webnovel

Chapter 4 : Buku Catatan

Kim Dokja menatap langit-langit kamarnya dengan kosong, dia terus seperti itu selama kurang lebih satu jam sampai cahaya matahari menerobos masuk lewat celah tirai putih pintu kaca yang mengarah ke balkon.

Dia menegakkan tubuhnya yang berat lalu menarik laci di sebelah ranjangnya untuk mengambil obat. Ekspresinya berubah saat melihat buku catatan yang dia sembunyikan mencuat keluar seolah seseorang baru saja mengambil dan menaruhnya dengan tergesa-gesa.

Kim Dokja cepat-cepat memeriksa kalau-kalau seseorang tersebut membaca bagian terakhir yang dia lipat, itu masih rapi, kelegaan mengisi hatinya yang sedikit cemas. Dia memindahkan buku catatan itu ke bawah bantalnya.

"Sooyoung-ah, kau melakukan sesuatu yang tidak berguna," ucapnya dengan kilatan mata berbahaya. "Ugh." Dia mengerang sambil merogoh obat dalam botol di laci lalu menelannya.

Dengan tubuh layunya, dia menyeret langkah menuju kamar mandi dan melihat pantulan wajahnya di cermin setengah tubuh di wastafel. Tak ada yang berubah, itu masih wajah yang sama dengan seseorang yang tanpa ragu-ragu melompat dari lantai tertinggi gedung sekolah menengah sepuluh tahun yang lalu. Dia membenci fakta itu dan berusaha melupakannya ketika kepalanya berdenyut menyakitkan.

Beberapa menit kemudian, Kim Dokja keluar dengan perasaan bersih dan segar di seluruh tubuhnya, tak ada yang bisa dibanggakan dari betapa kurusnya dia, bahkan wanita lebih baik darinya, satu hal yang baik adalah kulitnya yang putih dan lembut. Kim Dokja tidak peduli pada penampilannya sendiri sehingga terkadang Han Sooyoung sering menyebutnya idiot.

Smartphone-nya berdering nyaring dengan nada lonceng. Kim Dokja mengangkatnya tanpa mengucapkan apapun sebagai salam.

—Salvation-nim, Anda melupakan jadwal konsultasi kemarin.

Alis Kim Dokja terangkat, benar, dia lupa itu atau mungkin dia memang tidak bisa datang karena tiba-tiba terbangun di kamarnya, jelas siapa yang membuatnya seperti ini.

—Apakah Anda ingin mengatur ulang konsultasi hari ini?

Suara ramah seorang wanita menawarkan. Namun, Kim Dokja bukan orang yang lembut atau penuh simpati, dia mengalami masalah dalam pengendalian emosi.

"Tidak,", balasnya singkat.

—Begitu, maka jadwalnya tetap sama, saya harap Anda memahami kondisi Anda dengan baik-

Kim Dokja tidak repot-repot mendengarkan lebih lanjut ocehan psikiater sialan yang dipilih oleh Han Sooyoung, jika bukan karena dia menghargai sahabat satu-satunya itu, dia takkan mau berkonsultasi dengan orang itu. Lagipula, dia telah menemukan psikiater yang cukup baik di Amerika Serikat, dan lebih baik sebab dia adalah kenalannya.

Kim Dokja memainkan sosial medianya dan memeriksa pesan dari Line Chat, dia tidak membuka satu pun pesan dan hanya melihat seberapa banyak yang berniat mengajaknya mengobrol. Itu sampai dia menemukan satu pesan dari orang yang akan dia temui hari ini.

[Yoo Sangah] : Salvation-nim, mari bertemu di perpustakaan kota, aku punya beberapa rekomendasi yang bagus untukmu. Ngomong-ngomong, karena kita belum pernah bertemu secara langsung sebelumnya, jadi aku mengirim foto ini. Kau bisa mengenaliku dengan mudah.

Kim Dokja terkekeh dan menyadari bahwa efek obat penenang mulai menghilang sedikit demi sedikit, tapi dia tidak mau menelan lagi dan langsung memakai jaket putih serta masker hitam dan menyetir sendiri mobilnya menuju perpustakaan kota.

—Kim Dokja... Kim Dokja... Kim Dokja...

Wajahnya memucat saat mendengar suara aneh itu lagi, dia membanting stirnya untuk menghindari mobil lain yang hampir dia tabrak. Dengan tangan gemetar dan keringat bercucuran, Kim Dokja tetap bertahan melajukan mobilnya sampai tempat yang dijanjikan.

Setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang disediakan, dia menghapus keringat dan memperbaiki ekspresinya. Itu panggilan yang dekat, hampir saja dia menggila lagi tanpa obat.

"Apa kau dengar beritanya?"

"Apa?"

"Pro Gamer YJH benar-benar ditendang keluar dari Perusahaan Breaking The Sky. Bukan hanya itu, pemimpin Perusahaan telah diganti."

Kim Dokja berhenti saat mendengar percakapan itu di lantai satu dengan lirikan tajam pada orang-orang yang berbicara. Sekilas, mereka merinding dan menghentikan obrolan.

Dia melewati orang-orang itu menuju tangga lantai dua perpustakaan dan menemukan Yoo Sangah, kecantikan yang jelas di tengah wajah-wajah serius pengunjung lainnya.

"Yoo Sangah-ssi," sapanya.

Wanita cantik berambut coklat panjang menoleh dengan mata berbinar ketika melihat siapa yang memanggil.

