webnovel

Fell in LOVE with a CRIMINAL

TAMAT [Novel ini sedang dalam tahap revisi dan pengeditan] Note : Buku kedua dan ketiga akan segera diterbitkan. Harap bersabar karena proses pencocokan plot dan lain-lainnya membutuhkan waktu yang lumayan lama. Warning : [ 18+ ] dilarang untuk pembaca di bawah umur. Banyak konten kekerasan dan pembunuhan sadis di dalam novel ini. Harap dedek2 kecil yang belum cukup umur, baca saja novel kakak-kakak Author lain yang lebih sesuai rating yaa ?? Silahkan add friend saya di Facebook : Audy Here Saya biasa update beberapa informasi tentag FLWC di fb. Silahkan di Add yaa. Terima kasih Sinopsis : Apakah mungkin untuk jatuh cinta dengan kriminal? Earl, seorang perwira militer kelas menengah yang tertimpa berbagai masalah rumit dalam hidupnya. Suatu hari, Ia harus menangkap Arthur, pria jangkung seperti Slanderman, sang bos mafia nomor satu yang menjadi buruan semua penegak hukum dunia. Top criminal level SSS! Dapatkah Earl menangkap Arthur? Atau justru dirinyalah yang terjerat pesona memabukkan no.1 kriminal ini? Jatuh cinta pada seseorang yang sangat berbahaya. Cinta terlarang antara Perwira dengan kriminal top. Akan jadi seperti apakah kisah cinta mereka berdua? Dapatkah Earl menangkap Arthur? Atau justru dirinyalah yang terjerat pesona memabukkan kriminal no.1 ini?

Audy22 · Urban
Not enough ratings
507 Chs

Bab 10. Kecelakaan Lima Tahun Lalu

Earl tahu semua itu. Ia tahu bahwa ini semua adalah pancingan untuknya yang menjerumuskan dirinya ke tempat ini. Semata-mata demi melindungi temannya. Bukankah kematian memisahkan seseorang yang mati dengan yang hidup? Begitu mudah menghilangkan nyawa seseorang. Merampas kebahagiaan atau kesengsaraan seseorang. Earl terlalu muak dengan sandiwara ini.

Arthur mengatupkan mulutnya setelah Earl dengan amarah yang meledak-ledak berkata seakan-akan ia yang salah. 

"Aku benci bahwa kenyataan kau mengikuti alur permainanku dan ternyata kau mengetahui segala perbuatanku. Berbuat nekat sampai sejauh ini. Aku pikir kau cukup pintar untuk tidak terlibat terlalu jauh!" Kata Arthur gemas dengan tingkah Earl.

Earl seperti ingin menangis ketika Arthur malah melemparkan segala kesalahan padanya.

"Jadi ini semua terjadi karena aku sendiri yang mengikuti alur permainanmu. Kau menganggap bahwa akulah yang melibatkan diriku sendiri pada permainan yang kau ciptakan yang ternyata bukan untukku?" Tanya Earl sudah dengan nada sarkasnya.

"Tidak. Lebih spesifiknya, semua aku lakukan untukmu." Dan Earl pun memutar matanya semakin kesal. 

"Membunuh rekanku? Semua itu untukku? Kau menetapkan semua ketentuanmu padaku? Ha! Aku lupa kau selalu bertingkah bagai tuhan." Earl tertawa mencemooh. Mudah sekali Arthur berkata seakan-akan nyawa rekannya tidak lebih penting dari barang. 

"Aku tidak membunuh rekanmu." Arthur menggeram emosi. Ia juga tidak berniat berbuat sejauh itu jika seandainya Earl tidak bertingkah konyol. Earl mendelik marah. 

"Yaa! Tapi anak buahmu yang melakukannya. Oh terima kasih, hadiahmu sudah ku terima. Aku menyukainya. Kau pikir aku akan mengatakan itu setelah semua ini? Otakku tidak sakit sepertimu Arthur!" Earl tidak lagi menahan suaranya ketika memekik. Hatinya terlalu sakit dengan semua yang Arthur lakukan.

Arthur melepaskan pelukannya dan beralih menatap Earl. Ia melihat mata itu berkaca-kaca menahan semua emosi. Ia bahkan tidak mampu berkata saat mata itu memperlihatkan betapa terluka hatinya karena perbuatannya. Mata hijau seperti lautan magis itu menolak untuk diselami. Earl membuang muka tidak mau menatap ketika Arthur berusaha menatap matanya.

"Aku telah berusaha mendekatimu dengan cara yang biasa. Bertemu denganmu, berusaha untuk terlihat padahal aku di depan matamu. Kau terlalu dibutakan dengan segala omong kosong tentang Arthur yang membuatmu terobsesi dengannya. Aku selama ini selalu berada di sekitarmu. Memperhatikanmu, tetapi perhatianmu bahkan selalu tentang Arthur. Aku benci diriku sebagai Arthur karena kau hanya terpacu dengan perhatiannya saja!" 

