webnovel

Fate

Caroline Isabel Hariandy, Carol, putri Grup HY yang menghilang setelah kecelakaan. Carol tahu hidupnya dalam bahaya karena ia akan dinobatkan menjadi pewaris Grup HY milik keluarganya. Troy. Tak seperti namanya, ia dikenal sebagai pria yang ramah dan suka membantu. Semua orang yang mengenal Troy menyukainya. Troy adalah pria yang baik, yang sayangnya, terjebak bersama wanita penuh masalah bernama Carol. Dunia Carol dan Troy bertabrakan ketika mereka bertemu. Demi bertahan hidup, Carol harus tinggal bersama orang asing yang terlalu baik. Troy yang baik hati tak sampai hati meninggalkan sang tuan putri yang tersesat ketakutan. Namun, siapa sangka, bersama Carol, datang masalah demi masalah dalam hidup Troy. Melibatkan orang-orang yang tak seharusnya muncul lagi di hidupnya. Mulai dari Cecil yang mengaku ayahnya dibunuh oleh Troy, hingga Eric dan Yuta yang seharusnya tak lagi muncul di depannya.

Ally_Jane · Urban
Not enough ratings
295 Chs

4 – Starting Over  

"Setelah ini, apa yang akan kau lakukan? Apa rencanamu?" tanya Troy hati-hati setelah Rose menghabiskan semangkuk bubur buatannya.

Rose menatap Troy, lalu menggeleng kecil. "Aku tidak tahu."

Troy diam-diam menghela napas. Ia sendiri tak tahu apa yang harus ia lakukan dengan gadis ini. Terlebih, dia sedang kehilangan ingatan. Troy tadi sudah menghubungi James dan menanyakan tentang kondisinya, tapi James berkata itu hanya sementara. Jadi, setidaknya sampai Rose mendapatkan ingatannya kembali, Troy juga tak bisa melakukan apa pun.

"Menurutmu, aku harus bagaimana?" tanya Rose dengan nada cemas.

Troy menggeleng. "Nanti kita bicarakan lagi begitu ingatanmu kembali. Dokter yang memeriksamu berkata itu hanya sementara."

Gadis itu mengangguk. "Tapi, apa kau tidak keberatan jika aku tinggal di sini?"

"Kurasa memang ada baiknya kau tinggal di sini sampai kau ingat siapa dirimu," ucap Troy. "Lagipula, rumah ini akan sering kosong. Aku juga lebih banyak menghabiskan waktu di restoran daripada di rumah ini. Aku biasanya pulang malam dan langsung tidur."

Gadis itu mengangguk-angguk. "Lalu, selama aku tinggal di kamar ini, kau tidur di mana? Sepertinya hanya ada satu kamar tidur di rumah ini."

"Aku tidur di sofa ruang tamu," jawab Troy. "Tapi, kau tak perlu merasa tak enak. Aku sudah biasa tidur di sofa. Kadang sepulang kerja aku terlalu lelah untuk berjalan ke kamar, jadi aku biasanya tidur di sofa."

Rose menunduk dan bergumam, "Maaf."

"Kalau kau benar-benar menyesal, kau bisa berusaha mengingat siapa dirimu dengan lebih keras. Kurasa, itu juga yang terbaik untukmu," sahut Troy.

Gadis itu hanya mengangguk, tapi dia masih menunduk. Troy mau tak mau iba juga pada gadis itu, teringat berita yang dibacanya tadi, juga kemungkinan-kemungkinan buruk tentang kecelakaan itu.

Mungkin, gadis itu tahu apa yang mengincarnya, bahaya apa yang harus dihadapinya. Karena itu jugalah mungkin otaknya berusaha menghapus ingatan itu dari kepalanya.

Baiklah, Troy akan mengalah kali ini. Seperti kata James, Troy hobi membantu orang. Anggap saja gadis ini adalah salah satu dari orang yang membutuhkan bantuannya. Terlepas dari bahaya apa yang mengincarnya.

***

Setelah tinggal di rumah Troy selama seminggu, Carol mengerti kenapa James mengatakan jika Troy adalah pria yang baik. Karena pria itu memang baik. Terlalu baik, malah. Selama Carol tinggal di sini, pria itu menyiapkan semua kebutuhan Carol. Mulai dari pakaian, hingga makanan.

Setiap pagi, pria itu akan menyiapkan sarapan untuk Carol sebelum berangkat bekerja. Siangnya, dia akan pulang sebentar hanya untuk membawakan makan siang untuk Carol. Sekitar jam enam sore, dia akan pulang lagi, lalu mandi dan menyiapkan makan malam. Setelah itu, dia akan kembali ke restoran tempat kerjanya dan baru pulang sekitar pukul sepuluh malam.

Pria itu bahkan tidak punya hari libur. Selama seminggu penuh, dia pergi bekerja. Bahkan Carol saja tidak sekejam itu pada karyawan perusahaannya. Penasaran, pagi itu Carol sengaja bangun lebih pagi agar bisa bertemu dengan Troy.

Selama seminggu ini, ia hanya bertemu Troy ketika pria itu mengantarkan makan siang atau makan malam. Jika pagi Troy berangkat bekerja, Carol masih tidur dan malam ketika Troy pulang, Carol sudah tidur. Meski tengah malam Carol bangun pun, pria itu yang sudah tidur.