"Ah, Salvation-nim!" balasnya antusias. Dia adalah Yoo Sangah, aktris yang memainkan film adaptasi karyanya. Sebelumnya, Yoo Sangah merupakan karyawan perusahaan game, namun Kim Dokja secara tidak sengaja mengenalnya lewat media sosial dan mengagumi bakat aktingnya dari video klip pendek yang sempat populer beberapa bulan yang lalu.

Kim Dokja entah mengapa ingin dia menjadi tokoh utama wanita dalam film adaptasi karyanya yang ketiga, jadi dia membujuk sutradara dan produsernya untuk merekrut Yoo Sangah, tentu saja mereka langsung setuju setelah melihat kemampuan akting yang langka dari video tersebut. Yoo Sangah tampaknya memiliki bakat alami sebagai aktris, dia tidak cocok hanya menjadi karyawan tim Personalia sebuah perusahaan game.

Terlebih, dia cantik, fakta itu cukup untuk membungkam komentar negatif yang diarahkan kritikus film sampai tahap populernya.

"Apa kau menunggu lama?" tanya Kim Dokja sambil melepas maskernya. Sesaat, dia melihat ada semu kemerahan di pipi Yoo Sangah.

"Ehem, nggak begitu lama kok. Ah, maafkan aku, formal —"

"Tidak perlu terlalu formal," sela Kim Dokja. "Ehm, benar. Aku juga nggak perlu formal."

Itu disambut tawa menyegarkan Yoo Sangah, Kim Dokja terlalu kaku dalam bersosialisasi sehingga dia kadang-kadang mendapatkan hinaan dari Han Sooyoung, tapi yang terakhir malah ikut-ikutan formal dengan embel-embel menghargai usahanya bersosialisasi.

Kim Dokja merasa hangat dari respon tersebut, dia mengambil tempat duduk di samping Yoo Sangah kemudian menjelaskan beberapa hal tentang karya ketiganya yang akan diadaptasi setelah karya kedua ditayangkan.

"Salvation-nim, kenapa kau memilihku dari semua? Ada banyak yang lebih baik dariku dan karyamu adalah masterpiece yang sangat populer, aku..."

Sebelum Yoo Sangah mulai melontarkan kerendahan diri lebih jauh, Kim Dokja menjelaskan alasannya dengan kata-kata rumit.

"Karena kau memiliki aura yang berbeda dari lainnya. Seperti kau adalah seseorang yang berjiwa bebas dan memiliki cahayanya sendiri."

Yoo Sangah terperangah lalu terkikik dengan tatapan kekaguman.

"Itu penuh teka-teki, kau benar-benar Salvation-nim yang aneh," sindir Yoo Sangah.

Kim Dokja mengangkat alisnya bingung kemudian menyadari bahwa penjelasan tampak terlalu absurd untuk dipahami.

"Yah, begitulah. Apa ada hal lain yang ingin kau tanyakan?" tawarnya dengan suara yang berbeda dari sebelumnya, sedikit rendah dan lembut. Yoo Sangah senang hanya dengan mendengar suaranya yang unik.

"Tidak, untuk saat ini. Aku membawa beberapa buku rekomendasi yang menarik dan... Salvation-nim, ayo nonton film bersama, aku belum menonton film adaptasi karya pertamamu," ajak Yoo Sangah bersemangat.

Kim Dokja mengangguk setuju, lagipula dia merasa tenang di samping Yoo Sangah hari ini. Tidak buruk untuk bersama seorang wanita selain Han Sooyoung selama seharian, kan. Dia berharap gejalanya tidak muncul untuk satu hari ini saja.

Ketika mereka menuruni tangga, bisikan-bisikan tentang pro gamer YJH masih berseliweran di mana-mana, itu menyebabkan wajah Kim Dokja menjadi kaku.

Akhirnya mereka menuju ke tempat parkir, namun sebelum mereka memasuki mobil, seseorang memanggil.

"Tuan, maaf! Anda meninggalkan ini di meja," ucap gadis itu sambil terengah-engah setelah berlari mengejar mereka.

Kim Dokja menatap kosong pada barang yang ditunjukkan, itu arloji saku kuno. "Itu bukan milikku," jawabnya.

"Ah, maaf. Kalau begitu, ini..."

Pada saat itu, seorang pria yang memiliki wajah terkenal menginterupsi.

"Itu milikku, berikan."

Yoo Sangah melirik Kim Dokja yang gemetaran dengan cemas lalu menatap orang itu. Pria itu seperti poster yang ditampilkan di mana-mana, Pro Gamer YJH. Namun, itu tidak mungkin, apakah kecelakaan yang dikabarkan adalah kebohongan?

Gadis itu memasang ekspresi minta maaf kemudian menyerahkan arloji saku kuno kepada pria yang mirip YJH itu.

Untuk sesaat, pria itu berkontak mata dengan Kim Dokja sebelum yang terakhir berbalik untuk membuka pintu mobilnya. Kim Dokja melupakan satu hal yaitu dia tidak memakai maskernya.

"Kim Dokja," panggil pria itu.

Yang dipanggil tidak menanggapi malah langsung masuk sambil membanting pintu kemudian melajukan mobilnya setelah Yoo Sangah ikut masuk.

Pria itu berdiri membeku di tempatnya, dan gadis tadi menyeringai.

"Apakah dia benar-benar orang yang menolong Master, Jonghyun-Oppa?"

***