Arthur tidak tahan lagi dengan semua kekonyolan ini. Earl yang mengejar dirinya sebagai Arthur di dunia maya sedangkan Arthur sendiri dengan bodohnya mengejar Earl di dunia nyata. Berusaha untuk mendekat dengan menelan semua resiko yang ada. Tidakkah mereka seperti kucing yang mengejar ekornya sendiri?

Arthur bahkan tidak habis pikir lantaran Earl hanya senang ketika ia beraksi melakukan kriminal. Dan frustasi sendiri ketika ia tidak melakukan kriminal barang sehari pun. Siapa yang dibuat setres sekarang?

"...." Earl tidak bisa membalas lagi ketika perkataan Arthur sungguh membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

"Tidakkah kau melihat sekelilingmu? Kau tidak pernah melihat usahaku sebagai orang biasa Earl. Kau terlalu jauh ketika aku hanya bermimpi tentang mimpi kecil untuk mendekatimu dan menikmati banyak hal. Melupakan siapa aku dengan jati diriku yang kelam. Tetapi kau membuangku. Melemparku. Kau tidak pernah menoleh padaku barang sedetik pun Earl...." Bisik Arthur pelan. 

"... Jadi itu kau...." Gumam Earl dan kemudian menundukkan kepala.

"Aku tidak akan menyalahkanmu setelah semua itu. Aku tetap berusaha dan berakhir menciptakan ini semua. Kau suka bukan? Bagaimana Arthur meresponmu? Bagaimana kau berusaha mempermainkannya...."

Earl terdiam. Itulah kenapa ia merasa tidak asing dengan Arthur. Arthur....

Earl berusaha kembali mengenang masa itu. Tepat lima tahun yang lalu. Sebuah kejadian yang entah disengaja atau tidak. Ketika Earl baru saja berhenti tepat di pinggir trotoar untuk menyebrang. Ketika sebuah truck pengangkut material bangunan membanting stir ke arah kiri. Sial bagi Earl ia tidak dapat melihat dengan jelas ketika dengan spontan ia menarik dua orang di kanan kirinya untuk menghindari truck itu.

Braakkk

Earl ingat kala itu, banyaknya orang di penyebrangan. Sedangkan ia hanya mampu menyelamatkan dua nyawa dari sekian banyaknya manusia. Itupun karena terjangkau oleh tangannya dan mereka bertiga berguling di jalanan.

Melihat situasi itu, ia segera berdiri dan melihat dua orang yang diselamatkannya baik-baik saja. Earl segera membawa mereka ke tepi jalan, agak sedikit jauh dari lokasi truck yang menabrak sebuah cafe. Demi tuhan, Earl melihat truck itu menerobos masuk ke dalam bangunan dan membuat beberapa pengunjung di dalam sana menjadi alas ban trucknya.

Darah menyiprat ke segela arah. Seorang wanita yang berhasil Earl selamatkan tadi melihat kejadian itu pun langsung pingsan seketika. Earl tidak dapat berbuat banyak selain menghubungi ambulance, pemadam kebakaran dan polisi untuk membantu pengamanan massa yang berdatangan menyaksikan langsung.

Earl sebagai perwira telah terbiasa membantu dalam hal-hal medis ketika ia memeriksa kondisi wanita yang pingsan di sebelahnya. Ia langsung memberikan jaketnya untuk menutupi paha wanita itu karena memakai dress selutut berwarna putih. Ujung roknya sedikit robek dan lututnya berdarah. Tulang keringnya patah dan juga siku yang berdarah.

Earl telah mengecek wanita itu dan menyatakan wanita ini tidak menderita luka serius. Namun ketika matanya melihat seorang laki-laki yang telah ia selamatkan tadi hanya duduk dan menatap orang-orang yang bersimbah darah terbaring mengenaskan di tepi jalan. Pria itu duduk dengan ekspresi datar.

"Kau tidak apa-apa?" Earl bertanya sambil menyentuh pundak pria itu.

Ia menatap pria itu dan berhasil mencuri perhatiannya sejenak. Pria itu menoleh pada Earl dan melihat wanita yang pingsan tadi. Dan respon pria itu hanya diam dan kemudian menatap Earl kembali. Suasana semakin tidak terkendali saat hampir semua orang mengerumuninya dan berkali-kali bertanya 'Apakah kau baik-baik saja?', 'Syukurlah. Masih ada yang selamat'.

"...." Karena pria itu tidak juga bicara, Earl memilih untuk membantu si wanita tadi.

