webnovel

Chapter 2 : Pemeriksaan

"Jam berapa jadwal konsultasimu?"

Seorang wanita cantik berambut sebahu dengan gaun hitam selutut sedang bertanya kepada pria yang memakai masker di meja seberangnya.

Mereka saat ini berada di cafe dekat Perusahaan Breaking The Sky yang terkenal karena player gamenya.

Pria berambut hitam lurus dengan poni lucu di dahinya melepaskan masker hitam yang dipakainya. Dia kemudian membalas. "Dua jam lagi." dengan nada datar dan tanpa ekspresi.

"Kau tahu, aku agak takut pada ekspresimu, jika saja aku tidak mengenalmu, aku mungkin akan merasa merinding," ucap wanita itu.

"Sooyoung-ah, pegang rekeningku untuk sementara," pinta pria itu.

Sooyoung terperanjat dari duduknya, dia tergagap ketika menimpali. "Kau gila! Kenapa aku harus melakukan itu, sudah cukup mengerikan untukku harus menggantikanmu dalam jumpa pers!"

Pria itu menatap mata abu-abu Sooyoung lalu meminta sekali lagi. "Kau tahu kondisiku, aku akan pergi menemui psikiater yang kukenal di Amerika dua minggu lagi."

Sooyoung tampak seperti baru saja memakan sesuatu yang pahit.

"Serius? Kau... apa semakin buruk akhir-akhir ini?" tanyanya khawatir.

Pria itu mengangguk.

"Salvation-nim, aku tahu bahwa satu-satunya yang dapat kau andalkan adalah diriku yang kurang ini, namun kau jangan terlalu mempercayaiku. Aku bisa saja menusukmu dari belakang!" ancam Sooyoung dengan suara keras sampai pengunjung lain menoleh sesaat.

Untuk sekilas, senyum naik di bibir pria itu, tentu saja Sooyoung tahu itu senyum palsu. Pria di depannya telah kehilangan gairah hidup dan emosinya sejak lama, kalau bukan karena dia, pria itu pasti sudah mati. Sooyoung diam-diam bersyukur pada diri sendiri karena berhasil bergaul dengan pria ini.

"Hanya kau yang bisa kupercayai, Sooyoung," balas pria itu dengan nada lembut yang dibuat-buat sehingga Sooyoung mengernyit.

"Ah, sial! Oke, oke. Aku akan menjadi pemegang rekeningmu, jadi karena masih dua minggu, apa yang akan kau lakukan sebelum itu, Salvation-nim?"

Pria itu menyesap kopi di depannya sampai habis lalu menjawab.

"Aku ingin menemui seseorang."

Sooyoung berkedip bingung dan bertanya-tanya siapa yang akan ditemui pria boneka ini?

"Ngomong-ngomong, Salvation-nim, beberapa hari yang lalu kau melakukan sesuatu yang aneh, benar kan?" tanya Sooyoung dengan rasa penasaran terpampang di wajahnya.

"Aku menyelamatkan teman lamaku, aku tidak tahu apakah dia masih mengingatku, tapi aku memberitahu namaku pada dokter yang menanganinya jika dia bertanya," tutur pria itu panjang lebar tidak seperti pembicaraan singkat sebelumnya.

Sooyoung dapat melihat ada sesuatu yang berbeda saat pria di depannya menceritakan teman lama itu.

"Han Sooyoung," panggil yang terakhir tiba-tiba.

"Ya?"

"Terimakasih."

Han Sooyoung melebarkan matanya lalu mendesis. "Kenapa kau bersikap seolah akan mati? Kau berjanji untuk tidak menyakiti diri sendiri, kan? Apakah obatmu habis?"

"Tidak, itu masih banyak. Hanya saja hari ini aku merasa hampa," jelas pria itu.

Han Sooyoung merasa punggungnya dingin. Dia sangat memahami apa maksud pria itu dengan 'rasa hampa', sebab itulah pria itu membutuhkan psikiater dan obat-obatan untuk menekan segala gejala yang muncul.

"Begini, aku akan menemanimu berkeliling ke manapun itu, bagaimana kalau ke taman hiburan, kau pasti bisa menghilangkan itu. Jika tidak, oh sungguh, lebih baik kau tidur dengan obat tidur untuk berjaga-jaga," sarannya.

"Baik, ayo ke taman hiburan. Cuacanya tidak begitu panas, ini hampir musim gugur."

"Hei, Kim Dokja."

Pria itu menyipitkan matanya setelah Han Sooyoung secara tak sengaja memanggil nama aslinya. Han Sooyoung berkeringat dingin. "E-eh, benar. Kau tidak ingin dipanggil dengan nama itu, tapi kau bilang kau memberitahu dokter itu namamu, kan?"

Pria itu menghela napas terlihat menyesal.

"Sudah terlanjur, mungkin itu tak ada gunanya sekarang. Aku bukan 'Kim Dokja' lagi."

"Tentu saja, kau Salvation-nim yang jenius."