Carol pergi ke dapur ketika Troy sedang menyiapkan makanan untuknya di meja makan samping dapur. Pria itu tampak terkejut melihat Carol.

"Kau sudah bangun? Apa kepalamu sakit atau ada bagian tubuhmu lainnya yang sakit?" tanya pria itu.

Carol menggeleng. "Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu."

Troy mengerutkan kening. "Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Tentang restoran tempatmu bekerja," sebut Carol. "Kupikir kau tidak seharusnya diam saja jika bosmu berlaku semena-mena kepadamu."

"Semena-mena?" Troy mengulangi.

Carol mengangguk. "Kau ini terlalu baik. Bagaimana kau bisa terima saja disuruh bekerja tanpa libur, dari pagi hingga malam?"

Troy mengerjap bingung. "Aku … itu …"

"Aku tidak tahu siapa bosmu, tapi dia benar-benar keterlaluan," sebut Carol.

"Um … sebenarnya kau tahu siapa dia," sahut Troy.

Carol mengerjap heran. "Aku tahu dia?" tanyanya ragu.

Troy mengangguk. "Dokter yang merawatmu itu pemilik restorannya. Dia bosku."

"Oh …" gumam Carol. "Tapi, bagaimana kau bisa mengenal dia?"

"James membuka restoran itu ketika dia pindah ke kampung ini. Di daerah ini ada beberapa kampung yang kebanyakan penghuninya adalah pria dan wanita tua. Banyak yang tak punya penghasilan selain menjual hasil kebun yang tak seberapa di pasar yang agak jauh dari sini.

"Beberapa yang sudah tak punya tenaga hanya diam di rumah dan makan hasil kebun seperti ubi, dan sebagainya. Sebagian lain juga sudah sebatang kara, atau ditinggalkan anaknya merantau dan dilupakan. Jika ada rumah yang berisi anak-anak, bisa dibilang rumah itu setidaknya roda ekonominya berputar. Anak-anak itu punya orang tua yang merantau dan mengirim uang untuk biaya hidup mereka.

"James membuka restoran itu untuk memberi makan orang-orang tua itu. Dia tidak pernah memasang harga untuk orang-orang tua, tapi orang-orang biasanya akan membayar dengan hasil kebun, seperti pisang, ubi, atau sayur-sayuran. Sejak aku pindah ke kampung ini tiga tahun lalu, aku memutuskan untuk bekerja di sana. Kupikir, akan menyenangkan bekerja di sana," cerita Troy.

Lima tahun lalu. Lalu, apa yang terjadi pada James lima tahun setelah dia menghilang?

"Lalu, bagaimana restoran itu bisa tetap bekerja jika tak menerima bayaran?" tanya Carol.

"Kampung ini berada di jalan menuju puncak. Rombongan bis biasanya akan berhenti dan beristirahat di sini. Restoran itu sudah terkenal untuk pemberhentian karena James selalu memberi makan gratis sepuasnya untuk para sopir dan kondektur bis.

"Selain itu, James sudah punya cukup banyak uang sebagai dokter. Keluarga-keluarga kaya yang berlibur di villa selalu pergi ke klinik James jika dalam keadaan darurat. Meski dia bos yang keterlaluan, tapi dia juga dokter yang hebat," urai Troy.

Carol mengernyit mendengar itu. Dokter yang hebat? Karena itu, dia membunuh mama Carol?

"Di kampung ini, kau tidak akan menemukan pria atau wanita muda. Setelah anak-anak itu, mungkin kita berdua adalah yang paling muda di sini," beritahu Troy. "Jadi, jangan terlalu terkejut jika kau hanya bertemu pria atau wanita tua di sini."

Carol mengerutkan kening heran. "Lalu, ke mana para pria dan wanita muda kampung ini?"

"Bukankah sudah kubilang? Mereka merantau. Tidak ada pekerjaan yang menjanjikan di sini. Sebagian dari yang merantau ada yang terkadang pulang karena ada anak mereka di sini, ada yang hanya mengirim uang, ada yang bahkan tak pernah pulang lagi." Ekspresi Troy tampak sedih ketika mengucapkan yang terakhir.

"Siapa pun itu, dia benar-benar jahat," ucap Carol.

Troy tersenyum menatapnya dan mengangguk. "Ya. Dia benar-benar jahat. Bahkan aku tidak sejahat itu."

"Itu karena kau orang baik," tukas Carol. "Aku ragu kau bahkan pernah membunuh semut."

Troy hanya tersenyum kecil tanpa menanggapinya.

"Hari ini, apa aku boleh ikut denganmu ke restoran?" pinta Carol.

"Tapi, aku tidak punya kendaraan dan butuh waktu sepuluh menit berjalan untuk sampai ke restoran," ungkap Troy.

"Tidak masalah," jawab Carol. Hiking salah satu hobi Carol.

"Kau yakin tubuhmu sudah kuat?" tanya Troy.

Carol mengangguk. "Justru jika aku hanya berbaring seharian di tempat tidur, tubuhku terasa sakit."

"Baiklah. Jika kau ikut, James bisa sekalian memeriksamu di restoran nanti," jawab Troy. "Setelah sarapan, bersiaplah. Pakai pakaian hangat dan jaket."

Carol mengangguk kuat, lalu duduk dan bersiap untuk sarapan.

***