Earl menarik kaki wanita itu perlahan dan berhasil mengeluarkan bunyi yang mampu membuat semua orang akan ngilu seketika karena suara gesekan tulang patah itu. Earl benar-benar tenang di dalam situasi genting ini, disaat ia merasa semua berjalan begitu lambat karena proses evakuasi yang terhambat oleh lalu lintas yang macet parah seketika.

Tidak terelakkan lagi. Earl meminta tongkat Baseball salah satu massa dan dasi merah salah satu karyawan yang entah siapa mereka. Ia langsung memberikan pertolongan pertama pada wanita yang ia selamatkan tadi.

"Sebaiknya kalian menunggu datang ambulace disana saja. Wanita ini bisa pingsan lagi saat bangun melihat kejadian ini." Kata Earl pada para massa. 

Ia pun langsung mengomandoi beberapa orang yang terlihat suka rela membantu para korban. Wanita dan pria itu segera di amankan untuk duduk dipinggir trotoar yang terlindung dari sinar matahari. Ketika Earl hendak pergi membantu, ponselnya berbunyi, Mike menelepon.

'Earl? Aku sedang di jalan, tetapi aku terjebak macet. Apakah kau melihat kecelakaan di depan sana?' Suara Mike terdengar riuh sekali dengan suara klakson mobil yang saling bersahutan.

"Yaa. Dan aku hampir menjadi korban." Ujar Earl santai sambil memantau situasi.

'Astaga tuhan! Kau tidak apa-apa? Bagaimana situasi disana?' Mike langsung panik mendengar Earl hampir menjadi korban kecelakaan. 

"Yaa, aku tidak apa-apa. Disini sangat kacau. Jika kau bisa kemari dengan berjalan kaki, kau bisa membantuku mengamankan beberapa korban disini. Mayat tergeletak di jalan. Tidak ada yang berani memindahkan tubuh para korban." Earl memijat pelipisnya sedikit kuat karena darah yang terciprat mengganggu pikirannya.

'Astaga. Jadi tugas pertama kita berubah menjadi petugas relawan?' Earl berdecak kesal karena Mike masih bisa bercanda di situasi mengerikan ini. 

"Jangan banyak bicara, Mike! Berlarilah kemari dalam waktu lima belas menit. Jika aku tidak melihatmu aku akan mencari partner lain." Earl mengancam dengan mudahnya.

'Ya tuhan, Earl. Aku melihat jarak navigasimu denganku jaraknya empat kilometer. Apa kau berniat membunuhku?' Mike bertanya hampir putus asa.

"Pikirkan sendiri solusimu Mike. Aku sibuk!" Dan Earl langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Mike. Biarkan saja partnernya itu mencari sendiri solusinya. 

Earl langsung menghampiri truck yang begitu mengenaskan itu. Bagian depan truck hancur total dengan tubuh sang sopir yang terjepit di dalamnya. Namun yang ajaibnya supir itu masih hidup. Ia masih sadarkan diri ketika ia menatap Earl yang naik ke atas truck dan berusaha menolongnya keluar.

"Jangan tolong aku...." Ucap sang supir yang masih bisa berbicara di saat roh di dalam tubuhnya perlahan terlepas.

Earl mengusap wajahnya sekali dan menatap pria berumur 40 tahunan itu dengan bingung. Ia berusaha menarik beberapa besi yang menusuk tubuh pria itu. Namun pria itu menepisnya dan pingsan seketika. Entah sudah mati atau masih hidup.

Mau tidak mau Earl menuruti permintaan sang supir dan pergi menuju para korban. Ia dengan ekspresi datar berusaha mengecek keadaan korban pria yang sangat mengenaskan. Jujur saja Earl tidak tahu apakah ia harus apa karena ia ngeri dan kasihan melihat para korban di jalan.

Kondisi tubuh mereka sudah tidak ingin Earl deskripsikan. Ia meminta bantuan pada orang-orang tapi tidak ada yang mau menolongnya. Terlalu mengerikan. Namun ketika ia hendak mengangkat sendiri tubuh pria itu, pria yang tadi ditolongnya datang menghampiri lalu membantunya.

Dalam diam mereka saling membantu sampai akhirnya beberapa orang pun ikut membantu. Jalan semakin bertambah macet karena jalan utama yang menyambungkan empat kota sekaligus itu kini dipenuhi orang-orang yang berusaha mengevakuasi korban. Earl kemudian membantu melancarkan lalu lintas ketika Mike datang lima belas menit kemudian dan membantu ambulance untuk lewat.

Ketika Earl merasa lalu lintas sudah mulai bergerak, ia berhenti sambil menatap deretan mobil di pinggir trotoar. Sampai pria misterius yang membantunya tadi datang menghampiri. 

"Kau terluka."