Han Sooyoung terpaksa memuji karena aura berbahaya darinya. Sebenarnya orang di depannya bisa menjadi psikopat, namun untungnya dia bertemu Han Sooyoung yang berhasil membujuknya untuk memusatkan perhatian ke sesuatu yang positif.

Oleh karena itu, Han Sooyoung sudah seperti perawatnya yang siap sedia jika dia butuh ditenangkan dengan obat penenang. Anehnya meskipun pria di depannya yang tidak ingin dipanggil dengan nama asli menelan banyak obat penenang, pikirannya masih cemerlang, walau terkadang muncul kemalasan dan kurangnya gairah hidup.

Setelah membereskan makanan mereka di cafe, keduanya pergi menuju taman hiburan dengan mobil porche warna putih milik pria itu. Han Sooyoung lah yang menyetirnya untuk mengantisipasi bahaya dari perubahan perasaan yang tiba-tiba dari rekannya.

***

Ruang operasi.

Lee Seolhwa bersama tim operasinya bekerja keras demi menyelamatkan nyawa pro gamer terkenal sekaligus kenalannya.

Di luar, Yoo Miah duduk di bangku dengan tangan terjalin erat, dia gemetaran.

"Oppa..."

Dia berharap kakaknya berhasil melalui operasi yang sangat lama ini, Lee Hyunsung yang duduk di sampingnya menepuk kepalanya pelan sambil berkata. "Dia akan baik-baik saja, Seolhwa-ssi memastikan bahwa 80% operasi berhasil."

Jung Heewon di sisi berlawanan dengan Lee Hyunsung mengangguk, Jung Heewon adalah istri Lee Hyunsung yang menjadi pemilik sebuah bar mewah di Gwanghwamun, Seoul.

Kim Namwoon, Han Donghoon, dan Lee Jihye yang duduk di seberangnya menatap pintu ruang operasi dengan cemas.

"Hyunsung-ssi, siapa yang membayar semua biaya operasi yang sangat mahal itu? Bukankah para baj*ngan perusahaan itu mengambil semua uang Jonghyuk yang malang?"

Jung Heewon mengemukakan topik terpenting, mereka yang mendengar juga sama bingungnya.

"Kita akan bertanya pada Seolhwa-ssi nanti," putusnya disambut anggukan setuju mereka selain Yoo Miah yang terlihat memikirkan sesuatu yang lain.

"Miah, ada apa?"

Yoo Miah dengan ragu-ragu berseru. "Aku pikir aku bertemu seseorang yang kebetulan berjalan di lorong yang menuju ruang ICU tempat Jonghyuk-Oppa. Aku merasa pernah bertemu dengannya."

"Hnm? Siapa itu?"

"Apa dia perempuan?" tanya Lee Jihye.

Yoo Miah menggeleng. "Laki-laki, dan dia memakai masker sehingga aku tak tahu wajahnya."

"Sayang sekali, jika benar dia yang membayarnya, lalu apa hubungan dia dengan Master?"

Yang lain ikut menebaknya.

"Apa kalian tidak lapar? Akan kubelikan makanan."

Lee Hyunsung yang merasa suasana sedikit berubah angkat bicara. Kemudian, dia pergi meninggalkan mereka menuju ke kantin rumah sakit.

"Aku yakin Master akan baik-baik saja," gumam Lee Jihye.

"Dia punya tubuh yang kuat, jadi kita harus percaya itu."

Han Donghoon yang sejak tadi diam membuka mulut.

"Hanya satu hal, jika dia entah bagaimana kehilangan ingatannya, maka….."

Perkataan Jung Heewon memicu kegelisahan mereka.

Beberapa jam kemudian, sekitar hampir malam, operasi itu membutuhkan waktu enam jam berdasarkan parahnya kondisi pasien.

Lee Seolhwa yang berkeringat deras keluar dari ruang operasi dengan seragam operasinya, dia memberitahu mereka bahwa operasi berjalan lancar serta pasien akan dipindahkan ke ruang ICU dua jam lagi.

Yoo Miah menangis dengan perasaan lega, sementara yang lain akhirnya merasa tenang.

Mereka belum diizinkan untuk menjenguk pasien, jadi mereka memutuskan untuk mengurus beberapa hal yang menjengkelkan, yaitu isu yang beredar. Han Donghoon sebagai peretas cerdik, menutup dan menghapus beberapa postingan di internet yang mengancam koleganya. Sementara Lee Hyunsung menghubungi beberapa rekan di Perusahaan Breaking The Sky yang masih punya hati nurani.

Yoo Miah pulang ke apartemennya ditemani oleh Jung Heewon dan Lee Jihye untuk mengemas makanan dan pakaian untuk Yoo Jonghyuk. Lee Jihye sebelumnya menyuruh Kim Namwoon untuk mengontak pemimpin Perusahaan Breaking The Sky atas tercemarnya nama Yoo Jonghyuk dengan skandal gila seperti dia melakukan penipuan, dia melakukan kecurangan, dan dia memeras managernya, dll.

Mereka melupakan siapa yang telah menyelamatkan Yoo Jonghyuk sampai yang terakhir menanyakannya.

***