kepalaku.

SUJI POV END

"Yunji-ah? Kau mendengarkan ku bukan? Aku sedang berbicara disini." Suji memegang lenganku dan aku tersadar dari lamunanku.

"Suji, apakah dia masih ada disini? Dimana dia? Kenapa dia tidak menemui ku? Aku akan pergi kesana." Tapi aku di tahan oleh Yunji, dia menggelengkan kepalanya. Aku hanya diam dan lemas.

"Aku akan melihatnya dahulu." Suji pergi membuka pintu kamarku dan melihat ke bawah. Jio masih disana, masih berdiri di tempat awal dan menatap ke arah rumah Yunji. "Dia masih disini Yunji, pergilah!" Setelah mendengar kalimat terakhirnya aku berlari menuju pintu rumahku dan berhenti.

Aku melihatnya ada di sana, dia menatap kebawah dan memainkan kakinya menendang bebatuan kecil yang ada di bawahnya. Karena tidak menyadari bahwa aku melihatnya dari kejauhan. Aku berjalan sedikit mendekat kearahnya "Bae Jio?" Aku memberanikan diri untuk menyapanya terlebih dulu. Sontak dia terkejut dan mendongakkan kepalanya.

Dia menatap ku tanpa mengatakan apapun. Jarak kami berdiri hanya 2 meter, dia hanya diam dan memandangiku  dengan raut wajahnya yang datar. Aku juga ikut diam tapi air mataku ini sangat sulit untuk di bendung lagi. Belum menetes hanya saja pandanganku sudah mulai buram karena mataku penuh dengan air mata.

Kemudian dia maju dua langkah lebih dekat dan mengatakan "Jangan menangis Yunji, kemarilah." Sambil merentangkan kedua tangannya. Aku yang memang merindukannya, tidak! Sangat merindukannya langsung berlari kecil kearahnya dan memeluknya dengan erat, air mata ku langsung mengalir begitu deras.

"Kemana saja selama ini. Kenapa kau pergi begitu saja, kenapa menjauh dariku?" Pertanyaan-pertanyaan itu langsung keluar dengan sendirinya. Jio hanya mengusap rambutku dan menepuk punggungku dengan pelan. Aku merasakan kenyamanan dan ketenangan saat berada di dekatnya. Ini benar-benar dia, aku tidak menyangka bisa melihatnya kembali. Dua tahun dia menghilang dariku dan akhirnya aku bisa melihat bahkan memeluknya.

Jio melepaskan pelukannya, mengusap air mataku dengan lembut. "Jangan kau buang air matamu sia-sia, Yunji. Aku tidak menjauh darimu, menjelaskannya pun butuh waktu yang lama. Apa kau tidak ingin tau bagaimana kabarku?" Dia tersenyum sambil tetap mengusap air mataku yang mengalir.

"Kalau kau bisa kemari dan memelukku bukankah berarti kau baik-baik saja?" Aku membalas senyumannya. "Aku merindukanmu, kau terus saja mengganggu di setiap malam ku. Aku bingung harus bagaimana, aku tidak bisa melupakanmu, Jio" Dia mengangguk mengerti.

"Aku juga Yunji, kau juga selalu menggangguku. Kenangan-kenangan kita yang dulu masih tertata rapi dalam memori, bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu?"

Dia tetap sama Bae Jio yang ku kenal, baik hati, penyayang dan moodbooster terbaik yang ku punya. Satu hal yang berubah darinya adalah dia sudah bukan milikku lagi. Tiba-tiba terlintas di fikiranku, saat aku memeluknya apakah tidak akan ada seseorang yang marah nantinya. Apa yang aku lakukan tadi memeluk seseorang yang bahkan sudah tidak memiliki hubungan spesial lagi denganku.

Entah skenario apa lagi yang akan terjadi di hidupku setelah aku bertemu kembali dengannya. Bahkan sampai sekarang masih banyak orang yang tidak suka melihatku dan Jio bersama. Akan ku serahkan semuanya kepada Tuhan, karena bagaimana pun pertemuanku dengan Bae Jio kali ini bukan suatu kebetulan melainkan kehendak dari Tuhan.

Noted : turntable adalah alat pemutar media khusus untuk Vinyl. Vinyl adalah "Piring Hitam"

.

.

.

.

.

.

🌼🌼🌼🌼

Halo teman-teman semua semoga suka dengan ceritaku kali ini ya. Aku berusaha membuatnya lebih baik lagi dari cerita-cerita ku yang sebelumnya.

Jangan lupa untuk kasih dukungan buat aku ya, biar aku semangat terus!

감사합니다 💛🌼